NUANSA – Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Wilayah Maluku Utara (Malut) telah sukses menggelar kegiatan Sarasehan Psikologi untuk Bangsa, Rabu (18/8) tadi, di Royal Resto Kota Ternate.
Sarasehan yang mengangkat tema “Menekan Angka Bunuh Diri di Maluku Utara” ini merupakan rangkaian dari ulang tahun HIMPSI yang ke 3 tahun.
Kegiatan sarasehan ini dibuka Ketua HIMPSI Wilayah Malut, Syaiful Bahry. Narasumber yang dihadirkan pada Wali Kota Ternate M. Tauhid Soleman, Ketua MUI Kota Ternate Hi. Usman Muhammad, akademisi Herman Oesman, Agus Salim Bujang, Dr. Aziz Hasyim, serta dari kalangan jurnalis sekaligus CEO Cermat Faris Bobero. Diskusi ini dipandu Wakil Ketua HIMPSI Bahran Taib.
Ketua HIMPSI Malut dalam sambutannya menyampaikan di usianya yang ke 3 tahun, HIMPSI Malut sudah banyak berkontribusi untuk daerah, salah satu kontribusinya adalah dipercayakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam pelaksanaan pelayanan Psikotes bagi calon kepala daerah.
Selain itu, HIMPSI Malut juga membangun kemitraan dengan kepolisian dalam pelayanan Psikotes Akpol, Brigadir, dan Tantama.
“HIMPSI Malut juga telah memberikan rekomendasi untuk pendirian program studi Psikologi di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara. HIMPSI juga sudah mampu menerbitkan sebuah buku yang berjudul 15 Warna Psikologi Untuk Moloku Kie Raha yang dilaunching tahun 2020 kemarin bersamaan dengan satu dasawarsanya Komunitas Jarod,” ujar dosen UMMU itu.
Menurut Saiful, tema yang diangkat dalam sarasegan berkaitan dengan kasus bunuh diri yang terus bertambah jumlahnya. Selaku Ketua HIMPSI Malut, ia khawatir angka kematian akibat bunuh diri di Maluku Utara lebih tinggi dibandingkan angka kematian Covid-19.
“Sebagai bentuk empati, HIMPSI Malut ingin mengingatkan kepada semua pihak, orang tua, pemerintah, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, organisasi profesi terkait, akademisi dan para jurnalis agar sama-sama peduli dengan kasus bunuh diri. Sebab bunuh diri itu menular karena dapat dipelajari ditiru dan dipraktikkan kembali,” jelasnya.
Apalagi, lanjut dia, di era digital sekarang ini, bunuh diri terasa sangat mudah untuk dilakukan.
Banyaknya informasi ataupun berita bunuh diri yang diposting secara vulgar pada media cetak, online dan juga media sosial dapat menggangu kesehatan mental dan memicu terjadinya werther effect atau copycut suicide yang merupakan tindakan bunuh diri yang dilatarbelakangi ingin meniru kasus bunuh diri sebelumnya.
“Untuk itu, hasil dari sarasehan psikologi untuk bangsa ini akan dirangkum HIMPSI melalui program pencegahan bunuh diri yang bekerja sama dengan pemerintah, para jurnalis, tokoh agama untuk disosialisasikan ke masyarakat. Sebelum disosialisasikan akan dilaksanakan penelitian multidisipliner untuk dapat diketahui sumber permasalahanya,” terang Ketua Prodi Psikologi UMMU itu. (ano)