Opini  

3 Macam Orang Yang Berpuasa

Oleh: La Ode Muhmeliadi
Mahasantri RTM Darul Falah Cawan Klaten

_____

Jama’ah rahimahullah

ISLAM berarti menyerah. Artinya bahwa kita harus menyerahkan jiwa dan raga kita sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan bahasa lain yaitu kita harus tunduk, pasrah sepenuhnya atas perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dalam bahasa Al-Qurannya disebutkan “Sami’na wa atha’na” (kami dengar dan kami taat).

Perintah tersebut salah satunya puasa. Secara bahasa yaitu shiyam atau shaum yang berarti imsak. Imsak sendiri diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu menahan. Kalau secara syar’i (istilah) yaitu menahan makan, minum, berhubungan suami-istri atau hal-hal yang membatalkan puasa dari terbutnya fajar shadiq (atau hitungan waktu saat ini yaitu 10 menit sebelum salat subuh) hingga terbenamnya matahari (waktu magrib).

Syahadat sebagai pondasi dari rukun Islam. Salat, puasa, zakat, dan haji merupakan rukun Islam yang wajib ditunaikan. Ibadah haji mendapat pengecualian kepada siapa saja yang mampu secara finansial (harta), fiskal (tubuh yang sehat) dan mental (kebersihan hati). Zakat bagi siapa saja yang sudah layak dalam harta bendanya. Sementara salat dan puasa diwajibkan tanpa terkecuali. Hukum dari pada wajib (fardu’ain) adalah harus dilaksankan, dan dilaksanakannya mendapat pahala yaitu kebaikan, dan meninggalkannya yaitu berdosa. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Jama’ah yang insya Allah selalu dirahmati Allah Subhanahu awa Ta’ala.

Ada 3 macam orang yang berpuasa di bulan Ramadan, yaitu:

  1. Selalu bertambah kebaikan

Secara medis, puasa dapat menyehatkan badan dengan diperbaharuinya sel-sel tubuh. Seorang dokter mualaf asal Amerika bernama Andrea Wyler, melakukan eksperimen (uji mareti) tentang puasa di bulan Ramadan. Ternyata ia menemukan bahwa selama seseorang melaksanakan puasa dengan full sebulan penuh maka seluruh tubuhnya akan terperbarui seperti baru. Sebagaimana laptop yang terinstal kembali.

Proses pembaharuan sel itu dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, sepuluh hari awal dengan pembaharuan sel 10%. Kedua, sepuluh hari pertengahan meningkat menjadi 66%. Dan ketiga, sepuluh hari terakhir yaitu akan sempurna menjadi 100%.

Hal ini pernah disampaikan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam hampir 15 abad yang lalu. Bahwa dalam bulan suci Ramadan dibagi menjadi tiga fase yaitu; rahmat, magfirah, dan itqun minannar. Marilah kita perhatikan hadist Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam berikut:

“Telah diriwayatkan dari Salman bahwa Ramadan adalah bulan yang awalnya penuh rahmat, Di pertengahannya penuh ampunan dan fase terakhirnya pembebasan dari api neraka.” (HR Al Baihaqi dalam Syu’bul Iman).

Dengan puasanya yang benar, seseorang akan bertambah kualitas iman dan takwanya. Tadinya hanya salat yang 5 waktu, dengan puasa di bulan Ramadan maka bertambahlah dengan salat-salat sunnah (tarawih, witir, tahajud, dhuha, rawatib dan salat sunnah lainnya), dari sedekahnya yang jarang-jarang menjadi rajin bersedekah, dari malas baca Al-Quran hingga rajin membacanya setiap selesai menunaikan salat dan perbuatan-perbuatan baik lainnya.

Bertambah kebaikan dalam bahasa arab yaitu ziadatul khair. Maksudnya yaitu, keberkahan yang sudah diperoleh di bulan suci ini selalu dipertahankan hingga 11 bulan ke depan. Itulah ciri yang pertama.

