Pertandingan Ricuh, Pelatih Muria FC Dilarikan ke RSUD Jailolo

Pelatih Muria FC saat dirawat di RSUD Jailolo. (Istimewa)

JAILOLO, NUANSA – Pertandingan sepak bola antar kampung (tarkam) di lapangan Desa Bukumaadu, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Kamis (23/11) berakhir ricuh dan viral di media sosial. Pemain dan penonton saling baku hantam di lapangan.

Turnamen sepak bola Imanuel Cup I di laga final ini mempertemukan tim Muria FC dari Desa Tauro berhadapan dengan tim Domato A dari Desa Domato, Kecamatan Jailolo Selatan. Insiden itu bermula saat tim Domato A mengamuk karena tak terima dengan keputusan wasit. Tim Domato A tak puas dengan keputusan pengadilan lapangan.

Sejak pertengahan laga berjalan, intensitas pertandingan memang berlangsung panas hingga berujung ricuh. Pelatih Muria FC, Haris Samsi, dihajar massa. Aksi pemukulan pelatih memancing reaksi dari pemain lain hingga oknum suporter yang menyaksikan laga tersebut. Akibatnya, pelatih Muria FC dilarikan ke RSUD Jailolo.

Jumat (24/11), Pelatih Muria Fc Haris Samsi kepada wartawan mengatakan, sebelum dirinya dikeroyok, ia sempat adu mulut dengan salah satu pemain dari tim Domato A yang juga selaku anggota polisi bernomor punggung 2. Oknum polisi tersebut bertugas di Polsek Jailolo Selatan. Ketika terjadi adu mulut, suporter Domato A masuk ke dalam lapangan dan mengeroyok dirinya hingga babak belur.

“Saya sempat lari cuma saya jatuh, jadi mereka masuk pukul saya. Dorang dari Domato A itu pe pemain ada dua orang anggota polisi yang ikut main juga, entah polisi pukul atau tidak saya tidak tahu karena orang banyak,” ujarnya.

“Termasuk kemarin itu massa banyak sekali, bahkan bersama dengan pemain yang serobot ke arah saya, sempat saya tidak mengenal mereka karena dengan jumlah yang banyak. Kalau misalnya polisi tersebut ikut melerai berarti tidak apa-apa, tapi ini anggota polisi itu tidak melerai makanya saya dikeroyok habis-habisan,” tambahnya.

Ia mengaku, awalnya tim Domato A mengganggap adanya handsball dari pemain tim Muria, namun wasit tidak meniup peluit tanda pelanggaran, karena wasit menganggap bola tersebut tidak terjadinya handsball.

Karena itu, para suporter dari Domato A tidak terima dengan keputusan wasit yang memimpin laga final, sehingga mereka langsung naik pitam, dan lari masuk lapangan hingga bentrokkan pun tak terhindarkan.

Atas peristiwa tersebut, pihak keluarga korban langsung memasukan laporan resmi ke SPKT Polres Halbar.

“Tadi malam paman saya yang bikin laporan, karena saya tidak sanggup bangun, akibat sakit kepala habis dikeroyok,” jelas Haris.

Terpisah, Kapolsek Jailolo Selatan, IPTU Sunarto, membenarkan bahwa dua anggota yang bertugas di Polsek Jailolo selatan juga bergabung dalam tim sepak bola Desa Domato.

Sunarto mengaku, pada situasi dua kubu suporter mulai bentrok, dua anggota polisi tersebut ikut melerai. Namun, situasinya terlalu rumit sehingga kedua anggota polisi tidak bisa melerai situasi tersebut.

“Jadi dua anggota kami itu hanya melerai bentrok kedua kubu, bukan memukul tim Pelatih Muria FC. Itu menurut dari keterangan anggota kami. Tapi, untuk saat ini dua anggota kami juga sudah dimintai keterangan oleh pihak Propam Polres Halmahera Barat pada hari ini,” tandasnya. (adi/tan)