Oleh: Firdaus Muhidin
Mahasiswa PAI IAIN Ternate/Sekum KAMMI Komisariat IAIN Ternate
SKENARIO kehidupan akan terus berjalan. Aktor-aktor yang hadir di dalam pentas mengisi dimensi ruang silih berganti. Walaupun mereka sudah hilang ditelan oleh waktu, namun tidak akan pernah bisa dilupakan oleh zaman, sebab telah terekam oleh sejarah. Mereka adalah sosok yang senantiasa dipenuhi dengan berbagai macam gairah untuk berbuat dan melakukan suatu perubahan.
Kita mencoba membuka kembali lembaran sejarah, maka akan selalu ditemukan pameran yang memukau di masanya. Mereka adalah orang-orang yang lahir dengan biasa-biasa saja, kemudian tampil di usia gemilang berhasil menjadi orang yang luar biasa. Tanpa kenal lelah dalam mengusung suatu perubahan, mereka adalah pemuda KAMMI.
Sejarah memberikan sebuah pucuk tunas yang amat subur. Tanda-tanda yang menunjukkan lahir dan berkembangnya embrio harapan di masanya yang cukup lincah, gagah, dan berani di tengah-tengah suasana negeri yang mengerikan. Lahir dari gagasan perkumpulan para intelektual dakwah kampus yang kelak diberi nama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, singkatnya KAMMI.
Jejak KAMMI tidak terlepas dari pergulatan peristiwa reformasi pada tahun 1998, yang menjadi saksi di antara sekian banyaknya ormas-ormas atau organisasi yang ada pada saat itu untuk melakukan gerakan, gembrokan, meruntuhkan dan melepas gembok masa orde baru yang diktator ke lembaran masa reformasi dalam memperbaiki sistem pemerintahan yang lebih baik berdasarkan paham demokrasi yang kita anut dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tentu juga banyak organisasi yang hadir pada saat itu seperti HMI, IMM, GMNI, PMII dan lainya. Yang juga memiliki peranan yang sama dalam menjawab berbagai masalah atau problem Bangsa. Bukan berarti penulis menafikkan pergerakan organisasi lain dalam sebuah tulisan ini. Akan tetapi, penulis mencoba melihat situasi dan kondisi atas lahirnya KAMMI dan mengintegrasikan pada generasi sebelum dan sesudahnya, sebagai generasi pergerakan yang sepenuhnya untuk menjayakan Indonesia.
Melihat hal demikian dalam kacamata penulis, tentu lahirnya KAMMI bukan atas keniscayaan untuk melahirkan gerakan fatamorgana belaka. Namun organ ini merupakan organ yang sangat dinanti-nantikan oleh khalayak mahasiswa aktivis 1998 yang berawal dari perkumpulan FSLDK se-Indonesia. KAMMI yang menjadi organ pergerakan yang memposisikan diri pada garda terdepan dalam menjawab persoalan serta perbaikan bangsa ke arah yang baik dalam sistem pemerintahan kita.
Tentu KAMMI sendiri banyak dedikasi yang ditorehkan pada peristiwa reformasi 1998. Segala tenaga, pikiran, gagasan dan ide berbagai macam dikeluarkan dalam menuntaskan krisis moneter yang persoalannya adalah kemerosotan ekonomi, pendidikan, demokrasi dan lainya, yang melanda rakyat Indonesia.
Para aktivis 1998 dengan usaha menegakkan kedaulatan rakyat atas penderitaan yang dialami selama separuh tahun 1967-1998. Puncaknya pada tahun 1998 dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia bersama dengan organisasi lainya melakukan sebuah gerakan untuk menjatuhkan Soeharto dari kursi takhta kepresidenan. Sebuah gerakan yang lahir dari rahim reformasi atas keprihatinan anak muda KAMMI. Gerakan yang dilakukan merupakan kesadaran yang amat mendalam terjadinya krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia.
Seiring perkembangan zaman saat ini, KAMMI sendiri tidak merasa surut dan luput dari mengusut tuntas problem bangsa. Eksistensi KAMMI selalu aktif dalam kancah mengawal roda pemerintahan, memberikan konstribusi penuh dalam perbaikan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Aktif di berbagai isu-isu, di bidang politik, pendidikan, ekonomi, dan berbagai sektor bidang lainya.
Dalam konteks di atas, penulis melihat bahwa KAMMI sebagai generasi muda yang selalu memiliki rasa kepekaan dan menempatkan nilai-nilai kemanusian sebagaimana muatan pancasila pada sila kedua, yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. Bagi rakyat, bangsa Indonesia. Secara sadar bahwa peran dan posisi KAMMI hadir karena melihat problematika dan dinamika yang ada di negeri ini. Setelah kelahiran itu, penegasan pun dilontarkan, bahwa KAMMI akan tetap eksis dan mencoba terus hadir dalam upaya perbaikan dan berkonstibusi bagi bangsa.
Kini sudah menjalang 25 tahun, KAMMI sebagai organisasi mahasiswa/pemuda yang kadernya tersebar dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Dari ruang-ruang terbuka, sudut-sudut kampus hingga mancanegara, yang kadernya terus berupaya melakukan proses aktualisasi nilai yang ada pada gerakan, yakni sebagai upaya perbaikan, yang mana terdapat pada salah satu poin di prinsip gerakan KAMMI; “perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI”.
