TERNATE, NUANSA – Asosiasi Mahasiswa Pemuda Pelajar Tobelo, Galela, Malifut, Morotai, Loloda, Kao (AMPP Togammoloka) Maluku Utara mendesak Sherly Tjoanda meminta maaf kepada warga Kabupaten Pulau Morotai.
Desakan ini menyusul pernyataan Sherly yang menyebut warga Morotai tidur beralaskan kardus dan hanya menyantap indomie. Hal itu diungkapkan Sherly di sebuah podcast YouTube Denny Sumargo. Pernyataan istri mantan bupati mendiang Benny Laos itu mendapat kritikan tajam dari berbagai pihak.
Ketua Umum AMPP Togammoloka, M Iram Galela, menegaskan pernyataan Sherly dalam podcast tersebut kelihatannya tidak menghargai masyarakat Morotai. Padahal, masyarakat Morotai hidup dalam kesederhanaan tidak lebih juga tidak kurang.
“Mereka bukan gelandangan yang tidur dengan kardus. Silakan Ibu Sherly contohkan seperti apa, akan tetapi jangan seolah mengkerdilkan masyarakat kita lewat pernyataan itu. Karena itu, kami meminta Ibu Sherly Tjoanda secepatnya klarifikasi dan membuat permintaan maaf secara terbuka kepada masyarakat Pulau Morotai,” ujar Iram, Kamis (26/12).
Iram menjelaskan saksi sejarah yang konkrit dalam perjuangan Kabupaten Pulau Morotai, bahwa AMPP Togammoloka dengan semangat otonomi oleh kelompok pemuda mengharuskan diri bergerak untuk pemekaran demi terciptanya kehidupan sosial masyarakat yang lebih baik.
Lewat UU No 53 Tahun 2008, Kabupaten Pulau Morotai mekar dari Kabupaten Halmahera Utara dan mengurus rumah tangga sendiri. Lalu kemudian, selama 16 tahun ini pembangunan manusia, infrastruktur, dan ekonomi sudah baik dan berkembang meskipun masih jauh dari kata sempurna.
“Berbagai macam kelompok dan tokoh memperjuangkan Morotai untuk harga diri masyarakat di pulau yang berada di bibir pasifik ini. Ketersediaan dan kekayaan alam di sektor kelautan perikanan dan pariwisata ini menjadikan ciri serta komponen utama sumber penghidupan masyarakat,” kata dia.
Menurutnya, Sherly Tjoanda adalah perempuan yang juga terlibat dalam proses pembangunan Pulau Morotai mendampingi mendiang Benny Laos yang pernah memimpin Morotai pada 2017-2022.
“Dengan kepemimpinan yang ditampilkan mendiang Benny Laos, harusnya Ibu Sherly yang juga ketua PKK Pulau Morotai 1 periode itu memperhatikan dengan bijak perkataan dan perbuatannya di publik. Ibu Sherly harus etis sebagai pejabat publik,” pungkas Iram. (tan)