Oleh: Nokiskar Samuel Hulahi
______________________
KOMITMEN keberagaman sepatutnya tidak hanya diwacanakan melainkan diaplikasikan dalam bentuk tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Sepanjang saya mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) banyak hal dan pengalaman baru yang saya rasakan. Inklusifitas begitu terasa di luar maupun di dalam kampus Muhammadiyah.
Kegiatan “Muhammadiyah Youth Interfaith Leadership Program (MYILP)” yang dilaksanakan di Bali, diperuntukkan untuk diikuti oleh mahasiswa non-muslim, ini adalah bukti begitu seriusnya Muhammadiyah membangun bangsa di tengah keberagaman, eksistensi non-muslim di dalam Muhammadiyah sudah diakui sejak lama sehingga kegiatan ini dilaksanakan untuk mewadahi mahasiswa non-muslim dalam menyalurkan setiap potensi yang dimiliki untuk terus berkontribusi membangun Muhammadiyah dan bangsa.
Sebagai salah satu mahasiswa yang berkuliah di perguruan tinggi Muhammadiyah, tepatnya di Universitas Muhamadiyah Maluku Utara yang lulus dalam seleksi ketat yang dilakukan oleh penyelenggaraan kegiatan yakni Lembaga Kemitraan Kajian Strategis Pengurus Pusat Muhamadiyah dan Dewan Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentunya adalah sebuah kebahagiaan dan kehormatan tersendiri bagi saya, kesempatan dapat berkumpul dengan mahasiswa non-muslim dari berbagai daerah yang ada di Indonesia dan dapat berbagi pengalaman saat berkuliah di perguruan tinggi Muhammadiyah.
Ternyata di beberapa daerah tertentu seperti wilayah timur, Perguruan Tinggi Muhammadiyah di banjiri oleh mahasiswa non-muslim bahkan salah satu peserta MYILP dari Maumere membagikan ceritanya kalau di kampusnya hampir 90% mahasiswa dan pegawai kampusnya itu beragama Katolik, secara tidak langsung merekalah yang menjadi penggerak Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Maumere. Saya pun teringat dengan pesan Ayahanda K.H Ahmad Dahlan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Ternyata pesan ini masih tetap hidup meskipun di daerah-daerah non-muslim. Ada juga peserta yang berasal dari kampus Muhammadiyah, di mana mereka begitu minoritas karena hampir 80 sampai 90% mahasiswa dan pegawai kampusnya adalah muslim. Meskipun demikian, mereka mengaku begitu dicintai dan dihormati, mereka diberikan kesempatan yang sama dengan mahasiswa muslim dalam berekspresi dan mengembangkan minat bakatnya, mereka yang berprestasi diberikan apresiasi dengan beasiswa S1 hingga jenjang S2 keluar negeri.
Waktu saya ditanya, kenapa memilih kampus Muhammadiyah? Bagaimana pengalaman kamu di Universitas Muhamadiyah Maluku Utara? Saya pun menjawab dengan mengawali kalimat “Puji Tuhan” yang menunjukkan kalau saya seorang Kristen dan juga bagian dari Muhammadiyah. Puji Tuhan, berkat Muhammadiyah saya bisa berkuliah di salah satu perguruan tinggi terbaik yang bernuansa Islam dengan visi besar dalam berkontribusi membangun wilayah Maluku Utara dan Indonesia pada umumnya, bagi saya Muhammadiyah telah berkontribusi terhadap saya dan keluarga. Kakak perempuan saya yang terlebih dahulu berkuliah di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. Setelah saya menyelesaikan studi di bangku SMA, dia yang mengajak untuk berkuliah di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. Awalnya saya menolak karena waktu itu kondisi finansial keluarga saya masih terbilang pas-pasan jika saya berkuliah maka tanggungan orang tua kami akan lebih besar karena kakak perempuan saya juga masih dalam proses studi akhir di kampus yang sama. Namun kata kakak perempuan saya, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara menyediakan berbagai beasiswa dan saya pun memberanikan diri menerima tawaran itu untuk mendaftar dan puji Tuhan saya lulus mendapatkan beasiswa full ditanggung biaya pendidikan dan biaya hidup, karena saya sudah mendapatkan beasiswa full maka orang tua kami pun memutuskan untuk melanjutkan kakak perempuan ke jenjang studi S2 di perguruan tinggi Muhammadiyah Yogyakarta dan mendapatkan potongan biaya SPP sebesar 15% karena dia seorang kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang aktif. Seiring berjalannya waktu, saya pun menjalani rutinitas di kampus sebagai mahasiswa, jika ditanya pengalaman saya selama berkuliah di Universitas Muhamadiyah Maluku sangatlah luar biasa diterima dan dihargai, kami diizinkan berserikat berkumpul sesama mahasiswa Kristen untuk menjalankan rutinitas kami seperti beribadah dan lain-lain. Begitu terbukanya Universitas Muhammadiyah Maluku Utara hingga setiap tahun selalu ada peningkatan jumlah mahasiswa Kristen di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
Kegiatan MYILP yang dibuka oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar Menengah Republik Indonesia Dr. Fajar Riza Ul Haq, M.A begitu luar biasa, narasumber atau pembicara kebanyakan diisi oleh tokoh-tokoh agama non-muslim seperti tokoh agama Kristen, Katolik, Buddha dan Hindu. Tak lupa juga para Alumni Muhamadiyah yang non-muslim dihadirkan untuk sharing pengalaman mereka semasa bersekolah atau berkuliah di instansi Muhammadiyah. Tak ada satu pun dari mereka yang mengalami diskriminasi atau hal-hal negatif lainnya, bahkan mereka mengaku memiliki nilai lebih dan selalu diistimewakan. Saya pun merasakan hal yang sama selama berkuliah di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
Hari terakhir kegiatan MYILP 2025, peserta diajak berkunjung ke tempat ibadah semua agama yang ada di Indonesia. Provinsi Bali sendiri memiliki satu lokasi besar yang di dalamnya dibangun tempat ibadah 5 agama mulai dari Hindu, Buddha, Katolik, Kristen dan IsIam. Tempat ibadah Konghucu sendiri belum sempat dibangun dikarena pada waktu itu ketika tempat ibadah itu dibangun Konghucu belum diresmikan di Indonesia. Luar biasa provinsi Bali seakan-akan menjadi miniaturnya Indonesia, semua agama berkumpul di tempat ini dan hidup rukun berdampingan begitulah yang kami temukan waktu sesi berkunjung di tempat ibadah semua agama.
Alumni kegiatan Muhammadiyah Interfaith Leadership Program (MYILP) diharapkan melaksanakan RTL (Rencana Tidak Lanjut) dari kegiatan ini sebagai bentuk komitmen bersama untuk untuk terus menyuarakan nilai-nilai keberagaman, Kemuhammadiyaan dan ke-Indonesiaan.
Sebagai penutup: mengutip apa yang disampaikan oleh pendiri Muhammadiyah yaitu K.H Ahmad Dahlan “Muhammadiyah sekarang ini lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah kamu bersekolah menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Jadilah guru, kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur, dll kembalilah kepada Muhammadiyah”. (*)