TOBELO, NUANSA – Institusi Polri kembali tercoreng. Kali ini akibat ulah oknum polisi di Polres Kabupaten Halmahera Utara (Halut). Diduga ada empat oknum polisi menganiaya salah seorang mahasiswa hingga babak belur pada beberapa hari lalu. Yulius, mahasiswa yang dianiaya oknum polisi itu informasinya memposting ilustrasi polisi memegang anjing pelacak saat aksi protes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Tidak terima dengan postingan itu, empat oknum polisi itu diduga menyeretnya dari rumah dan kemudian dianiaya.
Kabar penganiayaan ini menyebar luas hingga diketahui banyak pihak di Kabupaten Halmahera Utara, termasuk mahasiswa. Selasa (27/9), mahasiswa yang mengatasnamakan diri Solidaritas Mahasiswa Bersama Ongen (Sambo) menggelar aksi di depan Mapolres Halmahera Utara. Yang tergabung dalam aksi tersebut terdiri dari utusan GMKI, GMNI, GAMHAS dan FAMUL-MU. Pada aksi tersebut, massa membawa spantuk bertuliskan bermacam-macam protes, termasuk meminta Kapolda agar segera mencopot Kapolres dan Wakapolres Halut. Beberapa orator sempat menyuarakan hal demikian saat berorasi.

Massa aksi menduga Kapolres dan Wakapolres turut memerintahkan empat oknum polisi itu untuk melakukan penganiayaan terhadap salah satu mahasiswa Uniera yang juga aktivis GAMHAS Halut, pada beberapa hari lalu. Ini juga disampaikan Koordinator Aksi, Adrian Putjutju, saat dikonfirmasi Nuansa Media Grup (NMG) di sela-sela aksi, Selasa (27/9).
“Kami menduga ada persekongkolan antara Kapolres, Wakapolres dan empat orang Polisi untuk menganiaya kawan Yulius Yatu alias Ongen. Karena itu, kami datangi Polres Halut untuk meminta agar Kapolres dan Wakapolres Halut segera di copot dari jabatan dan dipindahkan di luar dari Bumi Hibualamo,” tegas Adrian.
Menurut Ketua GAMHAS Halut ini, sejak kasus Jenderal Ferdi Sambo, Kapolri sudah menegaskan bahwa semua pihak kepolisian harus gerilya mengembalikan kepercayaan publik terhadap institusi Polri, tetapi nyatanya bukan mengembalikan nama baik, melainkan semakin menjadi-jadi.
“Pokoknya dengan tindakan penganiayaan oleh oknum kepolisian kepada salah satu kawan kami itu menandakan kegagalan besar dari Polres Halmahera Utara. Karena itu, selain Kapolres dan Wakapolres dicopot dari jabatan, ke empat Polisi penganiayaan juga harus ditindak tegas secara hukum,” tegasnya.
Sementara itu, Rivaldo Djini, salah satu orator lainnya pada aksi tersebut, meminta agar Polres Halmahera Utara segera mempublikasikan ke empat Polisi yang melakukan penganiayaan terhadap Ongen. “Polres Halmahera Utara harus mempublikasikan identitas dari empat oknum Polisi yang melakukan penganiayaan terhadap kawan kami, sebagai bentuk komitmen Polres dalam memberantas tindakan-tindakan kejahatan”, tutup Valdo. (sef/rii)