TERNATE, NUANSA – Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman, resmi meluncurkan implementasi aksi perubahan Pengembangan Agrowisata Hortikultura (Pagar Horti) yang digagas Project Leader Sofyan Abbas, Rabu (6/9).
Project ini merupakan salah satu tugas Sofyan sebagai peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan ke-VII tahun 2023. Sofyan adalah Sekretaris Dinas Pertanian Kota Ternate.
Wali kota mengatakan, hortikultura saat ini sangat penting menjadi ketahanan pangan di Kota Ternate. Sehingga dalam waktu dekat ini, dirinya akan melakukan KAD (kerja sama antar daerah). Salah satunya adalah Kota Bima.
“Karena Bima merupakan daerah produksi atau penghasil bawang merah dan bawang putih. Beberapa waktu lalu, kita dievaluasi oleh Mendagri terkait dengan inflasi daerah,” ucapnya.
“Walaupun kita masih berada 3 persen inflasi, tapi itu menunjukkan peningkatan inflasi, yang menjadi penopang naiknya inflasi itu salah satunya adalah beras. Dan repotnya adalah beras ini bukan kita yang produksi,” sambungnya.
Karena itu, bicara soal hortikultura maka keunggulan pangan lokal yang harus dikedepankan, misalnya tanaman ubi-ubian. Apalagi saat ini beras sudah menjadi kebutuhan pokok orang Maluku dan Maluku Utara.
“Padahal kita bukan daerah basis pertanian padi, inilah yang repot ketika inflasi naik. Pertanyaanya, apakah kita harus menghadapi masalah seperti ini terus, dan tidak ada daya dan upaya untuk keluar dari permasalahan inflasi? Maka kita harus menyeimbangi itu, karena Kota Ternate tidak memiliki sumber daya mineral, maka hortikultura yang harus kita kembangkan,” tegasnya.
Tauhid pun berharap, agar terus mendorong basis wisata berbasis agro ini bisa sama-sama menguntungkan, baik menguntungkan sisi pariwisata maupun menguntungkan bagi para petani.
“Jadi ada keuntungan juga bagi petani, karena bisa saja sebagai pelaku petani dan bisa saja pelaku wisata yang memang harus berbasis masyarakat. Mudah-mudahan aksi perubahan pengembangan agrowisata hortikultura ini menjadi terobosan penting dan akan menjadi inovasi Pemkot Ternate,” tuturnya.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Kota Ternate, Thamrin Marsaoly, menuturkan kawasan Agrowisata Andalan Loto ini adalah baru pertama di Kota Ternate.
Namun begitu, masih terkendala lahan, karena pengembangan pertanian membutuhkann lahan yang cukup besar. Kemudian urusan pertanian, kata dia, harus membutuhkan kolaborasi dari berbagai stakeholder lainnya, seperti Dinas PUPR, Dinas Pariwisata, BMKG dan BPS.
“Ini tidak bisa berdiri sendiri, karena pertanian bukan saja berbicara pada konteks menjaga ketersediaan pangan, tetapi harus dijaga mutu dan kualitas pangan itu. Dan selama ini pangan hortikultura ini dipasok, maka orang tidak lagi mengidentik pasokan dari Manado, karena pasokan pangan (tomat) Kota Ternate capai 11 persen dari luas wilayah daratan hanya 2 persen,” bebernya.
Thamrin berkata, untuk pengembangan agrowisata yang digagas Project Leader Sofyan Abbas, merupakan turunan dari sebelumnya aksi perubahan yang telah dibuat, yaitu Pengembangan Pertanian berbasis Urban Farming dan hari ini kembali digagas menjadi agrowisata.
“Maka bicara agrowisata harus ada tanaman sayuran. Kalau tidak ada sayuran, maka itu bukan agrowisata. Begitu juga kalau tidak ada wisatawan yang datang, maka itu bukan agrowisata,” paparnya.
Di kesempatan yang sama, Sofyan menambahkan, pengembangan agrowisata di Kelurahan Loto, Kecamatan Ternate Barat, ini memanfaatkan potensi pertanian dengan melibatkan petani yang dapat berfungsi sebagai pemberdayaan masyarakat yang selaras dengan pemberdayaan masyarakat berbasis pariwisata (community based tourism).
“Masyarakat yang dimaksud adalah agrowisata yang mengikutsertakan peran dan aspirasi masyarakat selaras dengan pendayagunaan potensi sumber daya alam dan sumber daya yang dimiliki,” kata dia.
Ia mengaku, manfaat pengembangan agrowisata yang diperoleh adalah meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, memberikan nilai rekreasi dan edukasi, meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar, meningkatkan konservasi lingkungan, dan meningkatkan sumber daya genetik populasi tanaman lokal. (udi/tan)