TERNATE, NUANSA – Sarasehan Istri Wali Kota (Rasaikota) se-Indonesia, resmi dibuka Bendahara Umum Apeksi Pusat sekaligus Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, di Bela International Hotel Ternate, Selasa (3/10). Salah satu kegiatan nasional tersebut yaitu sebagai ajang untuk bertukar gagasan.
Eva menyampaikan, Sarasehan Istri Wali Kota se-Indonesia bisa memberikan pengalaman bagi daerah masing-masing.
“Tahun ini digelar di Kota Ternate, supaya sarasehan istri wali kota makin dekat dan bisa berbagi pengalaman. Tentunya pengalaman itu adalah kunci keberhasilan di daerah,” ucapnya.
Menurutnya, problem daerah khusunya kota harus didukung berbagai unsur, salah satunya PKK dan Dekranasda. Istri wali kota, kata dia, memiliki peran untuk mendorong pemberdayaan masyarakat yakni melakukan komunikasi dengan masyarakat secara humanis.
“Jika kita pertahankan organisasi mulai dari bawah, pasti setiap program akan memajukan pembangunan di daerah,” katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Ternate, Marliza M Tauhid, menuturkan Sarasehan Istri Wali Kota se -Indonesia di Ternate kali ini bertajuk “Rasaikota Perempuan dan Rempah”.
“Dilihat dari sendi-sendi bagaimana menyajikan tarian lokal, menghirup aroma rempah dengan kearifan lokal yang sudah berusia 772 tahun. Dengan pertemuan istri wali kota se-Indonesia ini akan menjadi momentum yang baik. Selain itu, terciptanya akselerasi ajang budaya, kuliner, pariwisata dan UMKM,” paparnya.
Ia bilang, sarasehan nasional ini merupakan sebuah momen untuk bertukar gagasan dan pikiran serta mencari jaringan yang lebih luas dalam upaya menguatkan dan menggerakkan sektor, baik sarana, program dan potensi.
“Dan membangun kemitraan yang strategis di masing-masing daerah untuk mendorong pembangunan daerah dan mendukung program kepala daerah,” ucapnya.
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor sekaligus Istri Ketua Dewan Apeksi Pusat, Yane Ardian Bima, menegaskan sebagai istri wali kota dan dikukuhkan sebagai istri kepala daerah, harus bertanggung jawab dengan segala hal keterbatasan.
“Namun sebagian istri wali kota ada yang aktif dan ada yang tidak, maka tentunya ketika mendukung suami jadi wali kota dengan sederet jabatan, perlu tanggung jawab dan harus tetap bekerja,” ujarnya.
Dengan adanya sarasehan inilah, harus saling belajar, menerima memotivasi dan menginspirasi karena kunci kesuksesan semua adalah belajar, terutama berjuang untuk membangun kota baik itu pembangunan fisik maupun non fisik.
“Pembangunan fisik itu ada uang ada barang, misalnya perbaiki sekolah maupun jalan. Sedangkan pembangunan non fisik adalah pemberdayaan masyarakat yang memang harus diemban oleh para istri wali kota,” tutupnya. (udi/tan)