Oleh: Firdaus Muhidin
Pegiat Literasi/Anggota Humas KAMMI Daerah Ternate
_____
“Menulis pada dasar adalah tradisi untuk semua. Demikian karena adanya tulisan sendi kehidupan akan terus berlangsung. Menulis sesungguhnya adalah ungkapan hati, pikiran, gagasan dengan mengekspresikan kepada orang atas apa yang dibaca, dilihat, diamati, diteliti serta dipikirkan. Kita harus berani menempatkan bahwa menulis bukan sebatas soal bakat tapi menulis lebih kepada soal minat, hasrat, dan ketrampilan”.
(M. Sadli Umasangaji)
Sebuah narasi atau ungkapan yang begitu menarik memberikan kesan yang mendalam bahwa menulis adalah sebuah minat, hasrat dan talenta keterampilan yang terus diasah. Membudayakan membaca dan mentradisikan menulis adalah kerja semua orang. Kerja-kerja intelektual, kerja-kerja budayawan, kerja-kerja peradaban dan menariknya M. Sadli Umasangaji dalam bukunya “Ideasi Gerakan KAMMI” menyajikan analisis mendalam tentang pentingnya menulis dan pengkaderan sebagai dua pilar utama yang menopang gerakan mahasiswa. Dalam sub tema “menulis dan pengkaderan”, M. Sadli Umasangaji menekankan bahwa keduanya saling terkait dan esensial untuk keberlangsungan dan keberhasilan gerakan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).
Menulis bagi kader KAMMI bukan sekadar alat untuk mengekspresikan gagasan, tetapi juga merupakan sarana untuk memperkokoh ideologi gerakan. Para tokoh-tokoh gerakan yang dikutipnya mulai dari Natsir, Buya Hamka, Sayyid Quthb dan tokoh-tokoh perjuangan lainya yang begitu masif pergerakan mereka disebabkan tulisan-tulisan mereka yang masih aktif hingga saat ini. M. Sadli Umasangaji menggarisbawahi bahwa menulis memungkinkan kader untuk berpikir kritis dan analitis, serta mengembangkan kemampuan argumentasi yang kuat. Tulisan-tulisan ini berfungsi sebagai media komunikasi yang efektif dalam menyebarluaskan nilai-nilai perjuangan atau gerakan dan misi KAMMI kepada khalayak yang lebih luas.
Tulisan yang dihasilkan oleh kader KAMMI juga berperan sebagai arsip intelektual yang penting. M. Sadli Umasangaji menegaskan bahwa dokumentasi ide-ide dan pengalaman gerakan melalui tulisan memungkinkan pengetahuan ini diwariskan kepada generasi berikutnya. Hal ini memastikan bahwa semangat dan visi gerakan tetap hidup dan relevan dari waktu ke waktu.
Pengkaderan, di sisi lain, adalah proses yang strategis dalam membangun dan mempertahankan kekuatan gerakan. M. Sadli Umasangaji menjelaskan bahwa pengkaderan yang efektif harus mencakup pendidikan ideologis, pengembangan keterampilan, dan pembentukan karakter. Proses ini tidak hanya bertujuan untuk mencetak kader yang kompeten, tetapi juga pemimpin yang berintegritas dan berkomitmen.
M. Sadli Umasangaji menekankan bahwa pengkaderan yang baik harus dilakukan secara berkesinambungan dan terstruktur. Melalui pelatihan yang intensif dan pendampingan yang konsisten, kader-kader KAMMI dibekali dengan kemampuan untuk menghadapi tantangan dan dinamika sosial-politik yang kompleks. Pengkaderan ini juga menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang menjadi landasan dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil.
Sinergi antara menulis dan pengkaderan dalam pandangan M. Sadli Umasangaji sangat penting. Menulis membantu kader untuk menginternalisasi dan menyebarkan ideologi gerakan, sementara pengkaderan memastikan bahwa kader-kader ini siap untuk memimpin dan mengimplementasikan ide-ide tersebut dalam berbagai konteks. Kedua aspek ini menciptakan kader yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan kepemimpinan.
