TOBELO, NUANSA – Naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya Pertamax, sudah tentu membuat masyarakat kesal. Apalagi dari harga Rp 10 ribu, naik hingga Rp 12.500. Yang paling merasakan dampak dari naikknya harga BBM tersebut adalah masyarakat kelas menengah ke bawah.
Meskipun masyarakat kelas menengah ke bawah itu menjerit, tetapi mereka tidak tahu harus menggantungkan harapan ke siapa untuk memprotes ke pemerintah. Di Kota Ternate, situasi sekarang kelihatan sudah jauh berbeda dengan beberapa tahun lalu. Beberapa tahun lalu, aktivis dan mahasiswa menggelar aksi besar-besaran ketika pemerintah menaikkan harga BBM.
Sekarang, ketika harga BBM diumumkan naik, tidak satupun aktivis di Kota Ternate yang bersikap. Aktivis di Maluku Utara hanya sebatas menyaksikan melalui media sosial dan televisi disaat aktivis di daerah lain menggelar demonstrasi memprotes kebijakan pemerintah. Ketika mayoritas pemuda di Maluku Utara memilih diam, muncul salah seorang aktivis perempuan di Halmahera Utara (Halut) yang angkat bicara. Dia adalah Saviske Talangamin, Ketua Suluh Perempuan Halmahera Utara. Ia mengaku sangat kecewa dengan sikap pemerintah yang menaikkan harga BBM.
“Bagi mereka yang punya uang, atau kelas menengah ke atas, pasti santai saja. Tetapi yang kelas bawah, pasti merasakan betul dampaknya. Apalagi ini bulan Ramadan. Kami di Halamahera Utara begitu merasakan dampaknya. Kita tidak boleh tinggal diam, harus bersikap,” ujarnya.
Khusus di Halmahera Utara, Saviske menyarankan pemerintah daerah untuk turun tangan. Paling tidak, pemerintah daerah penertibkan pembeli BBM yang sering menggunakan jerigen. Jika tidak ditertibkan, sebagian besar pengendara tidak lagi mendapat BBM di SPBU, karena sudah dibeli pembeli yang membawa jerigen.
“Saya juga sarankan pemerintah daerah untuk selalu pastikan kalau stok bahan pohon tetap aman selama Ramadan, khususnya minyak goreng yang beberapa pekan terakhir ini langka. Apalagi ini bulan Ramadan. Pemerintah harus selalu memastikan stok bahan pokok tetap aman dan harganya normal,” tutupnya. (mg1/rii)