TERNATE, NUANSA – Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara yang tinggi dan terkendali menjadi sorotan utama dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku Utara Tahun 2025. Acara yang berlangsung di Gamalama Ballrom Bella Hotel, Selasa (2/12) dengan tema “Tangguh dan Mandiri: Sinergi Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Tinggi dan Berdaya Tahan” ini menjadi ajang kolaborasi antara pemerintah daerah, pihak perbankan, dan pelaku usaha.
Wakil Gubernur Maluku Utara, Sarbin Sehe, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kinerja Bank BI yang berhasil menjaga stabilitas ekonomi daerah. Dimana pertumbuhan ekonomi yang begitu dinamis dan inflasi yang terjaga dengan baik di Maluku Utara.
“Apresiasi diberikan kepada pihak Perbankan atas upaya mendukung pelaku usaha, mulai dari sektor pertanian hingga pengembangan ekonomi syariah bersama Komite Daerah Ekonomi Syariah (KDEKS), termasuk juga pondok pesantren,” ungkapnya.
Meskipun pertumbuhan ekonomi daerah mencapai angka yang sangat tinggi, Wagub menekankan bahwa rakyat belum sepenuhnya menikmati apa yang disebut dengan pembangunan sesungguhnya, karena belum optimal realisasi pengembangan di sektor lain.
Olehnya itu, di bawah kepemimpinan Sherly-Sarbin, Pemprov berkomitmen memulai realisasi pengembangan pada salah satu sektor pertanian yakni komoditas kelapa, dengan harapan ke depan petani kelapa memiliki pilihan untuk menjual buahnya atau kopranya, didukung oleh pasar yang bagus serta kolaborasi dan koordinasi yang maksimal.
“Bahwa pembangunan masa depan tidak bisa lagi bergantung pada sumber daya alam yang akan hilang dan habis, melainkan harus beralih ke sektor pariwisata, wisata kuliner rempah-rempah, sumber daya manusia, dan ekosistem pariwisata lainnya,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bank BI Perwakilan Malut, Dwi Putra Indrawan, memaparkan kinerja ekonomi daerah yang sangat positif di tengah tantangan global.
Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2025 tercatat sebesar 5,04 persen, termasuk Malut tumbuh 39,10 persen yang mencatat kinerja yang sangat baik, ditopang oleh kinerja industri pengolahan, khususnya hilirisasi nikel.
Produk olahan nikel berkualitas tinggi Malut (diekspor ke Tiongkok sebagai bahan baku industri besi baja dan komponen baterai Electric Vehicle/EV) menyumbang 95 persen total ekspor daerah.
Di sisi lain, inflasi Maluku Utara sepanjang 2025 tercatat terkendali (November 2025 sebesar 1,89 persen year-on-year), tetap berada dalam sasaran target pemerintah (2,5 persen atau kurang lebih dari 1 persen).
Disamping itu juga terjadi stabilitas sistem keuangan terjaga dengan baik. Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Malut tumbuh sekitar 43 persen (Rp15,8 triliun), sementara penyaluran kredit tumbuh 8,9 persen (Rp16,18 triliun), keduanya di atas nasional. Namun, BI mengimbau perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit produktif dan kredit UMKM yang pertumbuhannya masih rendah.
Penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) mengalami pertumbuhan tinggi, dengan 132.000 merchant dan 102.000 pengguna per September 2025. Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETP) Malut juga mengalami akselerasi, dengan 10 dari 11 Pemda sudah masuk kategori digital, bahkan meraih penghargaan TP2DD (Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah) championship.
Dalam pertemuan tahunan itu, terlihat dihadiri oleh Wagub Malut, Wali Kota Ternate, Kepala BI perwakilan Malut, serta kepala perwakilan perbankan lainnya, perwakilan Forkopimda Malut, pimpinan OPD dan para pelaku usaha. (tan)










