Oleh: Khaizuran
___
LAGI-lagi saudara-saudara kita di Palestina diserang oleh tentara zionis laknatullah, tepat pada tanggal 7 Oktober 2023 hingga sekarang makin banyak korban berjatuhan. Sampai hari ini korban terhitung sekiranya 10.022 warga Palestina di antaranya 25.000 luka-luka dan 2.300 hilang. Korban yang tak terhitung lagi jumlahnya kesakitan, penderitaan yang dialami oleh saudara muslim kita di Palestina semua itu terjadi sejak junnah kaum muslim itu runtuh yakni kekhilafahan Islam.
Meluruskan Pemahaman Tentang Al-Quds
Banyak pemahaman yang masih keliru tentang Al-Quds. Satu hal yang memilukan adalah respons kaum muslim kebanyakan yang masih berdasarkan kemanusiaan belaka. Ini yang perlu diluruskan. Wahai kaum muslim! mereka bertahan dengan jiwa dan darah, bukan sebatas perkara tapal batas, bukan perkara tempat tinggal tetapi mereka bertahan karena Al-Quds adalah tanahnya kaum muslimin.
Pertama, bahwa masjidil Aqsa yang berada di Palestina adalah tanah suci ketiga umat Islam seperti dalam firman Allah SWT: “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambanya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari masjidil Haram ke masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia maha mendengar lagi maha melihat.”(QS. Al-Isra:1)
Kedua, ada peristiwa politik besar umat di tanah Palestina sepanjang sejarah umat Islam yang semakin mengukuhkan kesucian tanah Palestina. Peristiwa itu terjadi pada tahun 637 M, di mana pertama kali Khalifah Umar bin Khattab menaklukan Al-Quds dan diserahkannya tanah Palestina kepada Umar bin Khattab melalui pendeta Safruniyah. Setelahnya pada abad ke 12 adalah peristiwa kembalinya Al-Quds di tangan kaum muslim melalui penaklukan yang dilakukan oleh Shalahuddin al Ayyubi dari tentara salib pada tahun 1187 M. Artinya bahwa Al-Quds adalah tanah kharaziyah.
Hal inilah yang perlu kita pahami bersama bahwa masalah Palestina bukanlah masalah perbatasan, tetapi yang menjadi akar masalahnya adalah keberdaan Israel di Palestina. Mereka ibarat tamu yang tidak tahu malu. Sudah numpang di rumah orang, tetapi ingin memiliki hak kepemilikan rumah itu dalam hal ini adalah Al-Quds. Jika kita kita pahami sebagai seorang muslim bahwa masalah Palestina adalah masalah akidah dan masalah kaum muslim, lantas di mana posisi pemimpin-pemimpin negeri muslim? Bukankah sudah menjadi kewajiban kita untuk membantu mereka dengan kekuatan yang kita miliki?
Sungguh ironis, negeri-negeri muslim yang begitu banyak jumlahnya, tetapi tidak ada satupun pemimpin yang berani mengerahkan kemampuan militernya untuk membantu Palestina, justru yang ada hanya hipokrisi melalui kecaman tiada arti. Di atas mimbar mereka berutai mengeluarkan kecaman, tetapi di belakangnya hubungan diplomasi dengan zionis selalu mesra.
Sikap-sikap ini karena kaki tangan kita diikat oleh nasionalisme, kita diikat oleh kepentingan dengan negara-negara pem-backup zionis seperti Amerika, Inggris dan negara kafir lainnya. Bahkan Biden secara resmi telah mengeluarkan dukungannya terhadap Israel, tetapi tentara muslim masih terbelenggu dan tak berdaya. Sungguh pentingnya umat Islam menyadari bahwa kita membutuhkan kekuatan yang satu dalam satu kepemimpinan yaitu khilafah, untuk membebaskan saudara muslim kita di Palestina. Kekuatan negara yang mengerahkan pasukan militernya untuk melakukan jihad dan menaklukan agresi zionis laknatullah. Seperti apa yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab dan Salahuddin Al-ayyubi. Wallahu’alam. (*)