Petani di Ternate Minim Perhatian Pemerintah

Stok Cabai Keriting di Pasar Higienis Kota Ternate

TERNATE, NUANSA – Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate belum menaruh perhatian serius pada pemberdayaan petani di Ternate. Akibatnya, sebagian besar pedagang memilih mendatangkan Bawang, Rica dan Tomat (Barito) dari luar, seperti Manado, Sulawesi Utara dan Kecamatan Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Stok Barito lebih banyak dipasok dari luar Ternate, bukan berarti hasil pertanian di kota ini tidak memuskan. Dua pekan lalu, Kelompok Tani Mandiri Modern (K2M) melakukan panen perdana Cabai Keriting di dua lokasi, Kelurahan Moya, Ternate Tengah dan Kelurahan Rua, Kecamatan Pulau Ternate.

K2M justru mengundang Dewan Pengurus Daerah (DPD) KNPI Maluku Utara (Malut) untuk ikut terlibat dalam panen tersebut. Tidak hanya itu, KNPI Malut juga didaulat untuk menjadi K2M sebagai binaannya. “Kami akan menjadi penghubung antara petani dengan pengambil kebijakan. Kami akan terus mengawal petani,” tegas Sekretaris KNPI Malut, M Ardiansyah ketika itu di depan puluhan petani.

Para petani juga mengakui minimnya perhatian pemerintah. Bayangkan saja, mesin pecacah rumput (pun) sulit mereka dapat. Mereka masih menggunakan cara tradisinal untuk mengatasi rumput jelang penanaman. “Kami undang KNPI supaya menyampaikan keluhan kami ke penguasa. Kami juga bisa hasilkan Cabai yang banyak dan mampu membatasi pasokan dari luar daerah,” ujar sejumlah petani.

Iksan, pedagang di Pasar Higienis mengaku bahwa Barito yang ia jual itu didatangkan dari Manado dan Kayoa. Cabai Keriting dijual Rp 40 ribu per kilogram, Bawang Merah dijual Rp 60 ribu hingga Rp 100 ribu per kilogram, Cabai Rawit dijual Rp 80 ribu hingga Rp 90 ribu per kilogram, Tomat dijual per kilogram hingga Rp 20 ribu. “Kalau dari Manado torang (kami) pesan bisanya satu hingga dua ton. Sedangkan dari Kayoa itu tidak sampai satu ton. (ano)