Mirna Koroy adalah anak muda yang layak dijadikan contoh generasi muda di Maluku Utara. Meski terlahir dari keluarga petani, ia mampu membiayai kuliahnya dengan uang sendiri. Memanfaatkan waktu kosong selepas mengikuti proses perkuliahan, Mirna jualan berbagai produk, termasuk secara online. Seperti apa kisahnya? Berikut laporan wartawan Nuansa Media Grup (NMG).
Tanwin Fataha —TERNATE
Mahasiswi semester 8 di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Ternate ini, kini membangun sebuah kantin sederhana di kampus. Dari kantin itu, setiap harinya, ia bisa menghasilkan uang maksimal Rp 300 ribu. Selain memiliki kantin, Mirna juga menjual pakaian dan jenis lainnya, termasuk Masker Wajah. Sasaran konsumennya adalah teman dekatnya. “Saya juga jual Kedas Beauty, Sabun Lulur, Handbody dan Gold Jelly,” terangnya.
Selepas kuliah nanti, ia berkeinginan memperluas bisnisnya. Bagi dia, sesuatu yang besar, harus dimulai dari yang kecil. Hal itu juga berlaku dalam dunia bisnis. Sejauh ini, selain menjalankan bisnisnya yang masih kecil, ia sudah mulai membaca peluang. Peluang untuk membangun bisnis yang lebih besar akan Mirna jalani setelah menyelesaikan studi nanti.
Putri dari pasangan Iskandar dan Nur ini mulai bisnisnya sejak semester III. Memasuki semester IV, Mirna terus mengembangkan bisnis yang ia geluti, hingga akhirnya berhasil membangun kantin di kampus STKIP. Dari hasilnya bisnisnya itu ia bisa membayar kamar kos dan biaya administrasi di kampus.
Menurut Mirna, ia mulai sadari kalau ada jiwa bisnis dalam dirinya sejak usia remaja. Setelah diterima sebagai mahasiswi di STKIP, gadis kelahiran 1999 ini mulai berpikir untuk berbisnis, meskipun penghasilnya kecil. Ia merasa bangga terlahir dari keluarga petani. Dengan demikian, ia termotivasi untuk mendiri. Sejak pertama kali kuliah, Mirna sudah berpikir untuk meringankan beban orang tuanya. Alhasil, bisnis “kecilnya” yang mulai berkembang itu telah membawanya mampu meringankan beban ayah dan ibunya.
Bagi Mirna, bukan tidak mungkin seorang mahasiswa memiliki penghasilan sendiri, meski disibukkan dengan proses perkuliahan. Yang paling penting, harus ada kemauan dan memanfaatkan waktu untuk tidak berfoya-foya. Meski begitu, nilai Mirna selama kuliah selalu baik. Ia menaruh target untuk menyelesaikan studinya tepat waktu.
“Saya sudah berpikir untuk berbisnis itu saat masuk kuliah. Saya baru memulai saat semester III. Alhamdulillah saya sudah bisa bayar kos dan administrasi kecil-kecil di kampus, seperti kartu semester, registrasi dan biaya buat tugas,” terangnya.
Sekalipun penghasilannya kecil, Mirna sangat bersyukur. Karena dengan jiwa bisnisnya, ia mampu menjadi pribadi yang mandiri, sehingga mampu menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan dapat meringankan beban orang tuannya.
“Saya ini delapan bersaudara. kami dibesarkan di lingkungan keluarga yang mandiri. Orang tua kami selalu mengingatkan agar kami tetap kuat dan mandiri serta berguna untuk sesama,” tutupnya.(*)