JAKARTA, NUANSA – Juru Bicara Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Muhammad Iqbal, mengaku survei Litbang Kompas sering meleset tentang suara PKS. Sebagaimana diketahui, Litbang Kompas pada Rabu (25/5) merilis hasil survei yang menyebutkan beberapa partai tidak lolos ambang batas parlemen (parliamentary threshold), termasuk PKS yang diprediksi memperoleh angka 3,8 persen.
“Angka ini tentu saja mengejutkan dan di luar nalar, karena rata-rata lembaga survei yang melakukan survei di waktu yang berdekatan atau hampir bersamaan memberi angka: LSI (7,6%), LSN (7,4%) Charta Politica (7,2 %), Polstat (6,9%) dan banyak lagi lembaga survei yang merilis hasil temuannya, termasuk survei internal PKS yang menujukkan angka jauh di atas lembaga survei lainnya,” katanya, Kamis (25/5).
“Pertanyaannya kok bisa Litbang Kompas mengeluarkan angka di luar kewajaran? Peristiwa ini mengingatkan kami pada survei-surve Libang Kompas sebelumnya tentang prediksi suara PKS,” sambungnya.
Menurutnya, Litbang Kompas pada saat menjelang pemilu 2014 melakukan survei dan memprediksi PKS hanya memperoleh 3,3 persen, namun faktanya pada pemilu 2014 PKS memperoleh suara 6,79 persen. Demikian juga pada pemilu 2019, Litbang Kompas merilis survei sebelum pemilu, bahwa PKS diprediksi memperoleh 4,5 persen dan faktanya pada pemilu legislatif 2019 perolehan suara PKS 8,21 persen.
“Artinya dalam dua kali pemilu, Litbang Kompas gagal memprediksi perolehan suara PKS, dan setiap prediksi hasil survei PKS akan mengalami kenaikan suara kurang lebih 100 persen,” tuturnya.
“Litbang Kompas dan PKS adalah pertaruhan kredibilitas sebuah lembaga, apakah Litbang Kompas yang tidak profesional atau PKS yang memang lemah? Atau memang pemilih PKS yang sulit diprediksi seperti hasil pemilu kepada daerah di Jawa Barat. Berbagai survei yang ada akan kami jadikan bahan introspeksi dan kajian mendalam untuk bekerja lebih sistematis, masif dan menarik dalam mensosialisasikan PKS ke depan,” sambungnya mengakhiri. (tan)