Oleh: Hardianti Diman, S.Pd
Aktivis Dakwah Islam
_____
PROGRAM makan siang gratis merupakan wacana yang dikampanyekan oleh Paslon 02 dan ini merupakan program unggulan dari mereka jika mereka memerintah. Dan saat ini Capres-Cawapres terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Program makan siang gratis sebagai prioritas dari Prabowo-Gibran. Bahkan baru-baru ini Prabowo mempelajari budaya pemberian makan gratis yang ada di sekolah Beijing, Cina, saat kunjungannya sebagai Menteri Pertahanan. Begitupun Gibran mengaku telah mengirimkan tim ke India untuk mempelajari program makan siang gratis di sana. Dan telah diketahui bahwa pemerintah India ini telah menerapkan makan siang gratis secara nasional sejak tahun 2001 dengan anggaran sekitar Rp21,77 triliun.
Dapat kita melihat bahwa penguasa di negeri ini merencanakan suatu kebijakan dengan tujuan untuk mencetak generasi berkualitas, namun yang terjadi juga hanya sebagai komoditas ekonomi dan demi tumbal ekonomi. Padahal untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya sebatas memenuhi nutrisi kebutuhan jasmaninya apalagi hanya makan siang gratis, tetapi yang menjadi asas paling penting dan utamanya ialah kurikulum system Pendidikan yang digunakan, guru yang berkualitas dan persediaan sarana prasarana yang memadai.
Program Makan Siang Gratis Sekadar Kebijakan
Program makan siang gratis sebenarnya tidak gratis. Karena diduga dananya berasal dari pengalihan dana subsidi BBM. Dan ini juga akan mengakibatkan harga-harga naik jika dananya diambil dari BBM. Sebagai informasi, wacana program makan siang gratis menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ramai dibahas. Tak hanya menjadi perbincangan DPR dan akademisi, forum guru juga menolak wacana tersebut. (detik.com/7/3/24).
Dari sini dapat dikatakan bahwa program makan siang gratis untuk mencetak SDM berkualitas tetapi malah mengancam kualitas Pendidikan nasional karena menggunakan dana BOS. Dan pada kenyataannya bukan lagi makan siang gratis tapi yang faktanya adalah tidak ada makan siang gratis. Dan hal ini akan menimbulkan masalah baru. Mengapa? Karena dana BOS sudah alokasi lain, seperti kesejahteraan guru, pengembangan sarana prasarana, dll.
Untuk pembelanjaan makan siang gratis ini membutuhkan dana yang sangar besar. “Berdasarkan data statisik BPS Tahun 2022/2023, data jumlah sekolah TK sampai SMA pada 2023 sekitar 399.376 unit sekolah. Kemudian data pokok pendidikan semester 2023/2024 menyebutkan, jumlah peserta didik di Indonesia sekitar 51.519.391 siswa.” Bisa bayangkan jika satu siswa dianggarakan Rp15.000/hari, akan seberapa besar dana yang dikeluarkan untuk hal ini? Besar bukan? Bahkan terselenggaranya program ini masih menjadi pertanyaan mengingat besarnya peluang korupsi atas program negara hari ini, yang justru akan makin menjauhkan terwujudnya target yang dimaksud.
Dan secara faktual masalahnya masyarakat memahami bahwa ketika diberikan makan siang gratis itu untuk semua anak sekolah mulai dari TK sampai SMA, ditambah ibu hamil dan balita. Namun realitasnya tidak demikian, karena makan siang gratis akan diberikan bertahap dan baru terakomodir semua pada tahun 2029. Miris!
Tambahan lagi, posisi Indonesia di middle income trape bukan semata karena kualitas SDM yang rendah. Ada banyak faktor lain yang juga berperan, termasuk system ekonomi yang digunakan. Sementara kualitas SDM tidak hanya sehat secara fisik, namun juga mental.
Kebutuhan yang terpenuhi bukan soal makan siang tapi juga ada sandang, papan, pangan. Tapi dalam sistem sekuler-kapitalisme hari ini adalah suatu keniscayaan pemerintah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya pasti tidak lepas dari adanya kempentingan.
SDM Berkualitas, Bukan Hanya Makan Siang Gratis
Sebagai warga negara pemenuhan pokok hidup bukan hanya makan siang, tetapi ada sandang, papan, pangan, juga kebutuhan pelayanan seperti kesehatan, pendidikan, politik keamanan, dll. Dan hal ini semua harusnya menjadi tanggung jawab negara. Hanya saja dalam sistem saat ini penguasa hanya sebagai regulator.
Dan ketika penguasa mensejahterakan rakyat juga tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan. Apalagi jika penguasa berasumsi dan bahkan disahkan menjadi kebijakan bahwa SDM yang berkualitas itu bisa dihasilkan dari terlaksananya program makan siang gratis juga jelas hanyalah ilusi belaka. Dan dapat kita lihat adanya masalah stunting juga disolusikan dengan program makan siang gratis ini. Jelas ini membuktikan gagalnya negara dalam sistem sekuler-kapitalismenya dalam mengurusi rakyat.
