Daerah  

Fatek Unkhair Manfaatkan Limbah Tailing untuk Bahan Bangunan

Suasana pembuatan sediment pont terintegrasi. (Istimewa)

TERNATE, NUANSA – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Teknik Universitas Khairun Ternate mengadakan kegiatan penyuluhan dan pendampingan masyarakat terkait inovasi kolam pengendap sedimen terintegrasi pengolahan air limbah tambang serta pemanfaatan limbah tailing (ampas) pengolahan emas skala kecil yang berlokasi di Desa Anggai, Kecamatan Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.

Kegiatan ini mendapatkan pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) melalui skema pemberdayaan berbasis masyarakat tahun 2023.

Foto bersama usai pembuatan kolam pengendap sedimen. (Istimewa)

Tim PKM tersebut di antaranya, Firman (Ketua/Prodi Teknik Pertambangan), Said Hi Abbas, (Anggota 1/Prodi Teknik Mesin), dan Hilda Alkatiri (Anggota 2/Prodi Teknik Pertambangan).

PKM ini menjadikan kelompok Penambang Emas Skala Kecil (PESK) Desa Anggai sebagai mitra dalam 3 jenis kegiatan, yaitu pemanfaatan limbah tailing sebagai tela (batako) dan paving block, inovasi kolam pengendap sedimen, dan pengolahan air limbah tambang menggunakan metode fitoremediasi.

Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pembuatan tela serta paving block yang dilaksanakan di Kantor Desa Anggai ini disampaikan langsung oleh Ketua Tim PKM, Jumat (25/).

Tailing sisa dari pengolahan emas menggunakan metode sianidasi yang sudah netral dimanfaatkan sebagai tambahan agregat dalam campuran pasir, semen, dan air. Penggunaan tailing menggantikan sebagian material pasir dengan komposisi pasir: tailing: semen adalah 4: 1,5 :1 (persen berat/berat) atau setara 23% tailing.

Tela dan paving block yang dihasilkan relatif sama dengan tela dan paving block umum yang campurannya 6:1 antara pasir dan semen. Penggunaan tailing diharapkan bisa mereduksi volumenya yang terhampar di lokasi pengolahan emas Desa Anggai serta memberikan nilai tambah secara ekonomi jika ditekuni sebagai salah satu lapangan kerja. Tailing selama ini dibiarkan terhampar atau digunakan sebagai material timbunan.

Kegiatan ini diikuti anggota PESK Desa Anggai. Salah seorang peserta, Ajen Maluanga mengatakan, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mereka sehingga selama 1 hari penuh mendapatkan pengalaman baru terkait pemanfaatan limbah tailing sebagai tela dan paving block.

Kegiatan kedua yang dilaksanakan di lokasi pengolahan emas skala kecil Desa Anggai adalah penyuluhan dan inovasi kolam pengendap sedimen (sediment pond) terintegrasi. Kegiatan ini berlangsung pada 26 Agustus 2023, serta diikuti 18 pekerja PESK Desa Anggai.

Kolam pengendap sedimen 6×15 meter sebanyak 2 kompartemen diinovasi, sehingga diharapkan air yang keluar dari sana sudah memenuhi baku mutu lingkungan penambangan dan pengolahan emas (Kepmen LH Nomor 202 Tahun 2004).

Air limbah sisa pengolahan emas menggunakan metode sianidasi harus diolah terlebih dahulu di sediment pond sebelum dibuang ke badan air alami seperti sungai. Kegiatan ini berlangsung seharian dan para pekerja bersama Tim PKM melakukan revitalisasi kolam pengendap sedimen. Kolam pengendap sedimen diharapkan mengendapkan sedimen, sehingga air akan jernih, partikel sedimen berkurang, dan kualitas air akan semakin baik, khusunya pH, TSS dan kandungan logam terlarut.

Kegiatan ketiga yang dilakukan adalah pengolahan air limbah. Kegiatan ini dilaksanakan pada 27 Agustus 2023. Pengolahan menggunakan metode fitoremediasi ini menggunakan tanaman kangkung dan teratai sebagai penyerap kandungan logam berat dalam air limbah serta menurunkan total suspended solids (TSS).

Tanaman air ini akan dipanen jika daya serapnya sudah maksimal ditandai dengan daunnya yang sudah menguning dan dilakukan secara periodik 4 bulan sekali (triwulan). Tanaman air lalu dikeringkan dan dibakar, setelah itu abunya diserahkan kepada pihak ketiga sebagai pengelola limbah B3.

Awalnya direncanakan menggunakan batu gamping sebagai penetral air asam, tetapi karena air limbahnya sudah berada pH normal (pH 8,5) pada kedua kompartemen, sehingga pengolahan dicukupkan dengan memperlama waktu retensi di sediment pond dan mengoptimalkan fitoremediasi.

Berdasarkan hasil pengukuran aktual di kompartemen 2 (akhir) pH 8,5; total dissolved solids (TDS) 197 ppm; daya hantar listrik atau EC 335 µS/cm, salinitas 0,01%; serta temperatur 28,5oC. Diharapkan kandungan logam sesuai Kepmen LH nomor 202 tahun 2004, khususnya Cu, Cd, Zn, Pb, As, Ni, Cr, Hg, dan sianida bebas (CN). Sianida bebas maksimal 0,5 mg/L dalam air limbah yang dilepas ke badan air.

Darwin, selaku Kepala Dusun di lokasi tambang Desa Anggai mengatakan, bahwa pengelolaan air limbah perlu dilakukan sehingga sungai dan laut sebagai tempat bermuaranya sisa dari penambangan dapat tetap terjaga atau lestari.

Ia sangat mendukung kegiatan yang dilakukan Tim PKM Fakultas Teknik Universitas Khairun yang melibatkan Prodi Teknik Pertambangan dan Teknik Mesin itu.

Sementara, Nurafni Sagaf, salah satu mahasiswa program bina Desa Anggai lewat skema PPK Ormawa HMTP Teknik Pertambangan yang ikut dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merasa mendapatkan pengalaman berharga di luar kampus selama 4 bulan di lokasi.

“Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menjadi aktualisasi pembelajaran yang diperoleh di kampus dan direalisasikan nyata di masyarakat,” terangnya. (ano/tan)