Eco Bhinneka Muhammadiyah Maluku Utara Beri Edukasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat

Edukasi dan praktek pengelolaan sampah oleh Eco Bhinneka Muhammadiyah Maluku Utara. (Istimewa)

TERNATE, NUANSA – Eco Bhinneka Muhammadiyah Maluku Utara melakukan kegiatan edukasi dan praktek pengelolaan sampah berbasis masyarakat untuk mewujudkan kampung bersih dan hijau, di Kota Ternate, Sabtu (5/10).

Narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut yaitu Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Ternate M Syarif Tjan, TP PKK Andalan Kota Ternate Nuraini, Staf Penyuluh Dinas Pertanian Suharno, dan Direktur Rorano Asghar Saleh. Menjelaskan terkait cara melestarikan lingkungan dalam bingkai keberagaman.

Kegiatan ini dihadiri oleh masyarakat Sulamadaha, Komunitas Wanita Peduli Lingkungan Tabanga (Wapeuli), PKK Kelurahan Tobololo, guru dan siswa SMAN 6 Kota Ternate, Pemuda GKPMI, Pemuda AMGPM Kota Ternate.

“Di PKK Andalan Kota Ternate, di dalamnya terdapat program Bank Sampah yakni program inovasi yang sudah berjalan kurang lebih tiga tahun. Bank Andalan Kota Ternate sudah memiliki 200 nasabah dengan sistem loketing,” jelas Nuraini.

Ia mengaku, PKK Andalan Kota Ternate sangat mengapresiasi Eco Bhinneka Muhammadiyah yang telah melakukan kegiatan ini.

“Kami berharap melalui kegiatan ini, TP-PKK Kelurahan Sulamadaha dan Tobololo dapat membuka Bank Sampah di tingkat kelurahan atau langsung ke Taman Nukila,” harapnya.

Sementara itu, Suharno menjelaskan praktek pembuatan pupuk padat dan pupuk cair, kompos, biopori, dan hidpronik.

“Mengkompos yang dilakukan di rumah mampu meningkatan mikroorganisme untuk tanah. Kemudian menanam di halaman rumah dapat membentuk ketahanan pangan, karena uang yang seharusnya kita pakai untuk membeli sayuran, justru sayuran tersebut sudah dihasilkan dari hasil tanam di pekarangan rumah, sehingga manfaatnya ini meminimalisir pengeluaran keuangan,” ujar Suharno.

Syarif Tjan menerangkan, ketika plastik terurai, akan sangat berbahaya untuk kesehatan. Itulah mengapa pihaknya masih berdagang sampah dan belum menjadi pengusaha sampah.

“Kalau pengusaha itu bagaimana sampah diberi nilai atau dibuat produk. Ibu-ibu punya minat tetapi belum punya daya dalam pengelolaan sampah, maka Dinas Lingkungan Hidup sudah membuat paving blok yang komposisinya 30 persen sampah plastik tertolak bank sampah yaitu bungkusan rinso dan kompi, sedangkan 70 persen dari pasir dan semen,” ucap Syarif.

Di tempat yang sama, Asghar Saleh mengaku senang Eco Bhinneka Muhammadiyah melakukan upaya mengembalikan kebudayaan Ternate dengan mengusung tema ‘Bobaso Se Rasai’. Bobaso se rasai ini falsafah dari dulu sejak Kesultanan Ternate sampai sekaran dipegang, namun falsafah ini banyak dikuasai oleh leluhur terdahulu.

“Saat ini jarang kita dapatkan falsafah ini yang ditransfer di kalangan milenial. Hal ini dibuktikan dengan anak muda yang masih banyak belum mengetahui nilai bobaso se rasai itu sendiri,” ujar Asghar. (tan)