Daerah  

Habiskan Dana Rp3,9 Miliar, Bangunan Pasar di Morotai Dibiarkan Terbengkalai

Kondisi bangunan pasar di Morotai yang terbengkalai. (Zunajar/NMG)

DARUBA, NUANSA – Bangunan pasar buah yang dibangun di area Pasar Central Bussiness District (CBD) Morotai, tepatnya di Pusat Jajajan Kuliner dan Cendramata (PJKC) ini terbengkalai dan semakin memprihatinkan. Padahal, pasar yang dibangun ini menelan anggaran senilai Rp3,9 Miliar.

Amatan Nuansa Media Grup (NMG), bangunan pasar buah dan sejumlah ruko di PJKC ini tak pernah dimanfaatkan, sehingga terdapat kerusakan di sana-sini. Selain plafon bangunan dan pintu yang telah rusak, sejumlah titik di lantai keramik dan dinding bangunan pun telah retak dan rusak.

Berdasarkan data di laman resmi Lembaga Pengadaan Secara Elektronic (LPSE) http://lpse.pulaumorotaikab.go.id/eproc4/, menyebutkan PJKC itu dibangun pada 2021, dengan total anggaran Rp3,9 miliar.

“Sebenarnya torang bisa bangga dengan bangunan itu, tapi dorang (Pemda) tidak manfaatkan. Sangat disayangkan kalau tidak dimanfaatkan dan dibiarkan begitu saja. Apalagi bangunannya tampak kusam karena tertutup oleh debu,” kata Yani, salah satu warga setempat, Jumat (12/7).

Menurutnya, bangunan yang tidak dimanfaatkan itu dikarenakan kondisi pasar di Morotai yang dianggap telah mati. Sehingga itu, tak ada lagi minat warga untuk berjualan di area tersebut. Sepinya pembeli menjadi alasan para pedagang gulung tikar dan tak lagi berjualan.

“Memang sunyi, dari banyaknya lapak itu hanya terlihat satu yang aktif (dibuka), lain dari pada itu sudah tutup semua,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Disperindagkop-UKM Morotai, Nasrun Mahasari, mengatakan bangunan tersebut dibangun pada tahun 2018 dengan menggunakan dana alokasi khusus (DAK). Hanya saja, Nasrun tak merinci secara jelas besaran anggaran yang telah dihabiskan dalam pembangunan PJKC. Ia mengaku, total anggarannya belum bisa dipastikan.

“Karena bangunan tersebut sudah di atas 5 tahun dibangun. Sedangkan plafon, pintu dan tehel yang telah rusak, kami telah usulkan untuk direvitalisasi,” katanya.

Menurut dia, minimnya daya beli di area tersebut menjadi faktor utama matinya 12 lapak di pasar tersebut. Sehingga pedagang tidak lagi berjualan di situ.

“Kendala pedagang di 12 lapak tersebut tidak aktif karena tidak laku atau kurang pembeli. Sehingga pedagang buah yang awalnya menempati lokasi tersebut berpindah ke pasar,” pungkasnya. (ula/tan)