MALUT, NUANSA – Jumlah jalan rusak di Maluku Utara (Malut) memang banyak dan masyarakat sering melintasinya. Tetapi kalau yang rusak adalah jalan penghubung Desa Sayoang dan Desa Yaba, sepertinya masyarakat layak geleng-geleng kapala dan pantas melayangkan protes ke Pemerintah Provinsi Maluku Utara.
Bagaimana tidak, jalan yang dibangun menggunakan dana sebesar Rp 49,5 miliar, kini kondisinya memprihatinkan. Bahkan jembatan yang harusnya dibangun dengan beton, justru sekarang menggunakan kayu. Kondisi badan jalan dari Desa Sayoang ke Desa Yaba sebagian besar rusak parah.
Badan jalan yang rusak parah dan jembatan yang dibangun dari batang kayu, sudah bertahun-tahun dilintasi warga menggunakan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Warga yang melintas sangat kesulitan apabila musim hujan. Jika turun hujan, badan jalan tergenang dan licin.
Pembangunan jalan Sayoang-Yaba dianggarkan pada tahun 2015 di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Maluku Utara. Proyek senilai Rp 49,5 miliar ini dikerjakan PT. Bangun Utama Mandiri Nusa dengan SPK nomor 600.62/SP/DPU-Malut/APBD/BM/FSK.06/2015.
Proyek tersebut sempat diusut Kejaksaan Tinggi (Kejati) Maluku Utara. Setelah sejumlah saksi diperiksa, beberapa tahun lalu proses hukum yang belum masuk ke tahap penyidikan (masih penyelidikan) itu akhirnya dihentikan.
Yang Dialami Warga
Kondisi jalan yang rusak parah itu membuat masyarakat mengeluh. Mereka selalu was-was ketika melintasi jalan yang rusak dengan kendaraan. Pasalnya, kondisi jalan Sayoang-Yaba atau Yaba ke Babang, berpotensi terjadi kecelakaan.
Sepus, salah satu sopir truk L300 yang biasa melayani warga dari Yaba ke Babang mengaku bahwa sebagian besar warga memilih angkutan laut ketimbang naik mobil. Padahal jarak lebih dekat dengan menggunakan mobil.
“Karena kondisi jalan yang rusak parah, orang-orang takut naik mobil lagi. Torang (kami) setengah mati antar jemput penumpang. Dorang (penumpang) rata-rata tidak mau naik mobil,” akunya. Kondisi jembatan pada jalan Sayoang-Yaba. Hal yang sama juga disampaikan salah satu warga Yaba, Bas. Kata Bas, jalan Sayoang-Yaba tidak layak lagi digunakan.
“Kalau torang (kami) naik mobil pergi ke Babang, selama perjalanan selalu khawatir. Dalam perjalanan itu ibarat kami sedang mempertaruhkan nyawa antara hidup dan mati, karena kondisi jalan yang rusak parah ditambah dengan jembatan yang hanya pakai kayu. Kalau mobil meleset sedikit atau kayunya patah, maka kami bisa mati,” terangnya.
Kondisi jalan yang buruk itu juga berdampak pada mobilisasi hasil pertanian dari Sayoang-Yaba ke Babang atau Labuha. Masyarakat berharap Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten Halmahera Selatan agar memperhatikan kondisi jalan Sayoang-Yaba. (*)