TERNATE, NUANSA – Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) diyakini menang di Maluku Utara dengan target suara 55 persen. Optimisme itu disampaikan juru bicara AMIN Maluku Utara, Fitrah Akbar M kepada Nuansa Media Grup (NMG), Kamis (1/2).
Menurutnya, optimisme untuk menggaet suara di atas 55 persen bukan tanpa alasan. Sebab, berdasarkan survei yang dilakukan oleh internal TPD, saat ini persentase tersebut bukan hal yang mustahil, karena dukungan masyarakat terhadap paslon nomor urut 1 terbilang sangat tinggi.
“Tentu kita punya target dan optimis mencapai target tersebut. Kami rasa bukan hal yang mustahil, apalagi kemarin dengan kedatangan capres Anies Rasyid Baswedan di Ternate memberikan dampak atau efek elektoral yang sangat signifikan. Jadi data internal kami saat ini menggambarkan hasil perolehan suara 55 persen untuk pasangan AMIN,” ujar Fitrah.
Di sisi lain, ia menuturkan pemungutan suara pilpres dan pileg akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024. Jika dihitung kurang dari 14 hari lagi pencoblosan akan dilakukan. Tentunya, semua tim pemenangan dan relawan akan bekerja keras untuk memenangkan capres dan cawapresnya masing-masing.
Karena itu, Fitrah mengaku saat ini pihaknya fokus dalam melakukan langkah-langkah taktis untuk meyakinkan masyarakat yang telah mendukung AMIN agar tetap konsisten sampai hari pencoblosan. Selain itu, pelatihan dan penguatan saksi juga dilakukan untuk mengawal suara pada tingkat TPS.
“Fokus kami saat ini adalah meyakinkan masyarakat yang telah memilih paslon 01 agar tetap mendukung dan memilih AMIN pada 14 Februari nanti. Selain itu, sangat penting dilakukan pelatihan dan penguatan saksi-saksi di TPS. Karena waktu pemungutan suara sudah sangat dekat, tidak ada waktu lagi untuk melakukan sosialisasi yang mengarah pada perebutan suara paslon lain,” katanya.
Bagi dia, fokus penguatan internal dan pendukung yang dilakukan TPD AMIN tidak terlepas dari berbagai penilaian masyarakat yang mengkhawatirkan terjadi kecurangan pada pemilu kali ini. Apalagi politik transaksional (money politik) di hari-hari mendekati pemungutan suara kian terendus.
“Sebagaimana kita lihat pemberitaan pada beberapa waktu lalu dimana Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa presiden boleh memihak dan berkampanye untuk salah satu paslon, sehingga memunculkan spekulasi dan kekhawatiran di masyarakat bahwa Presiden Joko Widodo tidak akan netral. Sebab, bukan tidak mungkin kecurangan pemilu bisa saja terjadi, belum lagi bagi-bagi sembako dan bansos yang mengatasnamakan Presiden Jokowi padahal menggunakan APBN,” tandasnya. (tan)