Oleh: Ibrahim Yakub
Direktur Kajian Strategis LEMI PB HMI
Desa-desa adalah kantong bahan bakunya sebuah kota, sebab desa menyuplai begitu banyak Resource secara nature ke kota atau kabupaten tertentu, di Ibaratkan sebuah rumah maka desa adalah dapur dan kota adalah ruang tamu perkakasnya sumber daya alam. Kehidupan didesa begitu apik dengan eksistensi keasliannya baik budaya,ekonomi dan sosial demokrasinya.
Desa Wadas Tanah Surga
Sepekan berjalan begitu banyak mata nalar publik menyoroti peristiwa yang menimpa bumi wadas. Bumi yang hamparan luasnya terlihat hijau sepanjang mata memandang, penuh dengan beragam kekayaan yang mampu menghidupi tujuh generasi pada masa-masa akan datang. Inilah yang disebut wadas tanah surga, mungkin senada dengan ungkapan mohammad hatta lilin-lilin didesa yang menumbuhkan Indonesia. lilin kehidupan itu berkilau dengan warna birunya lautan dan hijaunya daratan yang memancarkan pelangi dikala turun atau seusai berhentinya hujan.
Kenapa disebut tanah surga karena tercatat dalam laporan walhi juga sejumlah lembaga lainnya dengan sebaran flayer di beranda media sosial bahwa komoditas pertahun dari sektor perkebunan menghasilkan pendapatan mencapai 8,5 miliar, sementara komoditas kayu keras bisa mencapai 8,1 miliar per 5 tahun. Maka dari komoditas kayu keras per 1 tahun 1,7 miliar ditambah dengan 8,5 pertahun total 102 miliar pendapatan desa wadas dari dua komoditas dalam setahun. Itu artinya asumsi sektor ekonomi,sektor pendidikan, dan kesehatan baik-baik saja karena tentu secara otomatis terdapat stabilitas pendapatan perkapita masyarakat.
Namun apa jadinya jika logika pembangunan moderen dipahami secara materialistik maka desaign infrastruktur yang bertingkat-tingkat, dinding tebal menghabiskan anggaran triliunan menggusur ladang luas yang hijau dianggap adalah satu kemajuan yang efektif. Kemajuan yang menyebabkan hilangnya kewarasan dan menyampingnya rasionalitas akan modernitas. Begitulah sikap pikun para aktor modernitas, yang tidak membaca pikiran max weber bahwa modernitas adalah hadir dan menyebarnya pikiran rasionalitas direlung pembangunan baik manusia maupun sumber daya alam.
Desa Wadas Dijarah oleh Pemimpinnya
Irasionalitas itulah yang mendera air mata masyarakat kecil diantaranya adalah masyarakat desa wadas yang digrogoti orang-orang tidak waras. Akhirnya lilin-lilin desa wadas sengaja dibuat padam, lantas mengantarkan kehidupan sosial desa wadas flash back dimasa penjajahan silam. Lilin-lilin desa juga sudah hampir habis terkikis dengan tindakan anarkis dan represif tanpa timbang-timbang tentang kemanusiaan.
Menariknya dilintasan politik ada nama gubernur jawa tengah (Ganjar pranowo) yang punya speed kontestasi jelang 2024 begitu kencang bernasib malang pada hari selasa tanggal 08 februari 2022 saat 270 personel dengan peralatan lengkap mengkapling tanah dan mengepung masyarakat desa wadas kecamatan bener kabupaten purwerejo. Senjata makan tuan, begitulah penyematan kepada gubernur jawa tengah karena dengan surat keputusan pada tahun 2018 tentang penambangan batuan (quary) untuk proyek bendungan bener sangat bertentangan atau tidak sesuai RTRW. Sampai-sampai puluhan orang tertangkap.
Sejatinya bahwa sumber daya alam yang ada termasuk di Desa Wadas adalah anugerah yang diberikan tuhan maka pergunakanlah secara tepat dan bijaksana. Bukan berdasarkan kepentingan elite semata. (*)