Jama’ah rahimahullah. Sekarang kita menuju ke macam atau ciri yang kedua.

  1. Sekadar menjalankan syariat Islam

Sebagaimana firman Allah di dalam Surah Al-Baqarah ayat 183 itu, bahwa setiap orang yang beriman diwajibkan untuk berpuasa. Dan ini pun berlaku (diwajibkan) kepada orang-orang sebelum kita, yaitu para nabi dan rasul. Tujuannya apa? Yaitu “la’allakum tattaqun” bertaqwa.

Dari ciri yang kedua ini, mereka hanya sekadar melaksanakan kewajiban berpuasa, tetapi terkadang tidak salat. Ada juga puasa, tetapi tidak baca Al-Quran. Ada juga puasa dan salat, tetapi setelah Ramadan pergi, mereka tidak salat lagi. Bahkan ada juga yang puasa, salat, baca Al-Quran, sedekah, dan amal-amal baik lainnya, tetapi ketika Ramadan berakhir maka berakhir pula amalan-amalan itu.

Imam Ahmad mengatakan:“Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang hanya mengenal Allah di Bulan Ramadan saja”.

  1. Berpuasa, tetapi rugi

Banyak orang yang berpuasa tetapi rugi. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Banyak sekali orang yang berpuasa tetapi hanya mendapat lapar dan haus, seperti halnya banyak orang yang melakukan qiyamul lail (salat malam), tapi tidak mendapat apa-apa kecuali begadang.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

Orang-orang yang rugi dalam puasanya tersebut yaitu:

  • Orang yang hanya mendapat rasa lapar dan haus

Orang yang hanya mendapat lapar dan dahaga di bulan Ramadan adalah mereka yang tetap melakukan hal maksiat dan haram meskipun dia tahu itu adalah perbuatan buruk dan dirinya juga sedang berpuasa. Misalnya, dia berpuasa, namun dia tidak melakukan salat fardhu lima kali sehari. Maka puasa itu tidak lain hanya mendapat lapar dan dahaga.

  • Orang yang tidak mampu menahan lisannya

Golongan orang yang merugi di bulan Ramadan selanjutnya adalah orang-orang yang berpuasa namun masih giat untuk membicarakan orang lain tanpa sepengetahuannya atau biasa disebut dengan ghibah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad diceritakan,

“Ada dua orang wanita berpuasa pada zaman rasul. Mereka kehausan hampir saja mati. Beberapa orang melaporkan kejadian itu kepada Rasulullah, akhirnya Rasulullah memanggil dua wanita itu dan menyuruh mereka untuk muntah. Ternyata bersama muntah itu ada nanah, darah, dan daging mentah. Saat itu Rasulullah bersabda, ‘Dua wanita ini berpuasa dari hal-hal yang dihalalkan Allah, dan berbuka dengan hal-hal yang diharamkan Allah. Mereka duduk berdua dan memakan daging manusia.'”

Maksudnya, kedua wanita tadi berpuasa dari makan dan minum, tapi tidak berpuasa dari ghibah, gosip, dan menggunjing orang lain.

Sebagaimana Allah Subhana wa Ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ۝١٢

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat: 12)

  • Orang yang tidak mendapat rahmat Allah Subhana wa Ta’ala

Golongan orang yang merugi di bulan Ramadan yang ketiga adalah orang yang ketika keluar dari bulan Ramadan tidak mendapat rahmat Allah SWT dan tidak diampuni dosa-dosanya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ahsantudhonni dalam bukunya yang berjudul Puasa Ramadhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan penuh berkah, pada bulan itu Allah menaungi kalian dengan rahmat dan ridha-Nya, Allah akan menghapus dosa-dosa dan mengabulkan doa, di bulan itu Allah akan melihat berpacu kalian dalam menggapai kebaikan dan membangga-banggakan kalian kepada para malaikat-Nya, maka perlihatkanlah kebaikan itu dari diri kalian kepada Allah, sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu terhalang dari rahmat-Nya.” Wallahu a’lam bishawab. (*)