Oleh: Fikram Guraci
Anggota SMI Cabang Ternate
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unkhair
___
DALAM membangun sebuah bangsa tentunya hal utama yang dilakukan adalah membentuk sebuah persatuan secara nasional. Kekuatan persatuan itu memiliki nilai kolektif bagi setiap negara yang berdiri di atas pondasi penjajahan. Salah satunya bagi bangsa Indonesia dalam merebut kedaulatan kemerdekaan selama berabad-abad. Politik etis yang pernah diterapkan oleh kolonialisme Belanda salah satunya membangun sekolah-sekolah dan memberikan beasiswa untuk anak-anak Indonesia. Menjadi pintu masuk semangat perjuangan dalam membentuk kesadaran kemerdekaan.
Tujuan kolonial melakukan hal demikian, tentunya untuk mendapatkan tenaga-tenaga kerja perindustrian. Namun hal itu malah berbanding terbalik, banyak pemikiran-pemikiran revolusioner yang dipelajari dan dijadikan sebagai postulat untuk perjuangan kemerdekaan. Mohammad Hatta, sebagai salah satu penerima beasiswa di Belanda yang juga turut memanfaatkan peluang itu. Akhirnya para kaum muda yang menemukan ide-ide perjuangan—mereka mendirikan sebuah perkumpulan Indonesische Vereegining, yang menjadi cikal-bakal dari Perhimpunan Indonesia (PI). Sehingga aktivitas politik kaum dan perspektif tentang perjuangan rakyat semakin radikal yang selanjutnya diterapkan di Indonesia.
Perjalanan panjang mengukir sejarah menuju kemerdekaan Indonesia—juga tak terlepas dari wadah-wadah perjuangan berupa organisasi dan serikat-serikat yang ada. Perkembangan teknologi dan industri yang sebelumnya cukup terbelakang, tetapi dalam perkembangan seterusnya melahirkan kemajuan perindustrian. Sehingga hal itu memproduksi pekerja-pekerja modern untuk mengambil peran dalam proses perjuangan kemerdekaan.
Hal itulah yang mendorong terbentuknya organisasi atau serikat-serikat sebagai hasil dari bangkitnya perjuangan kelas buruh untuk membentuk kesadaran maupun memperjuangkan kepentingan ekonomi. Salah satu organisasi buruh yang pertama kali berbentuk serikat ialah organisasi buruh kereta api Staats Spoorwegen (SS) Bond. Serikat pekerja kereta apa ini muncul tiga tahun sebelum dibangunnya organisasi Boedi Oetomo tahun 1908. Sementara VSTP (Vereniging van Spoor–en Tram Personeel) terbentuk dalam tahun yang sema dengan Boedi Oetomo. Lahirnya berbagai organisasi pada saat itu sebagai langkah dari terbentuknya kesadaran perjuangan akan penindasan.
Perlahan-lahan masyarakat Indonesia—khususnya pemuda mulai menyadari terkait dengan metode gerakan selama ini. Perjuangan yang hanya dibangun tanpa persatuan dan bersifat kedaerahan tidak menuai hasil yang kondusif. Politik memecah belah atau ‘devide et impera’ selalu bisa memukul mundur perlawanan. Karena perjuangan terpisah-pisah akan begitu muda ditaklukkan. Sehingga parah pemuda yang telah lama mempelajari ide-ide besar tentang revolusi pada saat itu. Kemudian memikirkan perspektif yang lebih maju dari sebelumnya. Pada tahun 1925 sebuah Manifesto politik dikeluarkan Perhimpunan Indonesia (PI) oleh pemuda-mahasiswa yang ada di Belanda.
Sebuah prinsip perjuangan yang dikenal dengan unity (persatuan), equlity (kesetaraan), dan liberty (kemerdekaan). Prinsip-prinsip dari Manifesto politik tersebut akhirnya diturunkan tiga poko pemikiran. Pertama, ‘rakyat Indonesia sudah sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih sendiri’ alasannya karena kontrol penjajahan terhadap rakyat Indonesia berkonsekuensi buruk, maka diharuskan ada pemerintahan sendiri. Kedua ‘dalam memperjuangkan pemerintahan tidak diperlukan bantuan dari pihak mana pun’ hal itu tujuannya agar perjuangan kemerdekaan dilakukan secara independen. Terakhir, ‘tanpa persatuan, perjuangan tidak akan dicapai’ politik memecah belah atau ‘devide et impera’ menjadi alasan utama yang harus diantisipasi.
Tiga tahun setelah dikeluarkannya Manifesto politik tersebut. Digelar sebuah Kongres Pemuda ll pada 28 Oktober 1928 sebagai upaya membentuk persatuan dari seluruh pemuda yang ada di Indonesia. Pertemuan tersebut menjadi momentum bersejarah yang di prakarsai oleh Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) dan di hadiri berbagai macam paguyuban di Indonesia. Mereka akhirnya berhasil meletakkan dasar-dasar persatuan yang dikenal dengan ‘Sumpah Pemuda’.
