Opini  

Rezeki Sudah Diatur ?

Oleh: Azis Husen

Akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

 ___________________

DUNIA adalah sebuah dimensi yang menjadi tempat bagi manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh ciptaan Allah untuk menjalani kehidupan sebelum menuju keadaan lain di akhirat nanti. Kita semua hidup di dunia merupakan rezeki dan ketetapan yang telah diberikan oleh Allah. Di dalam menjalani kehidupan, terdapat dua hal yang saling berkaitan yaitu persoalan terkait fitrah kita sebagai Hamba Allah dengan persoalan kita sebagai Khalifah di Bumi. Seringkali kita dihadapkan dengan persoalan-persoalan sosial yang melibatkan kedua sisi tersebut yang salah satunya adalah rezeki. Rezeki menurut fitrah kita sebagai Hamba Allah merupakan sub-bagian dari hal-hal yang termasuk dengan takdir dengan arti bahwa rezeki telah ditetapkan dan diatur bagi semua makhluk di alam semesta tanpa terkecuali. Sedangkan rezeki menurut kita sebagai Khalifah di bumi merupakan sebuah hal yang dapat diraih dengan berusaha atau bekerja terlebih dahulu.

Rezeki sudah diatur dan dijamin oleh Allah SWT, tapi sudah seharusnya kita bekerja keras untuk menjemput rezeki sambil berdoa pada Allah. setiap orang memiliki takaran rezeki yang berbeda-beda, namun Allah telah menjamin rezeki bagi setiap makhluk di muka bumi ini.  Rezeki sudah diatur oleh Allah SWT dengan kadar yang berbeda, tapi kerja keras juga diperlukan untuk membuka pintu rezeki dibarengi dengan amalan-amalannya. Sebagian orang mendapatkan rezeki melimpah dalam hidupnya, tapi tidak jarang pula rezeki tersebut akan kembali ke Allah SWT. Pada dasarnya, semua itu hanyalah titipan dari Allah dan kita diharuskan untuk mengusahakan rezeki dengan ikhtiar dan tawakal.

Bekerja adalah salah satu ibadah yang dianjurkan oleh Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Thabrani). Manfaat yang dapat diberikan oleh seseorang melalui pekerjaannya tidak hanya berupa materi, tetapi juga berupa ilmu, keterampilan, dan pengalaman. Saat bekerja, kita harus selalu ingat bahwa Allah SWT adalah yang memberi rezeki kepada kita. Oleh karena itu, kita harus bekerja dengan ikhlas dan tidak sombong. Kita juga harus selalu bersyukur atas rezeki yang kita dapatkan, baik yang banyak maupun yang sedikit.

Sesungguhnya yang dimaksud dengan rezeki itu? Kata para ulama, rezeki itu adalah karunia dari Allah SWT. Pertanyaannya, apakah karunia Allah itu hanya berupa uang, jabatan, rumah, makanan dan minuman saja? Tentu tidak. Justru makanan, minuman, harta, kendaraan, rumah dan lain-lain itu Allah berikan kepada siapa saja yang dicintainya dan yang tidak dicintainya, yang disayang Allah maupun yang tidak disayang, semuanya diberi. Muslim non-muslim, orang beriman, orang kafir, orang munafik semua dikasih. Ini kalau rezeki yang sifatnya materi. Kenapa terjadi pergeseran pemahaman kalau rezeki itu hanya terbatas pada uang? Kenapa bisa pemahaman seperti itu tertanam kuat dalam benak kaum muslimin? Ternyata faktor pemicunya ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal disebabkan karena kita tidak mau memperdalam ilmu, malas membaca, malas mencari ilmu dan malas bekerja. Faktor eksternal, faktor luar. Harus diakui bahwa memang ada kelompok orang-orang yang tidak suka dengan rezeki seseorang, kemudian mereka memasukkan pemahaman materialistis, yaitu segala sesuatu diukur dengan materi. Coba kita perhatikan film, sinetron, telenovela dan lain-lain ketika menggambarkan sosok orang yang sukses mengendarai mobil yang mewah, rumah megah, barang bermerek, perhiasan mahal, uang tidak berseri.

Orang yang mempunyai Ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat memberi pemahaman yang benar tentang rezeki. Rezeki itu mencakup materi dan non-materi, mencakup yang sifatnya duniawi dan ukhrawi, yang akan membuat kita lebih ridha dengan karunia dari Allah subhanahu wata’ala, dan akan membuat kita lebih bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Sedangkan orang yang tidak berilmu, akan memiliki pemahaman yang sempit tentang rezeki. Di kepala dan pikirannya rezeki itu hanya “uang, uang dan uang”. Akibatnya dia akan sulit bersyukur pada Allah, karena segala sesuatu diukur dengan uang.

Sayyidina Ali Ibnu Abi Thalib berkata: “Ada dua jenis rezeki. Rezeki yang mencarimu dan rezeki yang kamu cari. Rezeki yang mencarimu akan datang padamu sekalipun kamu dalam keadaan tidak berdaya. Adapun rezeki yang kamu cari, maka tidak akan datang padamu kecuali dengan usahamu. Yang pertama itu anugerah dari Allah, sedangkan yang kedua adalah keadilan dari Allah. Al-Quran Surah At-Talaq: 31 Artinya: “Dan Dia memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)Nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”

Berikut adalah beberapa mendapatkan rezeki yang berkah: Bekerjalah dengan ikhlas dan tidak sombong. Selalu bersyukur atas rezeki yang kita dapatkan, baik yang banyak maupun yang sedikit. Berdoalah kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh. Bersedekahlah kepada orang yang membutuhkan. Membantu orang lain yang sedang kesusahan. Berbuat baik kepada sesama manusia.

Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa memberikan kemudahan dan keberkahan atas rezeki yang kita ikhtiarkan. Karena itu, mari kita bersyukur sekecil apa pun bentuk rezeki yang dianugerahkan Allah pada kita. Rezeki yang halal, lapang, dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain amiin ya Allah. (*)