LEMI PB HMI Pertanyakan Kebijakan Aplikasi MyPertamina

Ibrahim Yakub.

JAKARTA, NUANSA – Kebijakan pemerintah yang mengharuskan pembeli Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertalite menggunakan aplikasi MyPertamina, mendapat respons Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI) Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Pernyataan Direktur Pemasaran Regional PT. Pertamina Parta Niaga, Mars Ega Legowo Putra bahwa kebijakan tersebut bukan membatasi pembelian Pertalite, tetapi kebijakan diambil agar konsumen pengguna BBM bersubsidi terdaftar dalam data base, dianggap keliru oleh LEMI PB HMI.

“Yang dikatakan Mars itu terlalu terpaku pada penjelasan normatif Peraturan Presiden (Perpres) 191 tahun 2014 yang menyataka segmen pengguna Pertalite masih sangat lebar. Padahal, bagi kami, fenomena Pertalite ini bukan saja pada soal segmentasi penggunannya, tapi urgensinya ada pada stok BBM Pertalite dan Pertamax yang ada di SPBU setiap daerah, juga termasuk masalah kondisi fluktuatif harga kedua jenis BBM itu,” ujar Direktur LEMI PB HMI, Ibrahim Yakub pada Nuansa Media Grup (NMG).

Menurut dia, cara menarik pengguna mobil mewah supaya menggunakan Pertamax adalah harganya tidak mahal dan stoknya juga tidak harus terbatas. Jika tidak, maka rakyat yang menggunakan mobil mewah juga membeli BBM jenis Pertalite. Dewasa ini sebagian besar pemilik mobil mewah lebih memilih menggunakan BBM jenis Pertalite yang harganya jauh lebih murah. Akibatnya, stok Pertalite selalu terbatas di setiap SPBU.

Ibrahim mengatakan, penggunaan aplikasi MyPertamina belum harus diterapkan, mengingat fasilitas internal di sejumlah daerah belum memadai. Pemerintah harus memahami bahwa penggunaan BBM jenis Pertamax dan Pertalite itu bukan hanya masyarakat yang tinggal di kota. Sasaran kedua jenis BBM tersebut adalah masyarakat umum, tanpa ada batasan territorial.

Ia menambahkan, perumusan kebijakan pemerintah melalui PT. Pertamina tersebut tidak melalui rumusan komprehensif, sehingga formulasi kebijakan masih tampak tumpeng tindih serta menyulitkan masyarakat, termasuk tidak membijaki kebutuhan rakyat tentang dua jenis BBM tersebut. “Begitu banyak masyarakat kelas menengah ke bawah yang punya kendaraan, tetapi mereka tidak menggunakan android dan pemahaman mereka soal aplikasi MyPertamina juga terbatas,” tutupnya memastikan. (kov)