Opini  

Bijak Dalam Menentukan Pilihan

Oleh: Fani Ajid
Kader LDK Babussalam Unkhair

_____

DEWASA ini sangat ramai dengan isu politik. Begitu banyak masyarakat juga anak-anak muda yang terlibat aktif dalam menyuarakan pilihannya. Momen seperti ini sebenarnya terlihat seru plus menegangkan, karena setiap orang pasti ingin memenangkan pilihannya. Bahkan tak jarang sering kita temukan perkataan-perkataan yang kesannya meremehkan. Padahal untuk mendukung pilihan sendiri itu cukup dengan menceritakan keunggulan atau prestasi yang mereka miliki tanpa harus menjatuhkan yang lain. Toh, yang nantinya terpilih sebagai pemimpin juga pastinya menginginkan negara ini menjadi lebih baik. Dan tentu saja, kita sebagai masyarakat lokal (Indonesia) juga akan patuh kepada pemimpin kita nanti. Intinya, kita semua pasti mengharapkan adanya keadilan, kesejahteraan dan perubahan yang lebih untuk hidup kita ke depannya.

Nah, berbicara soal pilihan juga sebenarnya tak cukup mudah. Karena pilihan kita hari ini tentulah akan menentukan nasib bangsa dan negara kita di masa yang akan datang. Lalu apakah keputusan kita dalam menentukan pilihan sudah sangat matang? Apakah kita benar-benar sudah berpikir menggunakan logika dan hati kita? Apakah sikap egoisme sudah kita hilangkan sebelum memutuskan pilihan? Apakah kita sudah siap dengan konsekuensi yang akan kita dapatkan nanti? Pertanyaan ini adalah hal-hal dasar yang pasti sudah terlintas dibenak kita semua. Dan hanya kita sendirilah yang bisa menjawabnya. Itulah alasannya sehingga ada ungkapan yang menyatakan bahwa satu suara saja menentukan nasib negara kita untuk lima tahun ke depan.

Warga Indonesia pastilah sudah terbiasa menyikapi momen pemilu seperti sekarang. Apalagi negara ini juga sangat dikenal dengan negara demokrasi, sudah pasti masyarakatnya tentu sangat kritis dalam menentukan keputusan. Namun sebagai manusia biasa, kita tidak pernah tahu kondisi seperti apa yang akan kita hadapi di kemudian hari. Sehingga dalam hal ini perlulah menaruh perhatian khusus dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek.

Sebagai seorang muslim, selain melihat dari arah duniawi kita juga harus menatap lebih jauh. Karena bagi seorang muslim berbicara masa depan adalah bukan hanya terkait dunia namun sampai dengan akhirat. Ya, hal ini pula yang harusnya lebih di mengerti oleh seorang pemimpin. Karena setinggi apapun jabatan manusia tetap saja yang akan menentukan baik-buruknya suatu negara adalah agama sebagai pondasi negara, sebab agama adalah tonggak peradaban. Islam tak melarang umatnya untuk terlibat dalam dunia politik. Bahkan pemerintahan seperti ini juga pernah dijalankan oleh Rasulullah. Maka semestinya kita bisa berkaca dan mengambil banyak pelajaran dari masa perjalanan Rasulullah serta para sahabatnya dalam memimpin atau memegang sebuah kekuasaan.

Tanpa kita sadari, momen politik seperti ini juga merupakan sebuah ujian besar yang perlu kita hadapi dengan hati yang lurus. Ada sebuah nasihat bijak yang bisa kita jadikan pedoman dalam menentukan pilihan hidup yaitu “Orang yang tak sukses itu adalah yang membuat pilihannya berdasarkan situasi keinginannya saat ini. Sedangkan orang yang sukses adalah yang membuat pilihan berdasarkan keberadaannya di hari esok”. Terkadang pilihan-pilihan yang datang selalu hadir dalam keadaan yang samar dan tidak mudah bagi manusia untuk mengetahui mana pilihan yang baik. Apalagi manusia memiliki keinginan atau nafsu. Kita cenderung memilih pilihan-pilihan yang terasa menyenangkan bagi kita saat ini, sehingga lalai dalam melihat efek buruknya di masa mendatang.

Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim janganlah menjadikan dunia sebagai poros kehidupan, sebab yang akan memandu kita kepada kebenaran hanyalah ilmu dan agama kita. Jangan biarkan nafsu mengalahkan akal kita. Tentukan pilihan berdasarkan hati yang lurus bukan berdasarkan nafsu atau keinginan duniawi semata. Semoga bermanfaat. Jazakallahu Khairan Katsiran.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. (*)