Polmas  

Elektabilitas Tinggi, Rizal Marsaoly: Saya Masih Fokus Bekerja

Sekretaris Daerah Kota Ternate, Rizal Marsaoly. (Udi/NMG)

TERNATE, NUANSA – Litbang HalmaheraPost merilis hasil survei periode November-Desember 2025 yang memotret peta awal figur potensial Bakal Calon Wali Kota Ternate pada Pilkada 2030. Hasil survei menunjukkan Sekretaris Daerah Kota Ternate, Rizal Marsaoly, menempati posisi teratas dari sisi popularitas dan tingkat kesukaan publik.

Survei ini melibatkan 400 responden yang dipilih melalui metode multistage random sampling, dengan margin of error ±5 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Meski begitu, Rizal menegaskan saat ini dirinya masih fokus bekerja mengawal visi misi Wali Kota M Tauhid Soleman dan Wakil Wali Kota Nasri Abubakar untuk 5 tahun ke depan.

“Hasil survei yang dilakukan lembaga memang diberi apresiasi, tapi saya lebih fokus bekerja dulu. Apalagi masih berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), ujar Rizal, Selasa (16/12).

Rizal menegaskan, bila itu merupakan kehendak dan pilihan masyarakat, dirinya menghargai dan tetap mengikuti tahapan dan mekanisme yang ada.

“Prinsipnya saya masih fokus bekerja dan tetap mengapresiasi pilihan masyarakat, tapi saat ini belum terpikir sampai ke situ. Saya tidak mau terganggu karena masih fokus mengawal program Ternate Andalan jilid II,” tutur Rizal.

Direktur Litbang HalmaheraPost, Jufri Abubakar, mengatakan dalam fase awal seperti ini, popularitas dan elektabilitas berfungsi sebagai modal politik awal. Hasil survei menunjukkan Rizal Marsaoly menempati posisi teratas dengan popularitas 89 persen dan likeabilitas 85 persen.

Tingginya angka ini tidak terlepas dari posisinya sebagai Sekretaris Daerah Kota Ternate, yang memberinya eksposur publik luas melalui kerja-kerja birokrasi dan pelayanan pemerintahan

Namun, bagi Litbang HalmaheraPost, kuatnya likeabilitas Rizal menandakan popularitas tersebut tidak semata bersumber dari jabatan, melainkan juga dari persepsi positif publik terhadap kinerja dan citra personalnya.

“Kombinasi ini menempatkan Rizal sebagai figur dengan modal elektoral awal paling solid dalam peta sementara,” ujarnya.

Nasri Abubakar, yang menjabat Wakil Wali Kota Ternate saat ini, mencatat popularitas 70 persen dan likeabilitas 61 persen. Litbang HalmaheraPost mencermati adanya jarak antara tingkat pengenalan dan penerimaan publik.

Menurut Jufri, selisih ini menunjukkan bahwa Nasri masih sangat dilekatkan pada jabatan strukturalnya, sementara narasi kepemimpinan personalnya belum sepenuhnya terbentuk di mata pemilih.

Figur Zulkifli Umar mencatat popularitas 68 persen dan likeabilitas 60 persen. Litbang HalmaheraPost menilai angka ini mencerminkan stabilitas persepsi publik yang ditopang oleh basis ideologis Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sekaligus mantan anggota DPRD Ternate dan anggota DPRD Provinsi Maluku Utara dua periode.

“Selisih yang relatif kecil menunjukkan konsistensi penerimaan, tetapi tantangannya adalah memperluas penerimaan di luar pemilih inti partai,” ungkapnya.

Ketua DPW Partai NasDem Maluku Utara, Husni Bopeng, mencatat popularitas 60 persen dan likeabilitas 48 persen. Litbang HalmaheraPost menilai pengaruh Husni cukup kuat dan solid di kalangan perempuan, namun belum sepenuhnya terkonversi menjadi kedekatan emosional dengan pemilih akar rumput. Kesenjangan ini menjadi catatan penting bagi figur dengan latar belakang struktural partai yang kuat.

Anggota DPRD Kota Ternate tiga periode dari Partai NasDem, Nurlela Syarif, mencatat popularitas 53 persen dan likeabilitas 47 persen. Litbang HalmaheraPost menilai capaian ini menunjukkan konsistensi basis pemilih legislatif yang terjaga. Namun, untuk masuk ke kontestasi eksekutif, Nurlela masih dihadapkan pada tantangan memperluas jangkauan pemilih lintas wilayah dan segmen sosial.

Mantan Ketua DPRD Kota Ternate periode 2019–2024, Muhajirin Bailusy, mencatat popularitas 57 persen dan likeabilitas 48 persen. Litbang HalmaheraPost menilai rekam jejak legislatif memberi modal pengenalan yang cukup, tetapi transisi menuju figur eksekutif memerlukan reposisi narasi kepemimpinan yang lebih kontekstual dengan kebutuhan publik kota.

Abubakar Abdullah sebagai figur dengan latar belakang birokrasi yang relatif kuat. Pengalamannya sebagai mantan Sekretaris Dewan (Sekwan) Provinsi Maluku Utara memberinya modal administratif, jejaring kelembagaan, serta pemahaman teknokratis terhadap tata kelola pemerintahan dan proses legislasi daerah. Abubakar mencatat popularitas 63 persen dan likeabilitas 52 persen.

Litbang HalmaheraPost melihat figur ini berada pada kategori potensi elektoral menengah, dengan peluang penguatan citra yang masih terbuka lebar melalui konsistensi komunikasi dan kejelasan positioning politik melalui jalur yang lebih.

Mantan Ketua KONI Maluku Utara, Djasman Abubakar, mencatat popularitas 50 persen dan likeabilitas 42 persen. Litbang HalmaheraPost menilai basis pengenalan Djasman masih terkonsentrasi pada komunitas tertentu, terutama jaringan olahraga dan relasi lama. Untuk bersaing di tingkat kota, diperlukan perluasan isu serta pendekatan yang lebih relevan dengan dinamika masyarakat urban Ternate.

Secara keseluruhan, Litbang HalmaheraPost mencatat bahwa jabatan birokrasi dan eksekutif aktif masih menjadi penentu utama tingkat popularitas awal. Namun, perbedaan antara popularitas dan likeabilitas pada sejumlah figur menunjukkan bahwa pengenalan publik belum tentu berbanding lurus dengan penerimaan.

“Peta ini masih sangat cair. Kinerja, konsistensi komunikasi publik, serta kemampuan membangun kedekatan emosional akan menentukan perubahan peta elektoral menuju 2030,” tegasnya.

Dia menegaskan bahwa hasil survei ini harus dibaca sebagai peta persepsi publik, bukan sebagai prediksi final Pilkada 2030.

“Survei ini tidak sedang menentukan siapa yang akan menang, tetapi memotret siapa yang paling dikenal dan paling diterima publik pada fase awal. Popularitas dan likeabilitas adalah modal awal, bukan tiket otomatis menuju kemenangan,”pungkasnya. (udi/tan)