SDM berkualitas jelas juga merupakan output dari pendidikan dengan sistem kurikulum yang berkualitas. Hanya saja kurikulum dalam sistem kapitalisme menghasilkan generasi materialisme cinta dunia dan plus dengan rusak akhlak dan moralnya. Dan para intelektual yang dihasilkan dari pendidikan sekuler saat ini semuanya berkiblat ke Barat. Mulai dari pandangan hidup dan tolak ukur setiap perbuatanya tidak lagi menggunakan ideologi Islam secara utuh.
Oleh karena itu, kebijakan sistemis ini akan melahirkan krisis sistemis juga. Maka dengan program makan siang gratis ini tidak menjadi solusi dari sekian banyak persoalan yang dialami masyarakat saat ini dari ketidaksejahteraan, pendidikan, kesehatan, keamanan, dll. Sehingga perlu perhatikan adalah krisis sistemis saat ini pentingnya menggantikan tatanan sistem kehidupan secara sistemis juga. Karena mencetak SDM berkualitas itu bukan hanya realisasi makan siang gratis saja. Tentu wajib sistem kehidupan yang sahih dan menjadi mercusuar dunia bahkan menjadi peradaban menguasai 2/3 dunia adalah dengan menerapkan sistem Islam dan system ekonomi Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Allah Swt. Berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak akan ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Qs Ar-Ra’ad:11).
Perubahan secara sistemis yang mencetak SDM berkualitas ialah harus dengan system yang berkualitas bersumber dari sang Khaliq yang maha menciptakan dan maha pengatur yakni Allah Swt.
Sistem Islam Mencetak SDM Berkualitas
Dalam system Islam, pendidikan khalifah bertanggung jawab atas hal itu agar setiap warganya mampu melakukan kewajiban tersebut. Bahkan, biaya pendidikan juga menjadi kewajiban negara. Penerapan system ekonomi Islam dan system Islam lainnya, akan menjamin terwujudnya generasi berkualitas dan juga berkepribadian mulia. Masa dulu Islam memiliki generasi yang kuat fisik dan mentalnya serta berkepribadian mulia.
Hal ini tidak lepas dari tanggung jawab negara. Negara tidak boleh abai dan lepas tangan dalam pengurusannya sesuai hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya”.
Sungguh kita tidak bisa menampik bahwa tidak sedikit profil generasi muda yang saat ini jauh dari gambaran sejatinya rusak dan riskan. Ini merupakan faktor penyebabnya dari berbagai hal salah satunya output dari pendidikan dengan sistem kapitalisme. Dengan adanya kehidupan dengan menangunggkan kebebasan (liberalisme).
Alam hidup kapitalisme sekuler berdampak besar bagi krisis jati diri kaum muda. Lihat saja buktinya, tidak sedikit dari mereka yang mengalami krisis daya juang. Sebagian enggan hidup dalam kepayahan, sebagian harus hidup laksana sapi perah, dan sebagian lagi ada yang memilih jalan sesat menjadi generasi “melambai”, bahkan sampai ada yang harus hidup ngenes akibat mental illness. Pada saat yang sama, mereka juga terombang-ambing dan begitu mudah terikut arus tanpa mampu melepaskan diri. Kondisi ini akibat semesta kehidupan yang serba bebas dan serba boleh sehingga kehidupan mereka kehilangan pegangan dan standar hakiki. Di satu sisi, mereka disebut produktif, tetapi atas standar duniawi. Mereka juga disebut tangguh, tetapi sebenarnya jadi buruh. Namun di sisi lain, mereka adalah korban kezaliman system kehidupan penghamba harta, yakni kapitalisme.
Oleh karena itu, jika kita membiarkan ideologi kapitalisme terus menerus meracuni kaum muda muslim, pada titik inilah sejatinya tengah terjadi pembajakan dan penyesatan potensi pemuda muslim secara massal dan sistemis. Akibatnya, produktivitas dan ketangguhan pemuda muslim hanya menjadi bahan bakar bagi mesin ekonomi kapitalisme.
Jelas hal ini tidak bisa ditawar lagi. Pemuda muslim butuh perubahan jati diri detik ini juga. Produktivitas dan ketangguhannya tidak akan sia-sia jika digunakan untuk perjuangan membela agama Allah. Tidak pelak, visi besar penggemblengan mereka sebagai bibit generasi unggul pun hanya bisa berdasarkan aturan Allah. Oleh karena itu dengan profil generasi Islam yang kuat fisik dan mental dan berkepribadian mulia akan mudah terwujud. Wallahu ‘alam bissawab. (*)