Daerah  

Sebut Orang Morotai Tidur Beralaskan Kardus, Pernyataan Sherly Tuai Kecaman

Sherly Tjoanda didampingi anaknya saat tampil di podcast. (Istimewa)

DARUBA, NUANSA – Pernyataan calon gubernur Maluku Utara terpilih, Sherly Tjoanda, yang menggambarkan kondisi kehidupan masyarakat Morotai sebelum kepemimpinan suaminya mendiang Benny Laos, menuai kecaman publik Morotai.

Sherly menyatakan bahwa Morotai tak punya apa-apa, sehingga kondisi sosial yang terpuruk membuat warga setempat hanya tidur beralaskan kardus dan hanya menyantap indomie. Hal itu disampaikan Sherly di podcast Denny Sumargo baru-baru ini. Video berdurasi kurang lebih 1 jam itu viral di media sosial.

“Aku ikut dia (Benny Laos) udah lama, mulai dari dia mau nyalon bupati Morotai kan saya juga tidak setuju karena kita hidup cukup nyaman di Jakarta, di Menteng. Aku merasa tidak perlu tapi kemudian dia cerita di Morotai (tahun) 2016, dia melihat orang tua-tua makannya cuma indomie, tidurnya beralaskan kardus,” kata Sherly pada penggalan video.

Pernyataan Sherly menjadi polemik dan mengundang reaksi publik Morotai. Ketua DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Maluku Utara, M Taufan Baba, pun angkat bicara. Ia menyayangkan pernyataan tersebut karena dinilai menghina martabat masyarakat Pulau Morotai.

“Dengan tegas kami meminta Ibu Sherly segera klarifikasi dan meminta maaf kepada masyarakat Morotai atas pernyataan yang disampaikan di salah satu podcast. Pernyataan tersebut telah menyinggung masyarakat Morotai, karena telah menjatuhkan harkat dan martabat masyarakat Morotai,” tegas Taufan kepada Nuansa Media Grup (NMG), Rabu (25/12).

“Pernyataan Ibu Sherly yang menyatakan bahwa pada 2016, di Morotai masyarakat makannya hanya indomie dan tidur pun beralaskan kardus, itu seakan-akan menjelaskan bahwa masyarakat Morotai miskin sampai indomie dan kardus adalah tragedi yang terjadi,” sambungnya.

Menurutnya, kondisi sosial masyarakat Morotai yang digambarkan Sherly pada masa sebelum kepemimpinan Benny Laos, sama sekali tak benar dan jelas mengada-ngada. Sebab, Morotai dengan kondisi sosial masyarakat sebagai petani dan nelayan, punya ketahanan pangan dan hasil laut yang berlimpah.

“Orang Morotai yang rata-rata suku Tobelo dan Galela ini punya tradisi menganyam, termasuk pembuatan tikar sebagai alas tidur pun dari hasil anyaman sendiri. Morotai juga sebagai salah satu wilayah penyuplai stok pangan sejak zaman kesultanan dulu. Daerah itu juga sebagai penghasil ikan tuna terbesar di Maluku Utara,” jelasnya.

Taufan menambahkan, bahwa pernyataan Sherly adalah murni pencitraan, karena seolah mengganggap mendiang suaminya, Benny Laos, sebagai pembawa berkah di Morotai.

“Jangan merasa seolah-olah sebagai pahlawan yang menyelamatkan Morotai dari ketimpangan sosial. Justru problem kompleks Morotai hari ini adalah warisan kepemimpinan mendiang suaminya,” tegasnya.

“Atas kegaduhan yang terjadi ini harus ada pertanggungjawaban dari Ibu Sherly sebagai publik figur gubernur Malut terpilih, dengan mengklarifikasi dan meminta maaf kepada masyarakat Morotai,” pungkas Taufan.

Imam Muda Masjid Agung Baiturrahman Morotai, Ali Jumran Pina, juga turut mengecam keras pernyataan tersebut melalui status Facebook-nya.

“Cii. Ngoni dapa di mana orang Morotai tidor di kardus dg makan mie? Ngana kira org Morotai ni glandangan? Sabarang saja ni..,” tulis Ali Jumran dalam postingannya.

Saat dikonfirmasi terpisah, Ali Jumran membenarkan terkait postingan tersebut. Menurutnya, sangat tidak relevan bila tujuan mereka mencalonkan diri sebagai bupati Morotai karena melihat masyarakat (orang tua) yang tidur beralaskan kardus dan makan mie.

“Karena kami sudah sejahtera jauh sebelum mereka datang, bahkan lebih sejahtera. Jadi jangan seolah-olah kedatangan mereka sebagai dewa penyelamat. Oh salah, kami sudah sangat bahagia,” pungkas dia. (ula/tan)

Exit mobile version