Opini  

Memaknai Cinta Dalam Perspektif Islam

Oleh: Raihun Anhar, S.Pd
Pemerhati Umat

_____

DICLAIMER tulisan ini dibuat tidak bermaksud menyinggung pihak korban atau pihak manapun, melainkan sebagai edukasi. Pada tanggal 15 April, ada seorang laki-laki berusia 20 tahun bunuh diri akibat tidak direstui oleh orang tua. Alasannya karena beda keyakinan. Laki-lakinya beragama kristen dan perempuan muslim. Mereka berdua sudah pacaran sejak di bangku SMA. Mereka berdua telah menandatangani perjanjian untuk pisah pada 15 April 2024 di kantor Desa Wama, Kecamatan Oba Selatan, Kota Tidore Kepulauan. Korban bunuh diri setelah mereka menandatangani perjanjian untuk pisah.

Sedih melihat korbannya. Betapa ia mencintai kekasihnya. Hingga ia bunuh diri karena putus asa dengan cinta. Inilah salah satu bahayanya cinta bisa korbankan nyawa. Untuk itu kita perlu pahami makna cinta dan alasan kita mencintai seseorang agar tidak salah bertindak.

Makna cinta itu luas sehingga fokus di sini adalah memahami dari perspektif Islam. Dalam Islam cinta yang utama adalah mencintai Allah dan Rasulullah Saw. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ

“Tiga hal, yang apabila seorang memilikinya, maka akan mendapatkan manisnya; orang yang menjadikan Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari selainnya, orang yang mencintai seorang hamba hanya karena Allah, dan orang yang benci pada kekafiran setelah Allah selamatkan darinya sebagaimana benci dilemparkan ke neraka“. (HR. Bukhari)

Bahkan tidak sempurna keimanan kita sebelum mencintai Rasulullah. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ رواه البخاري

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia“. (HR. Bukhari)

Berarti kita boleh mencintai siapapun asalkan Allah dan Rasul lebih kita cinta. Makna mencintai Allah dan Rasul adalah mengikuti dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Begitulah kata ulama. Boleh mencintai pasangan tetapi bukan dengan pacaran, karena Islam melarangnya. Sebagaimana ayat Qur’an dan hadis berikut ini:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةًۗ وَسَاۤءَ سَبِيْلًا

“Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk.” (QS. Al Isra ayat 32)

وَعَنْهُ اِلاَّوَمَعَهَاذُوْمَحْرَمٍ وَلاَ رَضِى اللهُ َعْنهُ قَالَ : سَمِعْتُ رسول اللهِ صلى الله عليه و سلم َيخْطُبُ يَقُوْلُ : لاَيَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِإِمْرَأَةٍ تُسَافِرُ الْمَرْأَةُ ِالاَّمَعَ ِذيْ مَحْرَمٍ. فَقَامَ رَجُلٌ. فقال:يارسول الله، ِإنَّ ِإمْرَأَتِى خَرَجَتْ حَا جَّةً وَ ِإنِّى ِاكْتَتَبْتُ فِى غَزْوَةٍ كَذَاوَكَذَا، فَقَالَ : اِنْطَلِقْ فَحَجِّ مَعَ إِ مْرَأَتِكَ. (متفق عليه)

“Ibnu Abbas berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW berkhotbah, “Janganlah seorang laki-laki bersama dengan seorang perempuan, melainkan (hendaklah) besertanya (ada) mahramnya, dan janganlah bersafar (bepergian) seorang perempuan, melainkan dengan mahramnya. “Seorang berdiri dan berkata: Ya Rasulullah, istri saya keluar untuk haji, dan saya telah mendaftarkan diri pada peperangan anu dan anu.” Maka beliau bersabda, “Pergilah dan berhajilah bersama istrimu.” (Mutatafaq’alaih)

Islam juga melarang nikah beda agama. Nikah beda agama saja dilarang tentu pacaran beda agama lebih terlarang. Seorang muslimah dilarang menikah dengan laki-laki musyrik kecuali laki-laki masuk Islam.

وَلَا تُنكِحُواْ الْمُشِرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُواْ وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ

“Janganlah kalian menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sungguh budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS Al Baqarah ayat 221).

Pernah terjadi pada tiga putri Rasulullah Saw (Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Zainab) sebelum turun ayat ini mereka juga telah menikah dengan laki-laki musyrik dan mereka pun meninggalkan suami mereka. Lebih sedih kisah Zainab yang masih mencintai suaminya dan sebaliknya. Tetapi mereka dipisahkan Rasul kemudian bersatu kembali setelah suaminya masuk Islam.

Dari sinilah dapat dikatakan bahwa bunuh diri akibat cinta karena salah memahami cinta. Sehingga perlu untuk dipahami dengan baik agar tidak salah bertindak. Bunuh diri dalam Islam juga haram apapun alasannya. Sebagaimana Allah berfirman :

…وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا

“Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(QS. An Nisa ayat 29)

Berkorban nyawa dalam Islam adalah jihad. Menurut para ulama,, jihad merupakan puncaknya iman. Orang-orang yang mati dalam jihad disebut syahid dan balasannya adalah surga tertinggi (firdaus).

Dalam cinta juga perlu hati-hati karena ada bahaya jika berlebihan. Dimana jangan mencintai manusia melebihi Allah dan Rasul. Cintailah manusia karena Allah agar cinta itu bernilai ibadah. Itulah alasan dalam Islam. Jika kita mencintai manusia karena selain dari Allah maka tidak bernilai di sisi Allah. Sungguh merugi jika demikian. Tidak ada gunanya mencintai namun Allah tidak ridha karena dalam Islam kebahagiaan adalah ridha Allah SWT. Wallahu alam bii sawwab. (*)