Oleh: Raihun Anhar, S.Pd
Pemerhati Umat
PADA Jumat, 26 April 2024 kemarin, beberapa 8 anak yang ditangkap polisi di Desa Lelilef Woebulen, Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, karena kepergok ngelem. Saat ditanyakan beberapa anak mengaku dipaksa dan diancam untuk ngelem. Selebihnya atas kemauan mereka sendiri.
Setiap geng anak-anak pasti ada ketuanya. Ia adalah siswa SD namun ia sudah tidak lagi sekolah. Diketahui ia telah beberapa kali menghisap lem dan mengajak teman-teman lain. Namun kali ini, ia berhasil mendapatkan banyak followers. Itu artinya ia menginginkan teman-temannya sakit seperti yang ia rasakan. Jika ia sudah keseringan dan kecanduan bisa mengakibatkan kerusakan otak dan lambung yang permanen.
Lem yang biasa dihisap anak-anak termasuk jenis narkotika. Hal ini dijelaskan dalam UU No. 35 tahun 2009 bahwa lem seperti aibon termasuk dalam narkotika golongan 1. Adapun sanksi bagi yang ngelem bisa dipidanakan tercantum dalam pasal 129-132 UU 35 Tahun 2009, dimana hukuman penjara maksimal 20 tahun dan denda terbesarnya mencapai lima miliar.
Ngelem atau penyalahgunaan lem bukan baru terjadi pada generasi sekarang, melainkan sudah terjadi sejak tahun 1980-an. Hal ini dijadikan sebagai pelarian anak-anak jalanan dari kehidupan yang keras. Dimana waktu itu mereka susah dapat kerja akibat resesi pada tahun 1930-an. Maka ngelem menjadi pilihan mereka untuk melupakan masalah hidup yang berat. Historia.id (1/11/2019)
Akar Masalahnya
Lem yang dihisap adalah lem kayu. Mestinya dipakai untuk merekatkan kayu yang satu dengan yang lain. Namun karena beratnya hidup, lem kayu bisa disalahgunakan menjadi obat penenang yang mematikan.
Dari sini dilihat bahwa ada kesalahan berpikir pada anak. Mengingat di usia anak-anak akal manusia juga belum sempurna dalam berpikir. Ditambah lagi pengaruh lingkungan dan pergaulan yang buruk membuat kesalahan itu menjadi wajar.
Maka hal ini menjadi tugas utama orang tua untuk mengajarkan cara berpikir yang benar kepada anak. Sehingga ia tahu kalau segala sesuatu itu harus digunakan sesuai fungsinya atau ia mencapai masa akil. Jika tidak sampai pada akil maka bisa salah dan bahkan fatal.
Kuatkan Pondasi Keluarga Selamatkan Generasi
Seperti dijelaskan di atas bahwa ngelem berawal karena beratnya hidup yang ditanggung anak jalanan dulu. Maka orang tua jangan membebani anak dengan berbagai permasalahan rumah tangga. Diupayakan masalah orang tua jangan sampai diketahui anak. Mengingat hal ini bisa berpengaruh pada anak hingga broken home dan mencari kesenangan di luar rumah. Oleh karena itu orang tua harus memberikan rumah yang nyaman untuk anak sehingga mereka tidak mencari kesenangan di luar. Mereka bahagia di rumah bersama keluarga.
Ibu memaksimalkan perannya sebagai madrasah ula (sekolah utama) anak harus memberikan ilmu yang bermanfaat untuk anak-anaknya. Ayah juga menjadi partner dalam mendidik anak agar tercapai tujuan didikan tersebut. Keduanya memilki tanggung jawab untuk mendidik anak menjadi pribadi yang baik dan kuat. Di awali dengan memahamkan agama kepada anak-anak agar mereka dekat kepada Allah SWT. Ajarkan bahwa bahagia adalah saat Allah ridho pada kita.
Hal ini bisa orang tua lakukan dengan meneladani orang tua terdahulu yang berhasil mendidik generasi. Mempelajari sejarah orang tua hebat seperti dari para ulama dan para ilmuwan muslim sebagai bekal dan motivasi dalam mendidik anak dan mengaplikasikan dalam mendidik anak-anak. Hal ini memang bukanlah hal yang mudah sehingga butuh usaha ekstra dan doa yang maksimal untuk sukses menjalaninya. Karena usaha tanpa doa adalah sombong dan doa tanpa usaha adalah malas.
