DARUBA, NUANSA – Tidak sedikit siswa-siswi di Desa Saminyamau, Kecamatan Pulau Rao, Kabupaten Pulau Morotai, yang berhenti sekolah. Ini karena akses tranportasi laut baik pergi maupun pulang sekolah di seberang pulau terbilang sulit. Bahkan, banyak di antara siswa yang harus bertaruh nyawa demi sampai tujuan.
Hal itu disampaikan Rifaldi Madjid, aktivis Front Gerakan Aksi Mahasiswa Morotai (GERAM) saat menggelar hearing dengan sejumlah pimpinan OPD di ruang rapat Sekda Morotai, Selasa (11/6).
Menurutnya, sejumlah siswa terkadang berenang sejauh 300 meter melintasi lautan agar bisa pergi atau pulang dari sekolah, karena ketidaktersediaannya sarana transportasi. Sehingga itu, pihaknya menilai, Pemkab kurang menaruh perhatian terkait masalah tersebut.
“Banyak anak-anak di Desa Saminyamau itu dorang berhenti sekolah, karena faktornya adalah dorang tidak punya transportasi laut. Ketika dorang ke sekolah melewati perairan pantai itu orang tua mereka yang mengantar, tapi saat pulang sekolah lalu orang tua mereka sedang pergi memancing, maka mereka kadang berenang dengan jarak 300 meter,” kata Rifaldi.
Rifaldi menerangkan, beberapa bulan lalu, sejumlah siswa asal Desa Saminyamau nyaris tenggelam di laut saat pulang sekolah dengan menggunakan sebuah sampan kecil. Kata dia, meski masalah tersebut sudah diketahui oleh Pemkab Morotai, tapi pemkab sendiri seolah tutup mata terhadap masalah yang dihadapi oleh siswa-siswi Desa Saminyamau.
“Makanya di beberapa bulan kemarin itu kan ada anak-anak siswa Desa Saminyamau yang tenggelam dan itu kami yakin pemda juga lihat. Maksudnya sejak saat Kabupaten Pulau Morotai dimekarkan sampai saat ini itu sumbangsih Pemkab Morotai terhadap anak-anak di Desa Saminyamau itu apa,” ucapnya.
Sementara, Kepala Dinas Perhubungan Morotai, Ahdad Hi Hasan, menuturkan pihaknya telah memberikan dua unit speedboat kepada BUMDes Saminyamau yang dikelola untuk kepentingan bersama, termasuk untuk transportasi siswa-siswi Desa Saminyamau.
“Tahun lalu di bulan Februari, kami pernah memberikan pinjam pakai speedboat ke Saminyamau, tapi walaupun saat itu kepala desa menyampaikan ke kami bahwa kepentingannya adalah untuk anak-anak sekolah,” kata Ahdad.
“Kami punya speedboat saat itu dua unit, akhirnya kami berikan kepada Desa Saminyamau melalui BUMDes, karena memang pengadaan speedboat itu atas nama BUMDes. Maka, kami serahkan kepada BUMDes untuk supaya digunakan demi kepentingan BUMDes dan kepentingan anak-anak sekolah,” sambungnya.
Meski baru satu tahun digunakan, kata dia, sarana transportasi tersebut sudah mengalami kerusakan dan tidak layak untuk digunakan, karena tidak dipelihara secara baik oleh pengelola di desa tersebut.
“Setelah saya melakukan evaluasi satu tahun ini, speed-nya sudah rusak karena tidak dipelihara, sehingga sarana itu tidak layak pakai lagi. Jadi torang sudah pernah adakan. Untuk itu, sehari dua kami bentuk tim untuk segera mengevaluasi ada beberapa bantuan aset kami yang pinjam pakai itu yang tidak dipelihara, contohnya di Desa Posi-posi satu unit dan Desa Saminyamau,” pungkasnya. (ula/tan)