DARUBA, NUANSA – Kondisi gedung SD Inpres di Desa Aru, Kecamatan Morotai Jaya, Kabupaten Pulau Morotai, sangat memprihatinkan. Gedung yang dibiarkan terbengkalai dan rusak parah ini karena seluruh siswa dan gurunya dipindahkan ke gedung SD unggulan.
Warga mengaku, relokasi para siswa dan guru ke sekolah unggulan tidak memberi dampak baik terhadap siswa-siswi. Bahkan, pemindahan para siswa ke sekolah unggulan dengan jarak tempuh yang lebih jauh membuat mereka lebih berjarak dengan proses belajar mengajar.
“Sekolah SD ini dorang tutup baru torang punya anak-anak dorang pindah sekolah di Desa Pangeo,” kata Maria, salah satu warga Desa Aru, Selasa (22/10).
“Torang punya anak-anak kan masih kecil semua, apalagi yang masih kelas I. Kalau sekolah di sini kan torang bisa lihat dan kontrol torang punya anak-anak ke sekolah. Apalagi jam istrahat kan dorang balik ke rumah cari makan dan minum lagi,” sambungnya.
Menurutnya, saat SD di desa tersebut dialihkan ke sekolah unggulan, para siswa menjadi tak maksimal pergi ke sekolah.
“Kasihan sekali pernah itu di tengah jalan, terus oto (mobil) bus sekolah dia mati, jadi dorang jalan kaki jauh sekali. Kalau jalan kaki itu dorang harus turun lewat pantai itu rawan sekali karena ada jurang dan dorang harus lewati kali (sungai) lagi,” ujarnya.
Jika bus sekolah mengalami kendala dan tak dapat beroperasi, para siswa terpaksa tak bepergian ke sekolah hingga mobil pengangkut tersebut kembali normal.
“Kalau misal oto rusak atau dia punya minyak sudah kosong, itu berarti torang punya anak-anak dorang juga tidak pergi sekolah. Itu sudah ulang-ulang terjadi,” akunya.
Senada, Esele, mengaku kesal karena kualitas dan mutu pendidikan di sekolah unggulan sangat terbatas.
“Ini sekolah unggulan tapi tidak unggul. Kalau yang unggul dia punya guru-guru itu baru masuk akal,” katanya.
Ia mengaku terus memperjuangkan agar SD di Desa Aru dapat difungsikan kembali.
“Torang juga perjuangkan agar sekolah ini dorang kasih kembali. Di kandidat semua juga torang usul, baik di RR (Rusli-Rio) torang usul, di SB-JADI (Syamsudin Banyo-Judi E Dadana) juga torang usul, cuma di DG (Deny Garuda) saja yang tidak mungkin. Pokoknya siapa pun jadi bupati tong harap dorang kasih kembali sekolah ini,” imbuhnya.
Esele mengaku, sekolah ini sudah tak lagi difungsikan sejak SD Unggulan dibangun.
“Sekolah ini sudah tidak aktif sekitar 4 tahun, makanya sekarang bangunan sekolah sudah rusak semua,” pungkasnya. (ula/tan)