Hari ini penjajah berusaha merusak kaum muslim termasuk keluarganya, sehingga keluarga harus memilki benteng pertahanan yang kuat yakni agama. Dengan mempelajari Islam orang tua menjadi kuat hadapi tantangan hidup yang berat. Mengingat orang tua kuat dahulu adalah mereka yang berpegang teguh pada Islam. Kekuatan itulah yang harus diturunkan ke anak.
Jika keluarga berhasil mendidik anak dan menjadi tempat ternyamannya, kemungkinan besar anak tidak mencari kesenangan di luar apalagi ngelem. Mereka bahagia bersama keluarga. Segala tantangan hidup mereka bisa hadapi bersama keluarga sebagai support sistemnya.
Masyarakat dan Negara Ikut Mendidik Generasi
Selain keluarga yang bertugas mendidik generasi, masyarakat dan negara juga sama. Dimana masyarakat menjadi pengontrol yang mengawasi generasi di ruang publik. Jika terdapat pelanggaran seperti ngelem maka nasihatilah atau menghentikannya dengan baik.
Jangan menjadi masyarakat yang cuek dengan membiarkan generasi hancur. Walaupun harus lelah menasihati berulang kali. Lebih baik lelah menasihati dari pada melihat generasi hancur yang nantinya meresahkan semua orang.
Nasihatilah anak-anak dengan kata-kata yang baik sehingga nasihat itu sampai ke hati mereka bahwa kita menyayangi mereka, kita ingin mereka menjadi lebih baik. Bukan menghujat yang membuat anak-anak makin menjadi-jadi. Inilah kebiasaan buruk masyarakat Indonesia, orang salah dihujat pelakunya bukan sibuk mengoreksi perbuatannya. Hal ini harus diubah.
Negara juga memiliki peran besar untuk menjaga generasi yang sudah dididik dalam keluarga yang baik. Negara memfasilitasi pendidikan yang baik dengan tidak menyulitkan para pendidik dalam administrasi yang ribet. Sehingga guru bisa fokus mendidik generasi menjadi cerdas dan taat. Negara juga memberikan tunjangan yang baik pada guru agar guru tidak stres.
Mengapa guru dan pendidikan harus diperhatikan? Karena pendidikan adalah proses mencetak generasi cemerlang dengan ilmu dan guru adalah pendidik generasi tersebut. Jika sistem pendidikan buruk dan guru diperlakukan tidak baik bisa berdampak buruk pada hasil didikannya. Contohnya anak SD sudah ngelem merupakan satu contoh kegagalan pendidikan sekuler hari ini. Guru stres dengan administrasi, tugas mendidik terbengkalai, anak-anak pun tak terdidik.
Akan tetapi, berharap negara hari ini mewujudkan sistem pendidikan terbaik dan memperlakukan guru dengan baik seperti menunggu ayam tumbuh giginya. Mustahil itu semua terwujud di negara yang mengambil kapitalisme sebagai sistem negaranya. Mengapa? Karena tolak ukur kebahagian kapitalisme adalah mendapatkan keuntungan materi sebanyak-banyaknya.
Oleh sebab itu sistem yang bisa menjamin guru bisa bekerja dengan baik tanpa ribet dengan administrasinya adalah Islam. Hal ini dibuktikan dalam sejarah peradaban Islam, dimana sejak Rasulullah Saw dan seluruh Khalifah yang selalu memperhatikan pendidikan. Hal ini bisa dilihat dengan lahirnya para ilmuwan-ilmuwan muslim yang cerdas dan taat seperti Al Khawarizmi, Ibnu Sina, Abbas Ibnu Firnas, Maryam Asturlabi dan masih banyak lagi. Mereka fokus belajar untuk menjadi ilmuwan yang memberikan manfaat untuk hidup dan jauh dari ngelem tentunya.
Sistem pendidikan Islam juga memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap peradaban Barat. Dimana Albert Einstein yang di-bully karena bodoh bisa menjadi ilmuwan dalam ilmu fisika karena membaca buku Ibnu Sina. Right Bersaudara bisa membuat pesawat terbang karena terinspirasi dari Abbas Ibnu Firnas. Barat mengembangkan GPS karena belajar dari Maryam Asturlabi.
Kesimpulannya bahwa untuk melahirkan generasi cemerlang membutuhkan orang tua yang taat dan kuat, masyarakat yang peduli terhadap generasi dengan senantiasa menyampaikan kebaikan (nasihat), dan negara yang menerapkan sistem pendidikan Islam. Ketiganya harus berjalan dengan baik untuk hasil yang lebih baik. Dengan begitu maka akan lahir lagi para ilmuwan seperti kejayaan Islam dahulu yang cerdas dan taat. Wallahu alam bii sawwab. (*)