TERNATE, NUANSA – Manajemen Project Literasi Digital Maluku Utara bersama Pemerintah Kota Ternate bakal me-launching Festival Kora-kora tahun 2024 di pelataran parkir Pelabuhan Armada Semut Ternate, Sabtu (22/6) pukul 20.00 WIT.
Project Assistant Literasi Digital Maluku Utara, Arry N Kasmarang, mengatakan kolaborasi pada momentum launching Festival Kora-kora tahun 2024 saat ini sebagai bagian dari upaya untuk terus mendorong kelompok potensial pengguna internet dalam berbagai platform digital untuk berpartisipasi aktif dalam mengampanyekan empat pilar literasi digital nasional, yaitu cakap digital, etika digital, budaya digital dan keamanan digital dengan menghadirkan para narasumber yang telah bersertifikat TOT Literasi Digital 2024.
Mereka adalah Sasmita Abdurahman, Abdul Jalil Djayali, dan Amal Hasanuddin (D’facto). Para narasumber ini akan dipandu oleh Maesara selaku moderator dan juga M Alief Zidane/Pricillia Kharie (konten kreator) dan Rahman Muhammad/Tete Ko (konten kreator) selaku Master of Ceremony.
“Selain talkshow Makin Cakap Digital, juga akan digelar rangkaian kegiatan seru lainnya yang menarik untuk disaksikan, antara lain special performance dari beberapa komunitas dan musisi hebat Maluku Utara seperti Music Corner (corner project), Treeshome, President Tidore, Nomat, Rany Husain, dan masih banyak lainnya,” ujar Arry.
Tentu disadari bahwa negeri ini memiliki potensi objek wisata yang menarik untuk dikembangkan, tidak saja di bidang sejarah daratan seperti tentang petani rempah dan komoditi tanaman rempahnya, melainkan juga menyentuh segmen yang lebih luas tak terkecuali kebaharian.
Menurutnya, sejarah panjang perjalanan bangsa ini juga telah terukir di berbagai lembaran buku, artefak dan peninggalan sejarah tentang jelajah maritim yang sangat terkenal tidak saja di nusantara, melainkan juga seluruh dunia. Perahu tradisional kora-kora yang digunakan tempo dulu untuk mengarungi lautan yang begitu luas di bumi nusantara bahkan untuk menjelajahi dunia kini tergantikan dengan alat transportasi modern yang tercepat dan termudah.
Perahu tradisional kora-kora menjadi alat tranportasi utama pasukan kerajaan untuk menaklukan atau menguasai satu sama lain. Selain itu, perahu tradisional ini juga digunakan untuk mengangkut barang-barang tertentu meskipun dalam jumlah yang terbatas, dan lebih penting lagi perahu tradisonal ini menjadi inspirasi yang menyemangati aktivitas pelayaran tempo dahulu sebelum dikenalnya kapal-kapal pinisi atau sarana transportasi laut modern lainnya.
Kini, perahu kora-kora semakin menjadi alat transportasi di laut yang unik dan sulit ditemukan. Keunikan ini disadari menjadi sebuah peluang untuk dikembangkan serta di tingkatkan dalam wujud investasi pembangunan prasarana dan sarana pariwisata bahari guna meningkatkan kualitas pelayanan terhadap wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara.
Dimaklumi, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan pantai terpanjang nomor 2 di dunia serta luas lautan 2/3 luas daratan yang memiliki potensi sumber daya alam dan budaya: pulau-pulau kecil, pantai, pesisir, potensi bawah air (hayati dan non hayati), budaya masyarakat pesisir dll.
Selain itu, posisi geografis Indonesia berada di antara negara-negara yang memiliki fasilitas maritim untuk pelayaran (cruise, yacht, sailing), sehingga segmen kebaharian dapat diandalkan sebagai penghasil devisa negara.
Lebih lanjut, menurutnya, peningkatan kualitas pembangunan pariwisata bahari saat ini menjadi perhatian serius tidak sekadar untuk memenuhi kebutuhan plesiran wisatawan, melainkan lebih dari itu adalah kepedulian terhadap keberlanjutan, kelangsungan dan kelestarian ekologis yang kini diwujudkan oleh berbagai pihak dan lapisan masyarakat luas.
“Tidak ketinggalan, pemerintah daerah pun dituntut secara sinergis terus berupaya melakukan kerja sama di bidang kebaharian melalui pengembangan jenis dan kualitas produk-produk wisata seperti: wisata selam (diving), wisata selancar (surfing), wisata mancing (game fishing), wisata layar (sailing), wisata kapal pesiar (cruising), dll,” jelasnya.
Tentunya diperlukan pula harmonisasi dan simplifikasi berbagai perangkat peraturan yang terkait di dalam mendukung pengembangan wisata bahari serta pemberian perhatian khusus kepada pengembangan kawasan ekowisata, terutama di lokasi-lokasi yang mempunyai potensi obyek wisata alam bawah laut yang sangat besar.
Implementasi gagasan ini dapat dikaji secara mendalam untuk dapar melahirkan sebuah regulasi peraturan daerah (perda) tentang Aquarium Kota pada beberapa spot seperti pada kawasan Taman Nukila dan sekitarnya. Demikian pula di beberapa spot dan destinasi wisata bahari lainnya di Kota Rempah ini.
Pada konteks yang demikian, maka peran komunitas sebagai ekosistem pembangunan kepariwisataan memiliki peran penting dalam mewujudkan program-program pembangunan bangsa dan juga pembangunan daerah. Karena itu pula, maka pelibatan dan peran aktif komunitas seni budaya termasuk kontribusi para musisi merupakan sebuah elemen penting, tidak saja bagi kepentingan promosi pariwisata, namun juga pemberdayaan dan sinergisitas dalam mewujudkan agenda-agenda pembangunan secara menyeluruh.
“Termasuk pula pelibatan komunitas dan para musisi yang akan tampil pada malam hiburan dan Launching Festival Kora-kora yang akan digelar pada Sabtu, 22 Juni 2024 nanti di Pelataran Parkir Pelabuhan Semut, Kelurahan Mangga Dua,” jelasnya. (tan)