Semangat kaum muda dalam pertemuan bersejarah itu menciptakan tradisi baru dalam gerakan politik kemerdekaan yang pada awalnya terpisah-pisah. Meski dominasi perjuangan adalah kaum muda yang peduli terhadap penindasan, tetapi diharuskan menempatkan posisi sebagai intelektual pada perjuangan kelas. Karena peran dan fungsi seorang pemuda, akan ternilai bila berada di tengah-tengah kaum tertindas. Karena kaum muda adalah kaum yang menginginkan perombakan atas aturan-aturan lama, tidak tergantung usia nya. Demikianlah semangat sumpah pemuda telah membangun tradisi perjuangan yang lebih maju, dan mendorong persatuan sehingga hal itu patut menjadi teladan bagi setiap generasi baru masa depan.
Ketika momentum bersejarah itu berhasil mengubah perbedaan ras, agama, hingga pandangan politik setiap kaum pada saat itu menjadi persatuan. Maka sebagai anak muda yang lahir pada masa penjajahan negara atas rakyatnya sendiri setelah Orde baru (Orba), tentunya diharuskan mewarisi semangat itu. Banyaknya perampasan ruang hidup, pembungkaman demokrasi, dsb. Merupakan keserakahan dari parah elite politik negara. Namun, di era reformasi saat ini justru telah melahirkan berbagai macam gerakan rakyat yang cenderung terpecah-belah. Masih banyak gerakan yang justru dikendarai segelintir orang demi kepentingan borjuis. Pasalnya, mental intelektual dalam menghadapi arus kekuasaan masih berlandaskan pada keuntungan. Sehingga kaum mudah lebih memilih membelot dan menjadi anjing-anjing penjilat mereka yang berduit. Belum lagi gerakan yang bahkan lebih dominan—melepaskan keterlibatan kelas akar rumput dan terkesan elitis. Sehingga sampai hari ini kekuatan perlawanan mampu ditaklukkan dengan mudah.
Minimnya kesadaran politik dalam mempelajari teori perjuangan yang revolusioner berimplikasi pada kesadaran pragmatis kaum mudah. Karena menganggap bahwa perjuangan saat ini tak terlalu penting, padahal Soekarno dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-35 di Istana Olahraga Senayan, Jakarta, 28 Oktober 1963 pernah mengatakan “Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, bangsa, dan tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir”. Artinya bahwa semangat perjuangan jangan pernah hilang, meskipun Indonesia telah merdeka tetapi terus merawatnya.
Selain itu, akses masyarakat dalam memainkan peran politik untuk meloloskan berbagai macam aspirasi justru sangat terbatas. Akibat elite politik hari ini telah memfasilitasi seluruh kepentingan oligarki demo keuntungan dari. Juga gerakan kaum muda yang pada perkembangannya mengalami degradasi itu, kini belum ada sebuah inovasi dalam mengevaluasi setiap gerakan yang dibangun. Maka gerakan kaum muda setelah ‘98’ cukup terkesan reaksioner dan cenderung bersifat ‘Heroisme’, sementara persatuan merupakan manifestasi dari kekuatan perjuangan. Sumpah pemuda adalah contoh kongkret semangat nasionalisme kaum muda yang menyatu melawan kolonialisme.
Untuk itu, perlu adanya kesadaran sejarah sebagai postulat dalam bertindak sehingga hal itu bisa menjadi nilai lebih bagi gerakan ke depannya. Oleh karena itu, tugas kaum muda hari ini tentunya memperkuat kerja-kerja pengorganisiran di lingkungan masyarakat akar rumput yang belum sadar politik. Tujuannya agar masyarakat dapat menyerap pengetahuan dan menyadari kondisi ekonomi politik bangsa Indonesia. Hal sebagai langkah pembentukan persatuan wadah perjuangan, sehingga mereka dapat secara mandiri untuk melakukan praktik kerja-kerja persatuan. Maka persatuan itu tentunya menciptakan alat politik rakyat baik itu fron politik maupun partai massa yang benar-benar lahir dari rahim rakyat itu sendiri. Sebagai antitesa dari kelompok-kelompok elite politik borjuis nasional yang di bawah kontrol pengaruh imperialis, maka kaum muda perlu memperkuat kerja-kerja pengorganisiran dan membentuk persatuan gerakan rakyat hari ini. Karena hal itu menjadi tradisi dari gerakan-gerakan revolusi di dunia. (*)
#Bangun_Alat_Politik_Rakyat
#Masyarakat_Tertindas_di_dunia_Bersatulah