TERNATE, NUANSA – Pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tingkat SD di Kota Ternate terbilang lancar. Namun, di wilayah pulau terluar seperti di Kecamatan Pulau Batang Dua, tidak berjalan mulus. Ini karena pelaksanaannya terkendala jaringan internet.
Kepala SD GPM Tifure, Mick Rajalahu, mengatakan di Pulau Tifure seperti halnya Kelurahan Bido di Pulau Mayau, Kecamatan Batang Dua tidak ada jaringan seluler.
“Sehingga, setiap kali pelaksanaan asesmen peserta didik, pihak sekolah selalu terkendala masalah jaringan,” ujarnya, Minggu (24/9).
Menurutnya, berdasarkan pengalaman setiap kali asesmen, sekolah harus numpang jaringan wifi pribadi yang terbatas dan merupakan milik warga setempat. Ironisnya, pemakaian jaringan wifi tidak gratis.
“Apalagi pada saat asesmen, terkadang jaringannya bagus, kadang jaringannya tidak bagus. Jadi kami harus sabar,” tuturnya.
Selain itu, kata dia, pihak sekolah harus mengeluarkan biaya lebih dari Rp500 ribu untuk pembayaran voucher wifi milik warga. Karena setiap proses asesmen, peserta didik di Tifure membutuhkan waktu hampir 12 jam lamanya. Padahal, siswa yang ikut asesmen hanya berkisar 15 sampai 16 orang.
“Untuk pemakaian wifi hanya terbatas 6 orang saja. Sehingga, para siswa harus antre saat melaksanakan asesmen. Hal ini membuat proses asesmen membutuhkan waktu yang cukup lama,” ujarnya.
Karena itu, ia berharap agar Pemerintah Kota Ternate dapat menindaklanjuti persoalan jaringan telekomunikasi yang hingga saat ini belum terjangkau di Kecamatan Batang Dua, khususnya di Pulau Tifure. (udi/tan)