Selain itu, menulis dapat menjadi alat refleksi bagi para kader. Melalui menulis, kader dapat mengevaluasi pengalaman mereka, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta merumuskan strategi yang lebih efektif untuk masa depan. Menulis juga memupuk budaya diskusi dan debat yang sehat di dalam tubuh KAMMI, yang pada gilirannya memperkuat kohesi dan solidaritas internal.
Dalam konteks pengkaderan bahwa pentingnya pendekatan yang holistik. Pengkaderan tidak hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual. Kader yang dibentuk dengan pendekatan holistik ini akan memiliki keseimbangan yang baik antara kemampuan akademis dan kepekaan sosial, serta antara kemampuan teknis dan nilai-nilai etika.
M. Sadli Umasangaji juga menekankan pentingnya menulis sebagai sarana untuk membangun reputasi dan kredibilitas gerakan. Tulisan yang berkualitas dan dipublikasikan di media massa, opini publik atau jurnal ilmiah atau media apapun yang dapat meningkatkan citra KAMMI di mata publik dan pemangku kepentingan lainnya. Ini penting untuk mendapatkan dukungan dan legitimasi yang lebih luas.
M. Sadli Umasangaji percaya bahwa pengkaderan harus menciptakan kader yang mandiri dan proaktif. Kader yang mandiri mampu mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, sementara kader yang proaktif selalu siap untuk bertindak dan merespons dengan cepat terhadap perubahan dan tantangan yang ada.
Dalam menulis, M. Sadli Umasangaji menyoroti pentingnya orisinalitas dan kreativitas. Kader KAMMI didorong untuk menghasilkan karya-karya tulis yang unik dan inovatif, yang tidak hanya menggugah pemikiran tetapi juga memberikan solusi konkret bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Kreativitas dalam menulis juga membantu kader untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dan menarik.
M. Sadli Umasangaji juga menekankan bahwa menulis harus menjadi bagian dari budaya organisasi. KAMMI perlu menciptakan lingkungan yang mendukung dan mendorong kader untuk menulis, dengan menyediakan berbagai fasilitas dan kesempatan, seperti pelatihan menulis, lomba menulis, dan publikasi karya kader. Meneladani tokoh-tokoh pergerakan di samping itu giat menulis sebut saja Muhammad Natsir, Muhammad Hatta, Buya Hamka, Hasan Al-Banna, Sayyid Quthb dan tokoh lainya pilihan yang menjadi idola para kader-kader KAMMI.
Di sisi lain, pengkaderan juga harus memperhatikan aspek mental dan fisik kader. Kader yang sehat secara mental dan fisik akan lebih mampu menghadapi tekanan dan tantangan. Oleh karena itu, program pengkaderan harus mencakup kegiatan yang mendukung kesejahteraan mental dan fisik, seperti olahraga dan konseling. Keterampilan menulis juga memperkuat kemampuan komunikasi kader. M. Sadli Umasangaji menekankan bahwa kader yang mampu menulis dengan baik akan lebih mudah dalam menyampaikan ide dan gagasan mereka secara jelas dan persuasif. Ini penting dalam berbagai situasi, mulai dari rapat internal hingga kampanye publik.
Menulis dan pengkaderan juga berperan dalam membentuk identitas dan jati diri kader. Melalui menulis, kader dapat merefleksikan dan meneguhkan nilai-nilai yang mereka yakini, sementara pengkaderan membantu mereka mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam tindakan nyata.
Secara keseluruhan, pemikiran M. Sadli Umasangaji dalam buku “Ideasi Gerakan KAMMI” memberikan panduan yang komprehensif bagi pengembangan kader KAMMI. Menulis dan pengkaderan bukan hanya sekadar aktivitas rutin, tetapi merupakan investasi strategis dalam membangun generasi pemimpin yang intelektual, berintegritas, dan berkomitmen terhadap perubahan sosial. Kedua aspek ini, jika diimplementasikan dengan baik, akan menjadi pilar yang kokoh dalam menggerakkan KAMMI menuju visi dan misinya. Wallahu ‘alam bissawab. (*)