Himpsi-Dinas PPPA Malut Ingatkan Pentingnya Peran Ayah dalam Pola Asuh Anak

Himpsi dan Dinas PPPA Malut menggelar psikoedukasi dan konseling peran ayah dalam pola asuh. (Istimewa)

TERNATE, NUANSA – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Provinsi Maluku Utara bekerja sama dengan Pengurus Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Wilayah Maluku Utara menggelar Psikoedukasi dan Konseling Peran Ayah dalam Pola Asuh, di Kelurahan Bastiong Karance, Kota Ternate, Rabu (8/11).

Kegiatan ini diawali dengan psikoedukasi selama 15 menit sebagai pengantar materi diawal kegiatan, kemudian dilanjutkan dengan sesi konseling kelompok dan konseling individual. Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 30 orang di antaranya orang tua laki-laki.

Ayah turut memberikan kontribusi penting bagi perkembangan anak, pengalaman yang dialami bersama dengan ayah akan mempengaruhi seorang anak hingga dewasa nantinya. Keterlibatan Ayah dalam pengasuhan sering dianggap sebatas pendukung ibu. Padahal seharusnya Ayah memiliki peran yang sangat besar dalam pengasuhan anak. Peran ayah penting untuk perkembangan Psikologis Anak.

Tugas ayah bukan hanya mencari nafkah, tetapi harus ikut terlibat dalam pengasuhan anak bersama ibu. Peran yang dimainkan seorang ayah dalam kaitannya dengan tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri dan berkembanng secara positif, baik secara fisik maupun psikologis.

Kapan peran ayah dalam pengasuhan anak bisa dimulai? Sejak si kecil dalam kandungan, bentuk dukungan yang diberikan ayah, baik secara emosional ataupun fisik, kepada ibu hamil merupakah langkah awal seorang ayah untuk menjalin ikatan fisik dengan janin.

Apa yang bisa ayah untuk dapat berperan langsung dalam mengasuh anak? Pertama, peran ayah dalam pengasuhan: aktif berpartisipasi. Kedua, menjadi seorang mentor. Ketiga, menjadi sosok pahlawan/pelindung bagi anak. Keempat, pendidik/pendisiplin, dan role model bagi anak. Kelima, mendukung minat anak.

Tugas inti ayah dalam pola asuh, pertama pelindung keluarga (mengajari anak dalam menghadapi kesulitan, percaya diri dan mandiri), motivator (memberi pengajaran dasar-dasar kehidupan), pendengar dan contoh (menuruti nasihat orang tua dan menjadi sosok panutan bagi anak, membuat aturan (konsisten dalam menjalankan aturan).

Manfaat keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, yakni  meningkatkan kemampuan kognitif anak, meningkatkan rasa percaya diri anak, anak memiliki kontrol emosi yang baik, melatih anak lebih mandiri, mudah bersosialisasi, anak lebih ceria dan bahagia, menggali potensi anak, bounding attachment, mencegah ibu kelelahan dan stress, keluarga menjadi lebih solid.

Penjelasan narasumber sekaligus diskusi dan konseling dengan orang tua laki-laki antara lain: (Pak Rizal) bertanya apakah pergaulan anak dipengaruhi oleh lingkungan, karena di depan orang tua dan di luar berbeda? Narasumber menjawab: faktor lingkungan berpengaruh sekali, sebagai orang tua menyampaikan memberi nasihat, kita perlu juga berbicara dengan guru di sekolah. Istilah menitipkan anak ke guru.

Kemudian, (Pak Ruslan) bertanya penggunaan Hp, bagaimana membatasi anak dalam penggunaan Hp. Apakah saya harus menggunakan sikap keras, atau sikap lembut? Narasumber: ada kalanya kita harus keras, ada kalanya kita harus kendor. Jangan kita sebagai orang tua sampai lepas, sebagai orang tua terutama seorang ayah kita harus memantau setiap kegiatannya.

Selanjutnya, (Icul Usman) bertanya pengajian di sekolah apakah itu penting. Narasumber: kita harus bekali anak dari sisi religius, karena itu bagus sekali, kita sibukkan anak-anak dengan hal positif.

Kemudian (Pak Aswir) bertanya pada saat usia 0 atau masih dalam kandungan apakah sudah harus ada pola asuh dari seorang ayah? Narasumber: betul, sebenarnya peran ayah sejak dalam kandungan ibu, sudah ada interaksi, artinya si bayi yang dari dalam kandungan sudah bisa mendengar dari luar suara dari orang tuanya, ya misalnya tadi mendengar suara mengaji itu si bayi dari kandungan sudah dibentuk memory/ daya ingat sudah ada ketika pada saat dia lahir dia mendengar suara azan.

Selanjutnya (Pak Aswir) bertanya tontonan seorang anak dapat membentuk perilaku yang buruk, bagaimana pola asuh yang seharusnya diterapkan oleh ayah ? Narasumber: gadget/handphone merupakan hal yang bukan baru pada zaman sekarang ini, maka dari itu kita sebagai orang tua harus memilih dan memilah konten yang ditonton anak yang baik atau yang bisa mendukung dalam hal yang baik sehingga pentingnya kontrol dari orang tua.

Pada satu sisi pola asuh otoriter perlu kita terapkan pada saat tertentu sehingga ada ketegasan pada anak terutama pada anak laki-laki. Harus ada kerja sama antara orang tua, keluarga dan masyarakat.

Peran Ayah dalam pola asuh, menurut narasumber, yakni menjaga mental dan kecerdasan di sekolah, peran ayah sangat penting dalam pengasuhan dilihat dari kecerdasan kognitif/prestasi akademik, dari segi emosi (anak lebih mandiri) dan segi sosial (relasi sosialnya lebih banyak). (tan)