TERNATE, NUANSA – Volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Buku Deru-Deru, Kelurahan Takome, Kecamatan Ternate Barat, terus mengalami peningkatan dan semakin tak terkendali. Kondisi ini diperparah dengan rusaknya sejumlah alat berat yang digunakan untuk meratakan sampah.
Pantauan di lokasi, kawasan TPA seluas 6 hektare ini mengalami penumpukan sampah secara masif tanpa ada pengolahan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate. Bahkan, alat berat yang ada di lokasi kelihatannya tidak beroperasi selama 6 bulan, sehingga sampah pun mengalami penumpukan hingga ke area samping kantor UPT Buku Deru-Deru.
“Saat ini TPA sedang mengalami krisis alat berat, sehingga upaya untuk menggeser sampah juga sudah tidak memungkinkan. Jadi memang TPA sekarang mengalami darurat,” kata Plt Kepala DLH Ternate, M Syarif Tjan kepada wartawan, Rabu (2/10).
Menurutnya, alat berat yang ada di TPA saat ini telah mengalami kerusakan dan sudah tidak bisa digunakan lagi, namun ada satu unit ekskavator yang tengah diperbaiki.
“Jadi kita harus pinjam ekskavator dari Dinas PUPR, dan sekarang sudah ada. Karena itu, dalam waktu tiga hari ke depan jika tidak ada alat berat yang beroperasi di TPA, maka tumpukan sampah yang ada saat ini akan meluber sampai ke jalan raya,” ujarnya.
“Saat ini TPA memiliki lima unit alat berat yakni dua ekskavator dan tiga buldozer. Namun, semuanya sudah mengalami kerusakan karena terhalang usia. Dan memang tidak bisa dipaksakan karena hampir rata-rata usia alat berat di sini itu 15-20 tahun,” sambungnya.
Ia menambahkan, jika persoalan ini dibiarkan, maka bukan tidak mungkin TPA akan ditutup, karena sudah over kapasitas sampah.
“Dari hitungan kami, kalau alat berat tidak masuk hari ini maka TPA ini akan kami tutup, karena sudah tidak mampu menampung volume sampah yang begitu besar,” tegasnya.
Ia menjelaskan, kerusakan alat berat yang ada di TPA sudah lama terjadi, karena anggaran peremajaan untuk alat berat saat ini hanya mampu untuk mengganti onderdil secara bertahap.
“Untuk kerusakan alat berat ini sudah hampir 6 bulan terakhir sehingga terlihat seperti besi tua. Selain itu, untuk anggaran peremajaan sendiri kita hanya mengganti onderdil, tapi daya tahannya tidak terlalu tinggi,” katanya.
Syarif mengaku, saat ini TPA sangat membutuhkan alat berat berupa ekskavator dan buldozer untuk dapat menggeser tumpukan sampah yang ada agar mudah terurai.
“Jadi untuk angkut buang kita perlu buldozer dan ekskavator sembari kita melakukan reduksi TPS3R, tapi reduksi inikan tidak banyak mengurangi volume sampah. Sesuai dengan regulasi untuk teknik pengolahan sampah di TPA, seharusnya dengan cara lamdfill, karena kita belum mampu membuat sanitary landfill. Landfill artinya kita melakukan penutupan sampah dengan tanah, jadi kita gali lubang terus ditimpa sampah dalam tanah,” jelasnya.
Masih menurut Syarif, anggaran untuk penanganan sampah yang melekat di Bidang Persampahan DLH Kota Ternate mencapai Rp17 miliar untuk tahun 2024.
“Anggaran di DLH sendiri untuk tahun 2024 ini ada Rp32 miliar, sedangkan dikhususkan untuk persampahan itu ada Rp17 miliar. Mulai dari minyak, alat berat, kemudian mobilisasi sampah,” pungkasnya. (udi/tan)