Penjual Kue Kering di Kota Ternate Raup Rp 7 Juta per Hari

berbagai jenis kue kering yang dijual di salah satu titik di Ternate.

TERNATE, NUANSA – Kue kering memang sudah menjadi andalan masyarakat di Maluku Utara, khususnya di Kota Ternate yang disajikan saat lebaran Idulfitri. Jelang lebaran sekarang ini, tampak bermacam-macam jenis kue kering dijual di sejumlah titik.

Salah satu rumah produksi kue kering yang menjadi pilihan sejumlah warga di Kota Ternate ialah milik Lis, warga Kelurahan Makassar Timur, Kecamatan Ternate Tengah. Dengan memberdayakan masyarakat sekitar, Lis memproduksi berbagai jenis kue kering seperti kue rambutan, tosca kenari, kue cokelat, batang macis, skippy, kue nastar, kacang sembunyi, kue kerang serta aneka kue lainnya yang dikemas cantik agar menambah daya tarik pembeli.

Menurutnya, permintaan konsumen kue kering lebaran tahun ini terbilang menurun, bila dibanding tahun sebelumnya. Meski begitu, ia masih bisa memproduksi kue kering untuk memenuhi permintaan beberapa konsumen. Ukuran stoples yang besar, kata dia, harganya Rp 200 ribu, sedangkan ukuran kecil harganya Rp 50 ribu per stoples. “Namun kalau dilihat perbandingan, tahun lalu lebih laku dari pada tahun ini. Bahkan tahun lalu harganya naik Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu per stoples. Mungkin karena persaingan jualan kue ini sudah banyak, sehingga saya melihat teman-teman juga banyak yang mengeluh,” ujar Lis kepada Nuansa Media Grup (NMG), Rabu (27/4).

“Jadi pokoknya jualan habis langsung bikin. Saya masih menunggu karyawan saya yang menjual di beberapa lapak yang ada di pasar higienis dan pasar bastiong. Kalau sudah habis jualannya, saya langsung bikin lagi. Sampai waktu lebaran Idulfitri baru saya berhenti membuat kue kering ini,” tambah dia.

Ia menambahkan, kebanyakan masyarakat Kota Ternate berburu kue kering yang memiliki ukuran stoples yang kecil. Karena tergantung kemampuan mereka (pembeli). Kalau mereka membeli dengan harga Rp 500 ribu, maka akan mendapat 10 stoples, begitu pula jika mereka membeli sebanyak 20 stoples maka harganya bisa mencapai Rp 1 juta.

Di sisi lain, ibu 4 anak itu mengaku proses pembuatan kudapan tersebut dipengaruhi naiknya harga minyak goreng. Sehingga untuk menaikan harga jualan pun dirinya tidak tega, karena masyarakat saat ini nyaris hidup dalam kesusahan, apalagi dengan naiknya harga bahan-bahan pokok hingga merembet ke harga bahan-bahan kue.

“Justru tahun ini jauh lebih murah dari pada tahun kemarin, namun masyarakat (pembeli) masih mengeluh juga dengan alasan mahal. Makanya kalau kita mau naikan harga, mereka akan mengeluh dan bilang ini mahal. Padahal seharusnya mereka juga mengerti kalau adonan kue ini berdampak karena mahalnya harga minyak goreng saat ini,” katanya.

Terpisah, Sulaiman Saban, pedagang lainnya yang menjual kue kering di bahu jalan yang terletak di Kelurahan Salero itu menambahkan, dirinya mematok harga kue kering tersebut secara variatif. Mulai dari harga Rp 80 ribu hingga Rp 250 ribu per stoples. “Saya menjual variasi karena yang membedakan harga adalah kualitas kuenya. Biasanya yang laris manis dibeli warga adalah kue rambutan, kue batang macis, dan kue nastar. Kemudian ada juga kue rambutan pop, kue bawang, kue spuit, dan kukis kerawang,” paparnya.

Sulaiman juga merinci, kue kering yang dijual tersebut biasanya laris manis. Kadang sehari bisa meraup omzet Rp 1 juta, Rp 4 juta, hingga Rp 7 juta per hari. Meskipun begitu, suami dari Aulia itu mengaku ada perbedaan yang signifikan antara tahun kemarin dan tahun ini, tahun kemarin lebih laris manis ketimbang tahun ini. “Tetapi, kita menunggu beberapa hari kedepannya, kalau sudah dekat lebaran tinggal 1 hari begitu, pasti banyak pembeli yang akan membludak,” pungkas ayah 3 anak itu. (tan/rii)