Opini  

Memaknai Kemerdekaan 17 Agustus di Tengah Tingginya Angka Stunting di Maluku Utara

Oleh: Ahmad Talib

Guru Besar THP Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Ketua Yayasan PUKAT-MU dan Wakil Ketua PATPI Cabang Ternate

________________________

HARI Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia diperingati setiap tanggal 17 Agustus untuk mengenang proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moch. Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Peringatan ini bukan hanya sekadar ritual tahunan, tetapi juga merupakan kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk merefleksikan perjalanan panjang perjuangan kemerdekaan dan menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan bangsa. Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh rakyat Indonesia bersatu dalam semangat merah putih untuk memperingati Hari Kemerdekaan. Bendera Merah Putih dan Pelangi berkibar di halaman kantor, tempat ibadah dan rumah-rumah penduduk. Suara lagu kebangsaan menggema, dan perlombaan rakyat menjadi tradisi yang meriah. Namun, di balik euforia itu, ada makna yang lebih dalam yang patut kita renungkan.

Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang ke-80 merupakan usia yang tidak muda dan menandai kebebasan bangsa Indonesia dari penjajahan fisik. Namun, kemerdekaan sejati seharusnya juga berarti bebas dari kemiskinan, kebodohan, dan masalah kesehatan. Stunting adalah masalah gizi kronis yang membuat anak tumbuh kembangnya menjadi terganggu dan berdampak pada kecerdasan anak. Anak yang mengalami stunting akan memiliki keterbatasan fisik dan kemampuan belajar sehingga dapat menghambat masa depan mereka. Berapa banyak anak-anak Indonesia yang kurang beruntung karena terkena stunting, sehingga terhambat tumbuh kembangnya. Kondisi ini dapat berakibat pada kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Beberapa kasus di Indonesia menunjukkan bahwa anak yang mengalami stunting tidak hanya terhambat tinggi badannya, tetapi juga berpotensi mengalami penurunan kemampuan belajar dan produktivitas di masa depan. Jika dahulu kala pejuang kita berjuang agar bangsa ini merdeka secara politik, maka kini perjuangan kita adalah memastikan setiap anak merdeka secara fisik dan mental untuk menjadi generasi unggul. Kemerdekaan Indonesia tidak diraih secara cuma-cuma, namun harus diraih dengan cucuran darah dan air mata dan perjuangan tanpa pamrih. Tidak ada kemerdekaan tanpa persatuan, dan tidak ada generasi emas tanpa kebersamaan. Mengisi kemerdekaan berarti bekerja dan berkontribusi nyata. Salah satu kontribusi nyata dalam menekan angka stunting di Maluku Utara di antaranya adalah: (1) Perlu melakukan edukasi gizi bagi ibu hamil dan keluarga; (2) Tersedianya akses pangan yang berkualitas dan bergizi; (3) Sarana air bersih serta pemantauan kesehatan anak secara berkala. Seiring dengan hal tersebut maka, untuk mengatasi stunting, dibutuhkan kerja sama dan kerja cerdas antara pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi, dunia usaha, tenaga kesehatan, hingga lingkungan keluarga. Dengan berkolaborasi maka harapan kita semua bisa tercapai, karena kemerdekaan tidak hanya dirasakan oleh generasi sekarang, tetapi juga diwariskan kepada generasi masa depan yang sehat dan cerdas. Anak-anak hari ini adalah pemimpin bangsa di masa depan. Jika kita gagal melindungi mereka dari stunting, maka kemerdekaan yang diraih dengan susah payah bisa terancam oleh lemahnya kualitas sumber daya manusia.

Kemerdekaan sejati adalah saat bangsa mampu berdiri di atas kaki sendiri (self-reliance). Tingginya angka stunting berpotensi menghasilkan generasi yang kurang produktif di masa depan. Jika kualitas SDM rendah, bangsa akan sulit bersaing dan justru bergantung pada negara lain dalam teknologi, ekonomi, dan inovasi. Dengan kata lain, untuk mengatasi stunting merupakan bagian dari mempertahankan kedaulatan dan daya saing bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Saat ini generasi muda tidak dituntut untuk mengangkat senjata namun yang diharapakan adalah mengisi kemerdekaan. Salah satu bentuk mengisi kemerdekaan adalah memastikan anak-anak tumbuh sehat, cerdas, dan berdaya saing. Program-program pencegahan stunting perlu dilakukan misalnya dengan edukasi gizi, sanitasi, dan akses kesehatan yang mudah dan murah menjadi idaman anak bangsa. Tanggal 17 Agustus menjadi pengingat bahwa kebebasan yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari perjuangan panjang melawan penjajahan selama ratusan tahun. Kemerdekaan diraih karena seluruh elemen bangsa bersatu, tanpa memandang suku, agama, atau golongan. Semangat persatuan inilah yang harus tetap dijaga. Tanggal 17 Agustus mengajarkan kita bahwa kekuatan terbesar bangsa terletak pada rasa kebersamaan dan solidaritas. Merdeka bukan hanya bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas untuk menentukan arah masa depan. Di era modern, tantangan tidak lagi berupa senjata dan peperangan fisik, melainkan kemiskinan, kebodohan, korupsi, dan perpecahan. Mengisi kemerdekaan berarti berkontribusi dalam bentuk apa pun, mulai dari bekerja dengan jujur, menuntut ilmu, hingga menjaga lingkungan. Hari Kemerdekaan menjadi momen untuk menanamkan nilai patriotisme pada anak-anak dan generasi muda. Di tengah eforia memperingati hari ulang tahun kemerdekaan 17 Agustus yang ke-80 masih banyak hal yang perlu dibenahi, mulai dari infrastruktur dasar, pendidikan, sumberdaya manusia dan kesehatan. Masalah Stunting di Indonesia masih menjadi tantangan serius yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia.

Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 menunjukkan penurunan signifikan pada prevalensi stunting secara nasional menjadi 19,8%, melampaui proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebesar 20,1%. Hasil SSGI 2024, memaparkan data prevalensi stunting, wasting (kurus), underweight (berat badan kurang), dan overweight (berat badan berlebih) mulai dari tingkat nasional hingga kabupaten/kota. Selain itu, faktor-faktor determinan yang berhubungan dengan status gizi balita serta analisis berdasarkan karakteristik responden. Penurunan prevalensi stunting menjadi 19,8% ini merupakan sebuah pencapaian positif, namun demikian, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk tidak lengah. Tantangan ke depan adalah bagaimana mempertahankan trend positif stunting dan mempercepat penurunan stunting agar target Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2045 dapat tercapai. Provinsi Maluku Utara sendiri mulai mengalami penurunan prevalensi stunting dari 26,15% pada tahun 2022 menjadi 23,7% pada tahun 2023.

Provinsi Maluku Utara sendiri secara nasional masih menempati peringkat ke-19 dalam prevalensi stunting tertinggi, turun dari peringkat ke-13 pada tahun sebelumnya. Meskipun begitu, beberapa kabupaten di Maluku Utara berhasil menunjukkan tren yang signifikan dalam menurunkan angka stunting. Maluku Utara masih menghadapi tantangan signifikan dalam penurunan prevalensi stunting. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022-2023, prevalensi stunting di Maluku Utara turun menjadi 23,7% pada tahun 2023, sedikit lebih rendah dari 26,15% pada tahun 2022. Namun, angka ini masih di atas rata-rata nasional yang mencapai 21,5% pada tahun 2023. Banyak hal yang menjadi penyebab tingginya angka stunting di Maluku Utara, padahal daerah ini memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya angka stunting di Maluku Utara di antaranya adalah (1) Kekurangan gizi kronis yang terjadi akibat dari kekurangan gizi, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) (2) Pola makan yang tidak sehat sesuai dengan kebutuhan gizi anak, termasuk kurangnya asupan makanan bergizi seimbang (3) Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sangat penting untuk pertumbuhan optimal bayi (4) Faktor Sosial Ekonomi yang berdampak pada akses terhadap makanan bergizi, layanan kesehatan, dan sanitasi yang layak (5) Perlu adanya perbaikan sarana prasarana terutama sanitasi dan sumber air bersih; (6) Infrastruktur jalan desa untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas hidup masyarakat; (7) Pemberian bantuan berupa makanan tambahan bergizi gratis (MBG) dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal yang berkualitas tinggi; (8) Koordinasi lintas sektor untuk meningkatkan efektivitas penurunan stunting; dan (9) Melakukan monitoring dan evaluasi untuk memastikan program penurunan stunting berjalan efektif.

Beberapa hal yang menjadi rekomendasi dalam kado HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-80 sekaligus solusi untuk menekan angka stunting di Maluku Utara yaitu; (1) Pendirian Lumbung Gizi Desa yang menyediakan bahan makanan lokal bergizi tinggi (ikan, daun kelor, pisang, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan kacang-kacangan); (2) Menyiapkan sekolah gizi berbasis komunitas yang mengajarkan pola makan sehat dengan bahan lokal sekaligus memberikan edukasi kepada ibu hamil dan menyusui tentang pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK); (3) Pembangunan/renovasi Posyandu Plus di setiap desa dengan layanan timbang balita, cek gizi, vitamin, konsultasi ibu-anak dan tenaga gizi desa yang tetap hadir setiap bulan; (4) Kredit mikro pangan untuk ibu-ibu agar bisa membuka usaha makanan sehat berbasis pangan lokal serta subsidi harga bahan pangan bergizi untuk keluarga miskin (5) Kampanye nasional di Maluku Utara dengan tagline Anak Sehat, Bangsa Merdeka dimulai dari ASN, TNI, Polri, dosen dan mahasiswa untuk ikut dalam program adopsi keluarga stunting yang diinisiasi oleh pemerintah daerah; (6) Menyediakan sarana air bersih dan sanitasi di desa terpencil atau pegunungan yang kekurangan akses air bersih; serta (7) Aplikasi Gizi Malut Sehat untuk memantau perkembangan anak dan distribusi makanan tambahan, serta cepat tanggap dan melaporkan kasus stunting kepada pemerintah dengan membuat call center. (*)