Oleh: Sahawia Firdaus
Mahasiswa Pendidikan Kimia Unkhair
___
TEPATNYA pada tanggal 28 Oktober 2023 diperingati hari sumpah pemuda. Kenapa di peringati ? Sebab, kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran pemuda. Pemuda yang menjadi mercusuar dari lepasnya penjajahan fisik di Indonesia.
Tampaknya sampai saat ini pemuda masih memiliki peran yang tak terganti dalam membangun peradaban. Coba kita tengok pada era reformasi, pemuda sangat menduduki peran penting dalam transisi era dari era orde baru ke reformasi. Di zaman saat ini pun pemuda masih menjadi target utama dalam perubahan.
Coba kita lihat ternyata usia produktif berdasarkan data BPS sejak tahun 2012 sampai 2035, Indonesia masuk dalam masa bonus demografi sebanyak 190,98 juta jiwa (69,25% ) yang masuk kategori usia produktif (usia 15-64 tahun) dan di antaranya adalah pemuda. Sehingga negara patut waspada dan bergembira.
Bahaya dan Potensi
Bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia akan menjadi tanda peringatan bahaya dan potensi. Sebab, jika dilihat besarnya jumlah penduduk ternyata membawa pengaruh tersendiri bagi sebuah bangsa. Jumlah yang banyak apakah akan berpengaruh secara signifikan dalam memberikan perubahan atau malah sebaliknya.
Apalagi jika dilihat sistem yang diterapkan ikut andil dalam membentuk karakter para pemuda. Sehingga rotasi pemuda menjadi sesuatu yang harus diperhatikan. Namun sayang, pemuda hari ini jauh dari harapan umat karena terpengaruh oleh kapitalisme sehingga menjadikan mereka hedonis, apatis serta individualis.
Pemuda Menara Gading
Sejak diterapkannya sistem kapitalisme dalam negeri ini, makin komplekslah masalah yang menimpah pemuda. Pemuda bagai menara gading yang menghindari diri dari masalah keumatan. Sifat egoisme yang ditanamkan oleh sistem kapitalisme begitu terjangkiti pemuda sehingga akhirnya mereka acuh dengan masalah umat.
Apalagi pemuda semakin disibukkan dengan urusan pribadi seperti biaya pendidikan, tingginya harga bahan pokok dan akhirnya mereka hanya sibuk mencari kerja untuk menghidupi diri dan keluarga. Apalagi kapitalisme melengkapi dirinya dengan sifat konsumerisme melalui invasi budaya. Akhirnya industri fashion menjamur melambangkan semangat kapitalis. Gaya orang-orang barat kemudian dijadikan role model oleh pemuda di negeri ini akhirnya menjadi siklus keinginan yang tiada putus. Inilah bukti tanda berhasilnya sistem kapitalisme menjadikan pemuda hanya berkutat pada siklus itu semata. Dan akhirnya terciptalah jurang yang sangat lebar antar pemuda dan umat. Semakin tinggilah menara antara pemuda dan umat.
Islam dan Potensi Pemuda
Sejarah menjadi saksi bahwa pemuda dengan Islam adalah kombinasi yang sangat luar biasa dalam membangun peradaban. Sebab, potensi yang besar yang dimiliki oleh pemuda sangat diarahkan dalam perbaikan keumatan.
Belajar dari bagaimana peradaban awal Islam berdiri ternyata didominasi oleh para pemuda. Kombinasi yang kompleks itulah akhirnya lahirlah sosok seperti Usama bin Zaid di usia 15 tahun ditunjuk oleh Nabi untuk menjadi panglima perang untuk memimpin ekspedisi kemiliteran dalam menghadapi Bizantium Romawi dalam memulai penaklukkan terhadap Suriah.
Muhammad Al-Fatih di usia 21 tahun sebagai panglima perang dalam penaklukkan konstantinopel. Dan masih banyak sosok pemuda yang memenuhi tinta emas peradaban Islam.
Sehingga, kita bisa melihat bahwa ternyata sepenting itu Islam menjadi pedoman dalam membimbing para pemuda agar menjadi tonggak peradaban untuk melanjutkan kembali peradaban emas yang hilang yakni Islam. Sebagai pemuda muslim, ternyata kita bertanggung jawab atas peradaban Islam. Jadi, bangkit dan sambutlah seruan untuk mengembalikan Islam pada tempatnya. Jadilah seperti pemuda-pemuda di masa lalu yang dengan gagah berani menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya dalam mengembalikan Islam. (*)