Oleh: Ratna Sari R. Kuka, S.Pd
___________________________
PEMILU tiba, sorakan harapan baru mulai dikumandangkan di telinga rakyat. Pemimpin daerah berperan penting dalam keberlangsungan hidup masyarakat, mereka menaruh harapan perubahan hidup yang lebih baik. Namun jika janji-janji tidak terealisasikan, maka masyarakat hanya bisa bersabar dan berharap pemimpin di pemilu berikutnya.
Money politics syarat meraih kepemimpinan
Sudah menjadi rahasia umum, politik demokrasi berasaskan kapitalis-sekuler ini sarat akan materi. Berbagai macam cara agar bisa menduduki bangku kekuasaan, maka materi dijadikan jimat agar bisa menang di Pilkada tersebut. Seakan-akan syarat utama kepemimpinan adalah pemilik materi (kapital). Suara rakyat bisa dibeli. Padahal hal ini yang membuat politik di negeri ini makin parah, sebab kepercayaan dan kejujuran pemimpin dan rakyat bisa diobral dengan sangat murah. Sedangkan masih banyak masyarakat yang menjerit menderita diberbagai lini kehidupan.
Masyarakat pragmatis dan apatis
Tak hanya money politics, politik demokrasi berhasil menjadikan masyarakat menjadi pragmatis dan apatis. Karena gaya hidup hedon wal liberal, maka fokus mereka hanya pemenuhan materi secara jasmani namun rohani menjadi sakit dan walhasil membawa pada segudang masalah lainnya. Lebih memilih pada posisi aman untuk diri sendiri dan jumud dalam berpikir visioner. Kalaupun ada arah untuk perubahan, langkah yang diambil sering tak tepat sasaran, jadinya masalah tambal sulam.
Masyarakat budak sistem korporat
Masyarakat dijadikan bahan komoditi, buruh pabrik, pemuas materi belaka. Masyarakat dikurung dengan paham kapitalis-liberal membeku menjadi pragmatis serta apatis, diperbudak oleh korporasi yang kian hari kian menjajah, walhasil masyarakat hanya bergerak tempat tanpa ada langkah yang pasti. Mulai dari life style yang hedon hingga pendidikan yang hanya fokus mencetak buruh-buruh pabrik atau perusahaan. Walhasil, masyarakat pribumi tertidur lelap dengan kondisi yang kian hari kian dijerah dan dijajah oleh korporat.
Harapan kebangkitan yang hakiki
Jelaslah bahwa kepemimpinan baru tak berarti membawa harapan jika regulasi aturannya yang dipakai masih sama. Sebab keterpurukan yang terjadi di negeri ini bukan hanya disebabkan oleh pemimpin yang tidak amanah, melainkan aturan serta sanksi yang diterapkan tidak sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menenteramkan jiwa. Hanya aturan Islam yang bisa mencapai indikator itu, karena Islam diturunkan langsung oleh sang pencipta yang tahu seluk-beluk hambahnya. Maka sudah pasti akan selamat dan bahagia dunia akhirat. Wallahu’alam bishawab. (*)