Opini  

Mengenang Jejak Kaki Mahasiswa KKN di Desa Saria 

Riski Samsudin.

Oleh: Riski Samsudin

Pemuda Desa Saria & Jurnalis Portal Desa 

SEPERTI pepatah mengatakan bahwa seluruh umat manusia di muka bumi ini pasti mengalami yang namanya pertemuan dan perpisahan, bahagia dan duka, tertawa dan menangis, itu tak dapat dipungkiri. Hal tersebut dialami para pemuda Desa Saria, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, setelah selama 41 hari jalin kebersamaan.

Kehadiran mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Kolaborasi Nusantara (KKN-KN) Moderasi Beragama (MB) di Desa Saria kurang lebih 41 hari. Tentu sudah banyak pengalaman yang menjadi sebuah metode dan suatu ilmu yang didapatkan, baik para mahasiswa maupun masyarakat terlebih khususnya para pemuda setempat.

Mahasiswa KKN-KN itu berjumlah sebanyak 15 orang yang terdiri dari 4 laki laki dan 11 perempuan. Mahasiswa-mahasiswi itu berasal dari tiga universitas yang berbeda baik dari UIN Sunan Ampel Surabaya, IAIN Manado dan IAIN Ternate.

Kehadiran mereka di Desa Saria sejak awal membawa berbagai program masing-masing dari kampus, kemudian ada program yang dicanangkan oleh para pemuda dengan berbagai kegiatan.

Dari sebuah perkenalan hingga merajut persatuan perlahan-lahan mulai akrab, terbentuknya solidaritas dan kekeluargaan yang baru bagi mereka. Hari demi hari yang dilalui selalu bersama-sama, memandang dari sisi konteks sosial sudah tertanam dalam jiwa yang penuh harapan besar, tidak ingin saling melupakan dan bahkan tanpa disadari pertemuan mereka hanya seumur jagung.

Namun tidak berkecil hati, mereka harus menerima semua kenyataan ini. Bagi mereka, perpisahan bukan akhir dari segalanya, melainkan para mahasiswa harus kembali melanjutkan studinya di kampus masing-masing. Meski begitu, sangat berat pemuda maupun mahasiswa harus mampu menerima semua itu.

Pasca para mahasiswa mengangkat kaki dari Desa Saria, tentu sedih bercampur emosi selalu terlintas di depan mata, seakan tidak ingin hal itu terjadi. Namun, antusias seluruh masyarakat setempat mengantarkan para mahasiswa dengan menumpangi perahu pajeko mengarungi dan berlayar ke Kota Ternate. Luka mendalam yang dirasakan para pemuda setempat dan sedih pun menyelimuti belasan mahasiswa yang hendak pergi. Pemuda dan masyarakat menaruh harapan agar para mahasiswa kembali lagi di Desa Sariah dan bisa bersama-sama lagi dalam kegiatan yang berbeda.

Mahasiswa KKN-KN yang selama kurang lebih 41 di desa kami, perlu kami sampaikan bahwa mereka telah menjadi bagian dari kami, keluarga besar kami. Karena itu, kami berharap agar para mahasiswa tidak sungkan-sungkan untuk datang kembali.

Bagi kami, mereka luar biasa, sebab mereka mampu melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan kami sebagai orang pesisir, karena sebagian dari mereka bukan mahasiswa dari Ternate, melainkan ada juga dari luar Ternate.

Kehadiran mereka di Desa Saria mampu mengubah cara pikir generasi muda Desa Saria, baik dari sisi keagamaan maupun budaya bahkan mereka tuangkan juga tentang perputaran ekonomi.

Memang setiap kegiatan pasti selalu terbentur, namun Alhamdulillah bisa sukses dan berjalan lancar. Bagi kami, ini merupakan satu metode yang mereka tinggalkan di desa ini. Salah satunya lebih terfokus pada potensi orang Saria yang dikenal sebagai desa penghasil ikan terbanyak di Kabupaten Halmahera Barat.

Alhasil, mereka mampu menciptakan produk Nyao Abon Saria dengan harapan masyarakat dapat mengembangkan produk tersebut setelah mereka kembali. Ini tentu sangat luar biasa, sebab itu yang harus kita sadari bahwa produk seperti ini bisa menjadi satu UMKM yang lebih condong ke penunjang ekonomi keluarga.

Karena itu, pintu Desa Saria terbuka lebar untuk mahasiswa KKN-KN untuk datang kembali, sebab jejak kaki para mahasiswa itu terekam dan selalu dikenang oleh kami selaku pemuda Desa Saria.

Saya mengutip sepatah kata yang dikatakan oleh Shakrukhan ”Kita berjalan di atas jalur cinta, maka akan bertemu di ujung jalan”. (*)