Disamping itu juga terdapat kredo gerakan KAMMI, yang menjadikan KAMMI sebagai generasi Islam yang melawan kezaliman para penguasa dan hukum yang zalim. Mereka adalah orang-orang yang berkata dengan lantang kepada penguasa macam itu dengan perkataan, “jangan bertindak zalim”. Mereka juga berkata kepada rakyat jelata, “jangan bertekuk lutut. Selanjutnya, generasi ini yang selalu membela kaum mustadh’afin (kaum lemah) sampai haknya berhasil diambil dari orang-orang kuat.
Dalam sebuah sabda Rasulullah SAW, bahwa “sesungguhnya jihad yang paling utama adalah kata-kata yang benar di depan penguasa durnaja.” Lebih lanjut, dikisahkan “penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Mutthalib dan seseorang yang berdiri di hadapan pemimpin yang zalim kemudian menyuruh (melakukan) kebaikan dan mencegahnya (dari perbuatan yang keji lalu sang pemimpin tadi membunuhnya.” (Hasan Al-Banna, 2018:56).
Selama ber-KAMMI, penulis menyadari betul ada sisi-sisi yang memperlihatkan bahwa KAMMI merupakan organisasi yang melahirkan generasi sebagaimana kisah Hamzah bin Abdul Muthalib di atas. Tidak sebatas itu, generasi ini pun taat dalam menjalankan segala aturan dan kewajiban yang telah di syariat oleh Islam itu sendiri.
Tidak salah KAMMI sendiri menepatkan Motto sebagai landasan kader dalam ber-KAMMI, yakni; Aksi Kuat, Ibadah Taat, Prestasi Hebat. Dari ketiga poin inilah yang menjadi tuntutan dan tuntunan sebagai kader KAMMI yang tidak lepas dari kedua sumber ajaran Islam; Al-Qur’an dan Al-Hadis yang dijadikan sebagai kompas kehidupan oleh kader-kader KAMMI itu sendiri dan masyarakat sebagai umat baginda Nabi Muhammad SAW.
Generasi rabbani, sederhananya dapat kita memahaminya secara gamblang dalam pandangan Yusuf Qordawi dengan mengutip Firman Allah SWT; “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Robb semesta alam.” (Al-A’am 162).
Ujung pangkal dari ayat di atas menunjukkan kata “Rabb” dalam artian “Tuhan” semesta alam. Yang menujukkan bahwa generasi rabbani adalah generasi yang mendedikasikan dirinya untuk kemaslahatan umat dalam menegakkan nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan persamaan dalam persaudaraan di samping mencapai ridha Allah SWT.
Suatu yang amat urgen dalam sebuah indikasi, yang menunjukkan pada ayat di atas adalah bentuk manusia seutuhnya. Sehingga olehnya itu, generasi rabbani dalam pengertian Jefri al-Bukhari, bahwa generasi rabbani adalah generasi yang berketuhanan dan bertauhid, serta di antaranya memiliki sikap tawakkal, sabar dan berpikir positif.
Sebagaimana kita ketahui, tujuan orang hidup di dunia ini berbeda-beda. Ada yang tergila-gila pada harta kekayaan, ada yang mabuk kemasyhuran, ada yang gila kekuasaan dan ada pula yang “lupa” karena perempuan. Bahkan tidak sedikit orang yang tidak sanggup jauh dari minuman keras, dan banyak pula para pegawai yang menjilat-jilat atasan. Generasi rabbani amat jauh dari sifat dan perbuatan tercela seperti ini.
Generasi rabbani tidak suka menyombongkan diri dan melakukan kerusakan di muka bumi. Mereka tidak lupa daratan pada pangkat dan harta. Mereka iuga tidak mengejar nafsu dan kemasyhuran. Mereka senantiasa memohon kepada Rabbnya agar jangan sampai dunia menjadi tujuan utama dan tidak menjadi puncak ilmunya. (Yusuf Qordawi, 1995:48-49).
KAMMI sendiri dari segi pergerakan dapat kita ketahui dari Manhaj Kaderisasi adalah gerakan dakwah. Generasi ini menjadikan kehidupan setiap individunya kader-kader KAMMI hanya untuk Allah SWT. Mereka tidak berpandangan dan bersikap ganda serta tidak pula bertengkar. Ini disebabkan KAMMI lahir karena tujuannya sudah disatukan, arahnya sudah ditentukan dan jalannya sudah ditunjukan.
Dalam sebuah risalah motor penggerak pengkaderan KAMMI dapat kita ketahui bahwa “kami adalah orang-orang progresif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat belajar, agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam”.
Dalam konteks ini, melihat lebih dalam lagi salah satu paradigma gerakan KAMMI adalah Harakatut Tajdid dalam artian organisasi pengkaderan. Sehingga menempatkan pengkaderan sebagai aspek penting yakni pembinaan. Dalam proses pembinaan inilah yang kemudian melahirkan para kader penerus pergerakan untuk siap terjun melanjutkan perjalanan dakwah.
Hal ini terpatri dalam misi pertama KAMMI, yakni membina keislaman, keimanan, dan ketakwaan mahasiswa muslim Indonesia. Kedua, menggali, mengembangkan, memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik mahasiswa. Ketiga, mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, (civil society). Keempat, memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerja sama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan kerakyatan dan kebangsaan.
Kelima, mengembangkan kerja sama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma`ruf nahi munkar). Dan dalam Paradigma KAMMI, dalam konteks pergerakan KAMMI sendiri sebagai Gerakan Dakwah Tauhid, Gerakan Intelektual Profetik, Gerakan Sosial Independen, dan Gerakan Ekstra Parlementer. (*)
Wallahualam bishawab.