DARUBA, NUANSA – Badan Pengurus Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Morotai (BP Hippmamoro) Maluku Utara, secara tegas meminta aktivitas pengerukan kerikil di sungai Desa Sangowo Barat, Kecamatan Morotai Timur, Kabupaten Pulau Morotai, segera dihentikan. Pasalnya, aktivitas penambangan batuan kerikil itu dianggap merugikan masyarakat sekitar.
“Pengambilan material kerikil di sungai itu hanya merugikan masyarakat sekitar karena selain kerugian ekonomi, kerugian lingkungan juga akan ditanggung oleh masyarakat,” kata Ketua Hippmamoro, Nuhfatir Sibua, Jumat (28/6).

Menurutnya, di area sungai Desa Sangowo Barat sebelumnya pernah dilakukan pengerukan kerikil secara massif oleh PT Bela beberapa tahun lalu. Dampak lingkungan seperti abrasi terhadap lahan perkebunan warga yang menumbangkan puluhan pohon kelapa serta cengkih dan pala itu sudah seringkali terjadi.
“Olehnya itu, pengerukan kerikil di sungai itu harus dihentikan. Jika tidak, masyarakat akan dua kali menanggung kerugian yang sama,” tegasnya.
“Kemudian harga yang ditawarkan perusahaan Rp40 ribu per bucket ekskavator itu tidak sebanding dengan kerugian yang nanti ditanggung oleh warga sekitar,” sambungnya.
Nuhfatir menegaskan, pihaknya bersama warga akan memblokade aktivitas pengerukan kerikil jika Pemkab Morotai dan perusahaan PT Labrosco tidak menghentikan aktivitas penambangan tersebut.
“Kami minta pemda dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup agar segera mencabut izin penambangan kerikil tersebut. Jika tidak, kami akan berkonsolidasi dengan warga untuk memblokir aktivitas tersebut,” tegasnya.
Sebelumnya, aktivitas pengerukan kerikil di sungai Desa Sangowo Barat juga mendapat respons dari warga sekitar. Mereka mengaku, pengerukan itu tak berdampak apa-apa selain kerusakan lingkungan. Apalagi, ketika musim penghujan dan terjadi banjir bandang, potensi kerusakan terhadap lahan perkebunan warga semakin besar.
“Torang ini kan desa aliran sungai jadi kalau pengambilan material kerikil dalam skala besar seperti yang dilakukan oleh Labrosco itu pasti berbahaya untuk warga yang punya lahan kebun di dekat kali (sungai) itu akan abrasi. Terus sekarang kan musim hujan jadi sering banjir sampai air kali kadang meluap di dalam kampong,” ujar Fahri, salah satu pemuda Desa Sangowo Barat. (ula/tan)