Pasar CBD Morotai Sepi, Sejumlah Pedagang Terpaksa Jualan di Emperan

Salah satu pedagang ikan yang berjualan di emperan. (Zunajar/NMG)

DARUBA, NUANSA – Sejumlah pedagang di Pasar Central Bisnis Distrik (CBD) Gotalamo, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, terpaksa harus berjualan di emperan jalan Kota Daruba, tepatnya di kawasan Water Front City (WFC). Ini terpaksa dilakukan lantaran sepi alias minimnya pembeli yang berkunjung ke Pasar CBD.

M Ishak, salah satu pedagang ikan mengaku sulit mendapatkan pelanggan, sehingga terpaksa berjualan di depan jalan utama pusat Kota Daruba Gotalamo. Ishak mengatakan, banyak pedagang lainnya yang memilih keluar dari pasar dan jualan keliling lantaran ikan tidak laku terjual.

“Masih mendingan di sini daripada di pasar. Di sana torang cuma manganto karena tidak ada orang yang beli. Torang pe ikan tidak laku jadi tong rugi sekali. Biasanya pendapatan satu hari cuma Rp50 ribu, padahal ikan itu torang ambil di nelayan sampai harga Rp300 ribu,” ujar Ishak kepada Nuansa Media Grup (NMG), Kamis (12/10).

Menurutnya, daya tingkat pembeli di Morotai saat ini terbilang sangat buruk dibandingkan dengan tahun-tahun terdahulu, terutama di masa kepemimpinan Bupati Rusli Sibua.

“Daya beli sekarang di Morotai, kalau dibilang stabil ya belum stabil, kalau parah ya bisa dikatakan begitu. Sekarang beda dengan yang dulu. Kalau bupati sebelumnya bagus sekali, karena dia melihat masyarakat. Kalau sekarang cuma mementingkan infrastruktur daripada ekonomi masyarakat,” kata Ishak.

Sementara itu, Usna, salah pedagang buah, pun mengaku sulit mendapatkan omzet yang stabil dalam beberapa tahun terakhir. Bagi dia, masih mendingan jualan di emperan karena masih ada pembeli ketimbang di pasar.

Usna mengaku, saat ia bersama para pedagang lainnya memilih berjualan di depan Taman Kota Daruba, mereka dilarang oleh petugas penertiban kota dan dipindahkan di area Water Front City (WFC) Morotai.

Mirisnya, tempat tersebut tidak beda jauh buruknya dengan pasar yang juga sepi pembelinya. Akhirnya, Usna dan rekan-rekannya memilih keluar dan berjualan di depan pintu masuk WFC dan/atau di belakang Taman Kota Daruba.

“Dulu torang ba jual di muka taman situ. Di situ masih bagus karena jualan juga cepat laku. Tapi torang dapa larang jadi dapa kase pindah ka dalam (di WFC) cuma di situ tidak ada orang yang beli. Satu hari kadang tong cuma dapat Rp10 ribu. Makanya torang ba jual di sini, karena orang masih bisa lihat. Di sini juga torang dapa user lagi, tapi daripada torang pe barang dia rusak (busuk), lebih baik torang ba jual di sini saja biar pun cuma sedikit,” ujarnya. (tr1/tan)