Polmas  

IKLAS Ingin Bangkitkan Gairah Sepak Bola di Halmahera Barat, 100 Pelatih Disiapkan

Iskandar Idrus menyampaikan orasi politik saat kampanye di Desa Guaemaadu, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat. (Haryadi/NMG)

JAILOLO, NUANSA – Pasangan calon bupati dan wakil bupati Halmahera Barat nomor urut 4, Iskandar Idrus dan Lusiany Inggilina Damar (IKLAS) berkomitmen merealisasikan program unggulan jika terpilih di pilkada 2024.

Salah satunya program untuk anak muda di dunia olahraga, yakni mendorong pembangunan 100 lapangan bola dan menyiapkan 100 pelatih. Menurut Iskandar, pengembangan atau peningkatan bakat sepak bola di kalangan anak muda harus diprioritaskan.

“Jadi pelatih sepak bola yang disiapkan nanti akan digaji pemerintah sebesar Rp1 juta per bulan. Para pelatih juga akan kita kawal dan dampingi, bahkan bila perlu disekolahkan sampai S1 supaya 4 sampai 5 tahun ke depan, pelatih bola ini menjadi sarjana dan bisa menjadi PNS,” ujar Iskandar dalam orasinya saat melakukan kampanye di Desa Guaemaadu, Kecamatan Jailolo.

Iskandar menilai, program ini ada manfaatnya bagi pelatih bola ketimbang Bupati Cup yang diselenggarakan oleh pemerintahan daerah dengan menelan anggaran Rp500 juta setiap tahun.

“Kemudian kades-kades dipaksa bila tidak mendaftar dalam penyelenggaraan Bupati Cup, bakal didenda. Kalau tidak salah, saya pernah dengar hal itu,” kata Iskandar di hadapan warga.

Padahal, menurutnya, penyelenggaraan Bupati Cup hanya akan menghabiskan APBD dan dana desa, karena pemain sepak bola mesti dibayar orang dari luar daerah.

“Kalau kita melihat sektor pemain bola ini, misalnya seperti Ilham Udin Armaiyn, pemain asal Pulau Makian itu gajinya dalam satu bulan Rp200 juta, bahkan gaji dari teman dewan pun kalah dengan gajinya Ilham,” tutur mantan anggota DPRD Maluku Utara ini.

Iskandar menjelaskan, 100 pelatih sepak bola ini bakal melatih anak-anak yang memiliki bakat sepak bola mulai dari anak SD, SMP hingga SMA. Dengan begitu, tiga sampai empat tahun kemudian bukan tidak mungkin bisa masuk sebagai pemain di Liga III, Liga II, bahkan Liga I, sehingga gaji mereka diperkirakan mencapai Rp500 juta per tahun atau Rp50 juta per bulan.

“Progam seperti itu dirasa lebih ada manfaatnya ketimbang bikin Bupati Cup. Yang ada justru bupati dan wakil bupati tendang bola, lalu kemudian berfoto yang tidak ada manfaatnya,” tegas Iskandar.

“Tetapi kalau kita dorong pelatih bola ini namanya investasi di sumber daya manusia. Sebab tiga sampai empat tahun ke depan sudah kita dapatkan hasilnya. Ini juga sekaligus meminimalisir angka kriminalitas di desa, karena anak-anak disibukkan dengan melatih bakat sepak bola sejak dini,” pungkasnya. (adi/tan)