TERNATE, NUANSA – Masyarakat Tomajiko, Kecamatan Pulau Hiri, Kota Ternate, menyambut bulan suci Ramadan 1445 Hijriah dengan berbagai kegiatan. Salah satunya menggelar Kampung Ramadan II. Kegiatan ini mengusung tema “Eli Ma Bati Kaha, Sonyinga Hado Luhadi”.
Kegiatan ini pula mendapat dukungan penuh dari tokoh agama, tokoh adat, pemerintah kelurahan, serta seluruh elemen masyarakat di Kelurahan Tomajiko.
Ketua Pemuda Kelurahan Tomajiko, Suryadi Saleh, mengatakan kegiatan Kampung Ramadan II ini menjadi salah satu ajang kekerabatan sosial demi mempererat tali persaudaraan serta memperkenalkan potensi wisata, sejarah, budaya, agama maupun ekonomi yang ada di Tomajiko.
“Mengingat adanya singkong, pisang dan sukun (amo) yang bisa diolah menjadi berbagai kuliner bernilai lokal, serta Pangaji Baba Lifa yang baru saja diresmikan sebagai pusat kegiatan keagamaan bagi anak-anak di Tomajiko,” ujar Suryadi, Sabtu (16/3).
“Oleh karena itu, perlu kiranya kita seriusi dalam mengelola serta mempromosikan sumber daya yang ada di kampung melalui agenda Kampung Ramadan II ini. Peran pemuda menjadi pendorong utama dari semua kegiatan ini,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Nurul Aminin Tomajiko, Wawan Ilyas, menambahkan kegiatan pembukaan Kampung Ramadan II ini sekaligus deklarasi tokoh Abdul Basir sebagai pahlawan perintis Kemerdekaan Republik Indonesia.
“Kegiatan Kampung Ramadan II merupakan kerja sama pemuda dan BKM Nurul Aminin. Tujuannya kita mengajak generasi muda serta masyarakat untuk berusaha mandiri dengan potensi yang ada. Kita butuh meninggalkan sudut pandang yang semata-mata bergantung pada pemerintah,” kata Wawan.
Dalam sejarah kemerdekaan, sambung dia, orang Hiri punya peran penting dan sangat menentukan ketika ditelusuri jejak sekutu dalam melawan Jepang di Maluku Utara. Melalui perang Abdul Basir dan kawan-kawannya waktu itu ikut merancang strategi, mengelabui pasukan Jepang, dan berhasil mengantarkan Sultan Iskandar Muhammad Djabir Sjah dari Ternate, Hiri, Morotai hingga ke Australia.
“Tanpa orang-orang kecil ini, Jenderal Besar Doughlas MacArthur tidak akan bisa mendapat informasi penting mengenai kelemahan Jepang dalam Perang Dunia II, yang membuka jalan bagi kemerdekaan di bulan Agustus. Dan tanpa orang Hiri, MacArthur, jenderal besar sekutu itu tidak akan bisa mencapai kemenangan strategis dalam Perang Dunia II di Pasifik,” ujarnya.
Karena itu, peran orang-orang kecil seperti Abdul Basir inilah misi Klandestin Angkatan Laut Amerika tidak akan berhasil menguasai Jepang di kawasan ini. Oleh karena itu, Abdul Basir yang berjuang hingga menemui ajalnya di medan peperangan, medan juang, merupakan memori kolektif sebagai bagian terpenting proses kebangsaan Indonesia dalam mencapai kemerdekaan 1945.
“Maka, melalui Kampung Ramadan II ini, kita perlu menegaskan bahwa Abdul Basir adalah pahlawan perintis Kemerdekaan Republik Indonesia. Kitalah yang harus memberikan pengakuan itu, karena itu adalah hak kita dalam melihat sejarah,” tegas Wawan.
Setelah membuka kegiata Kampung Ramadan II secara resmi oleh Lurah Tomajiko, Musa Ibrahim, masyarakat Tomajiko serta para undangan yang sedari awal hadir memakai peci hitam ramai-ramai berjalan membawa sang saka Merah Putih serta sebuah plang jalan bertuliskan “Jl. Abdul Basir, Pejuang Revolusi 1945” menuju titik atau pintu masuk Kelurahan Tomajiko. Di tempat itulah, mereka tancapkan plang jalan tersebut dengan teriakan “Abdul Basir, Merdeka”.
Di tempat yang sama, Asghar Saleh selaku penulis buku memberi kesan bahwa mengenang Allahu Yarham Abdul Basir adalah suatu pelajaran penting bagi masyarakat. Bertahun-tahun, generasi Maluku Utara sejak SD didoktrin oleh sistem pendidikan untuk belajar dan menghafal tokoh-tokoh sejarah dari daerah lain, sementara tokoh-tokoh lokal sendiri hilang dari teropong mata pelajaran sejarah di sekolah-sekolah.
“Kita kehilangan identitas kesejarahan. Oleh karena itu, deklarasi Abdul Basir ini perlu dilakukan untuk kita ajarkan generasi kita tumbuh dengan identitas kesejarahannya yang herois dan mengagumkan ini. Mereka mempertaruhkan nyawa untuk kemerdekaan Republik Indonesia,” ujar Asghar.
Spirit Abdul Basir dan para pejuang lainnya dijadikan sebagai kekuatan membentuk mentalitas anak-anak dan generasi hari ini dan masa depan. Karena itu, Asghar menyarankan perlu dilakukan pengajaran di sekolah-sekolah SD mengenai perjuangan Abdul Basir, terutama SD di Tomajiko.
Sekadar diketahui, sejumlah kegiatan yang akan dilaksanakan di antaranya ziarah makam para khalifa, peresmian Pangaji Baba Lifa, Pasar Ramadan, deklarasi Abdul Basir sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan, Doto Ngaji, nobar film dokumenter pariwisata, sedekah anak yatim/piatu dan janda, gendang sahur keliling Hiri, sayembara sastra lisan Ternate, dan seribu obor Pulau Hiri di malam Lailatulqadar. (udi/tan)