Opini  

Cinta Nabi Adalah Meneladaninya

Raihun Anhar.

Oleh: Raihun Anhar, S.Pd

Pemerhati Umat

PADA 12 Rabiul Awal tahun gajah lahirlah manusia paling mulia yakni Nabi Muhammad Saw. Beliau Saw lahir di Mekkah bertepatan dengan penyerangan Ka’bah oleh pasukan Abrahah. Lahir sebagai anak yatim dan melewati hidup yang sulit sejak kecil. Namun mampu menorehkan sejarah peradaban manusia.

Sosok manusia yang dikenal baik akhlaknya. Hingga mendapat julukan Al amin (terpercaya) sebelum beliau menjadi Nabi karena sikap amanah menjaga barang dagangan yang sudah dibeli. Beliau juga dipercaya untuk meletakkan batu Hajar Aswad di Ka’bah. Dimana batu ini selalu menjadi rebutan para jamaah haji dan umroh.

Sebagai umat Nabi, kita harus mencintainya dan membuktikan agar Nabi bahagia melihat kita. Agar kelak kita diakui sebagai umatnya, karena amat sangat merugi jika kita tidak diakui sebagai umatnya. Untuk itu kita butuh membuktikan bahwa cinta ini cinta yang berharap akan bertemu dengannya.

Seluruh umat Islam tentu menginginkan pertemuan dengan Nabi Muhammad Saw di surga. Untuk itu kita harus meneladani beliau agar terwujudlah kehidupan sebagaimana dahulu kehidupan di Madinah. Nabi telah memberikan contoh bagaimana menjalani kehidupan ini. Untuk itu kita harus meneladani Nabi Saw. Sebagaimana firman Allah SWT:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (QS. A Ahzab [33] : 21).

Dalam ayat di atas sudah jelas bahwa Rasulullah Saw adalah role model (teladan) yang harus kita ikuti terutama bagi yang mengharapkan Rahmat Allah. Maka setiap apapun yang Rasulullah Saw lakukan kita harus mengikutinya dan mencintainya. Misalnya Rasulullah memerintahkan untuk shalat fardu maka harus dilaksanakan. Begitupun perintah yang lain seperti meminta masuk Islam secara totalitas (kaffah). Sebagaimana firman Allah SWT:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah [2] : 208).

Itu artinya kita tidak bisa memilih sebagian dan meninggalkan sebagian syariat Islam. Seluruh perintah dalam Islam harus dilaksanakan karena merupakan kewajiban kepada Sang Pencipta. Termasuk di dalamnya adalah mewujudkan kekhilafahan ala minhaji nubuwwah.

Dalam ijma sahabat khilafah adalah kewajiban. Hal ini dibuktikan oleh sejarah tatkala Rasulullah Saw wafat, para sahabat dikejutkan oleh orang-orang Anshar yang mengangkat pemimpin mereka. Walhasil ditundalah pemakaman Rasulullah Saw untuk mengangkat seorang Khalifah yakni Abu Bakar. Dari kisah wafatnya Rasulullah inilah para sahabat sepakat bahwa memilih pemimpin yang menerapkan Islam adalah lebih utama dibanding memakamkan jenazah. Para ulama mazhab juga sepakat bahwa khilafah/imamah adalah mahkota kewajiban yang harus di wujudkan.

Hal ini ditegaskan Rasulullah Saw dalam hadis berikut:

مَنْ مَاتَ وَ لَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

“Siapa saja yang mati, sedangkan di lehernya tidak ada baiat (kepada imam/khalifah), maka ia mati jahiliah” (HR Muslim).

Dengan khilafah maka seluruh syariat Islam yang hari ini tidak bisa terlaksana bisa dilaksanakan. Contohnya potong tangan pencuri, rajam dan cambuk pezina, serta hukuman lainnya. Oleh sebab itu kita harus berjuang untuk mewujudkannya.

Mewujudkan khilafah butuh perjuangan panjang sebagaimana Nabi berjuang dakwah di Makkah hingga terjadi hijrah. Rasul berdakwah walau dibenci masyarakat Quraisy. Dihina dan dipukuli saat dakwah bahkan diboikot tetapi Rasulullah tidak menyerah untuk berdakwah hingga wafat beliau terus berjuang menyebarkan Islam ke seluruh dunia dalam daulah Islamiyyah. Rasul memerangi Quraisy agar mereka tunduk pada Islam di awal masa pemerintahan Rasulullah di Madinah. Mekkah ditaklukkan dengan Islam barulah Islam diperluas hingga luar jazirah Arab.

Jika kita mengatakan cinta Nabi maka harus dibuktikan. Cara membuktikannya adalah dengan mengikuti/meneladani Rasulullah. Berdakwah untuk menegakkan Islam dalam negara hingga wafat agar kelak kita bertemu dengan Baginda Nabi Muhammad Saw. Dengan demikian maka insyaallah kita akan ditempatkan di surga yang sama dengan Nabi Saw. Tidakkah kita menginginkannya? (*)