TERNATE, NUANSA – Krisis pangan dunia sepertinya mulai terasa di Maluku Utara, khususnya di Kota Ternate. Harga beberapa jenis kebutuhan pokok belakangan ini mulai naik tajam, seperti Cabai, Tomat dan Bawang. Terjadinya lonjakan harga tersebut akibat dari stok yang mulai terbatas, termasuk pasokan dari luar daerah, seperti Manado, Sulawesi Utara, yang belakang ini sudah mulai terlambat masuk ke Ternate.
Wali Kota Ternate, M. Tauhid Soleman dan jajarannya turun ke Pasar Gamalama untuk memastikan stok pangan dan mencari tahu harga setiap jenis bahan pokok. Selain mengantisipasi krisis pangan, pengecekan ini termasuk mengantisipasi terjadi inflasi di luar dugaan. Di pasar, harga Cabai Rawit yang sebelumnya masih di bawah Rp 100 ribu, kini dijual hingga Rp 120 ribu per kilogram. Meski begitu, sebagian pedagang masih ada yang jual Rp 90 ribu per kilogram. Kenaikan harga terjadi pula pada jenis kebutuhan pokok yang lain, seperti Tomat, Bawang dan jenis lainnya.
Usai meninjau situasi di pasar, Wali Kota menjelaskan, kunjungan tersebut termasuk dalam rangka mengendalikan inflasi pangan nasional. perkembangan harga kebutuhan pokok di pasar-pasar Ternate, kata dia, harus setiap saat dilakukan pengecekan, termasuk stoknya. Ini dilakukan agar Pemkot cepat mengantisipasi terjadinya gejolak akibat harga kebutuhan pokok yang naik menggila dan stok yang mulai terbatas.

Orang nomor satu di Ternate ini mengakui bahwa sementara ini terjadi krisis pangan dunia. Sehingga itu, semua lapisan masyarakat harus mengetahui terkait dengan informasi krisis tersebut. Ia berjanji, pemerintah akan selalu hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan jaminan atas setiap masalah yang terjadi. Untuk mengatasi setiap masalah, pemerintah sudah pasti berkolaborasi dengan semua pihak yang berkepentingan.
Menurut Tauhid, pemerintah daerah, instansi vertikal, petani dan pihak lain harus bergandeng tangan mengantisipasi krisis pangan yang mulai mengancam. “Lahan pertanian di Kota Ternate sudah harus dimanfaatkan dengan baik, sehingga bisa mengatasi masalah ini. kami juga memberikan bibit tanaman holtikultura ke petani, tetapi kelihatannya belum cukup, makanya kita masih bergantung pada stok dari luar Ternate, seperti melalui Halmahera Timur, Tidore Kepulauan dan Halmahera Barat, termasuk luar daerah seperti Manado, Makassar dan Surabaya,” terangnya.Wali Kota juga berharap kerja kompak Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk mengatasi krisis pangan yang sudah mulai terasa.
Kepala Dinas Disperindag Kota Ternate, Muhlis Djumadil menambahkan, harga Cabai dan Bawang memang sangat mempengaruhi terjadinya inflasi. Penerimaan pasok pangan dari Manado akhir-akhir ini sudah mulai terlambat. Akibatnya stok pangan di Ternate menipis. Keterlambatan dari Manado, kata dia, setelah dicek, penyebabnya karena Feri yang mengangkut stok pangan terlambat masuk.
“Kami sudah antisipasi untuk ambil stok di Halmahera, tapi yang kami dapat hanya Cabai, sementara Bawang masih harus kita dapat dari Manado daerah lainnya. Dan, kualitas Cabai serta Tomat dari Halmahera ternyata masih bagus yang dari Manado. Kami sudah kerja sama dengan distibusi besar untuk mengantisipasi masalah keterbatasan stok yang pada akhirnya berpengaruh pada harga,”akunya.
Petani Menanam
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Kota Ternate, Thamrin Marsaoly mengimbau kepada kelompok tani suapay terus menanam. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan di Kota Ternate. “Berdasarkan musim yang diprakirakan oleh BMKG bahwa kini masuk pada musim yang cukup ekstrem. Untuk itu, saya imbau ke masyarakat, khususnya para petani dengan kondisi cuaca seperti ini guna menghindari terjadinya kelangkaan pangan, bisa menggantikan panganan lokal, baik itu ubi dan sagu dan lainnya,” pintanya.

Thamrin mengaku, sementara ini dirinya lagi menggenjot beberapa kelompok tani yang aktif agar terus menanam, salah satu titik fokusnya di Kecamatan Ternate Barat. “Untuk mengembangkan pertanian, paling tidak tomat dan sayuran harus di tanam karena ini yang bikin kelangkaan inflasi juga,” katanya.
Saat ini kurang lebih ada sekitar 10 ribuan pohon Cabai yang sudah siap untuk ditanam. Ada juga sebagian sudah ditanam dan ada beberapa titik yang sudah mulai panen, seperti di Kelurahan Tobololo, Kulaba dan Takome di Kecamatan Ternate Barat. “Saya menyadari dengan hasil itu tidak mencukupi, karena di Ternate ini masyarakat yang datang beli bukan hanya Rp 200 ribu orang saja, tapi ada juga dari luar otomatis terlalu kecil untuk menjadi pasokan,”terangnya.
Meskipun ketersediaan yang terlalu kecil itu, kata dia, paling tidak pihaknya bisa sedikit menangani unsur ketersediaan bahan pokok di Kota Ternate selain pasokan yang dari luar Kota Ternate. “Kita sadari itu tidak akan cukup dengan kondisi lahan dan pertanian yang ada di Kota Ternate. Kemudian kelompok tani sekitar 20 ini yang aktif melakukan penanaman terus,” pungkasnya. (udi/rii)