JAILOLO, NUANSA – Bekerja sebagai nelayan memang biasanya memunculkan rasa keterikatan satu sama lain yang begitu kuat. Solidaritas itu menggambarkan nelayan Desa Saria, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat. Momen kebersamaan diperlihatkan saat pengarung lautan ini kompak berbuka puasa bersama di atas pajeko.
Di Desa Saria, nelayan pajeko akan libur selama tiga hari di awal puasa. Setelahnya, baru melakukan aktivitas melaut. Mereka pergi melaut setelah salat Ashar. Berbagai perlengkapan dipersiapakan saat melaut, yakni bahan bakar minyak (BBM) hingga menu buka puasa.
“Biasanya kepala puasa selama tiga hari itu seluruh nelayan Saria libur untuk berkesempatan buka puasa bersama keluarga. Setelah itu, di hari keempat atau kelima baru para nelayan mulai kembali melaut untuk berburu ikan di sore hari. Untuk buka puasa, tentunya di atas perahu, karena kebanyakan sekawanan ikan naik dan bermain itu saat matahari mulai terbenam,” kata Riz, salah satu warga nelayan Saria, Minggu (17/3).
Di Desa Saria, sebagian besar warga berprofesi sebagai nelayan. Karena itu, kata Riz, warga terpaksa harus pergi melaut meski menguras tenaga saat berpuasa. Apalagi saat menarik jaring, dipastikan membutuhkan tenaga ekstra. Ini dilakukan semata-mata hanya untuk mengais rezeki demi keluarga.
“Nelayan sangat mampu untuk menahan sampai buka puasa, karena sudah terbiasa. Tentunya warga di sini akan berpikir yang lebih condongnya ke profesi dan mata pencaharian mereka, jadi persoalan puasa tetap puasa dan mangael tetap dilakukan seperti biasa. Aktivitas ini terus dilakukan sampai mendekati malam Lailatulqadar,” tandasnya. (tan)