Eco Bhinneka Muhammadiyah Suarakan Kolaborasi Lintas Iman Rawat Lingkungan

Eco Bhinneka Muhammadiyah Suarakan Kolaborasi Lintas Iman Rawat Lingkungan. (Istimewa)

JAKARTA, NUANSA – Eco Bhinneka Muhammadiyah turut merayakan Pekan Kerukunan Lintas Iman se-Dunia atau World Interfaith Harmony Week (WIHW) sepanjang 1-7 Februari 2024 melalui kampanye di media sosial. Sebagai bagian dari program Inisiatif Bersama untuk Aksi Keagamaan yang Strategis atau Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA).

Keterlibatan Eco Bhinneka Muhammadiyah di Pekan Kerukunan Lintas Iman se-Dunia ini dilaksanakan untuk menggaungkan kembali kerja-kerja baik yang telah dilakukan oleh umat lintas iman dalam melestarikan lingkungan, dan menyuarakan pesan-pesan damai dari perwakilan tokoh agama, pemuda, perempuan, tokoh pemerintah, serta tim pengelola atau manajemen program Eco Bhinneka.

Eco Bhinneka Muhammadiyah Suarakan Kolaborasi Lintas Iman Rawat Lingkungan. (Istimewa)

“Eco Bhinneka berhasil menyediakan ruang publik untuk warga dengan berbagai latar belakang agama untuk bertemu, berdiskusi, dan bekerja sama. Hasilnya selat perbedaan yang selama ini muncul atas dasar prasangka bisa terbuka dan terjawab dengan sendirinnya,” kata seorang pegiat Eco Bhinneka, Ahsan Hamidi.

Meski demikian, ia memberikan tiga saran agar program JISRA yang dilakukan Muhammadiyah melalui Eco Bhinneka ke depan berkelanjutan. Pertama, JISRA harus tetap mengonsentrasikan kegiatannya pada anak muda dan perempuan. Kedua, pertemuan rutin antar para tokoh agama perlu tetap dilakukan secara rutin dalam berbagai diskusi dengan tema beragam. Ketiga, dukungan pemerintah menjadi indikator keberhasilan program ini, karena pemerintah akan merawat keberlanjutannya.

Sementara itu, Intan Mustikasari selaku Manager Regional dan PMEAL Eco Bhinneka, menceritakan bahwa kerja-kerja JISRA Eco Bhinneka Muhammadiyah di emapt wilayah lokasi program yaitu Pontianak (Kalimantan Barat), Ternate (Maluku Utara), Surakarta (Jawa Tengah), dan Banyuwangi (Jawa Timur), memiliki capaian yang sangat membanggakan.

“Hampir tiga tahun program ini berjalan kita mampu meruntuhkan stereotip negatif umat beragama yang lain terhadap Muhammadiyah khususnya dan umat Islam pada umumnya,” katanya.

Menurut Intan, kerja JISRA Muhammadiyah bisa diterima dengan terbuka oleh umat beragama yang lain, baik dari tokoh maupun pemuda-pemudinya.

“Mereka juga senang berkegiatan bersama dan mendukung penuh aksi pelestarian lingkungan,” imbuhnya.

Hal serupa disampaikan oleh Octavia Shinta Aryani, Regional Manager Eco Bhinneka Pontianak, Kalimantan Barat.

“JISRA Eco Bhinneka Muhammadiyah kini bisa dikenal oleh masyarakat luas dan oleh komunitas-komunitas moderasi beragama atau lintas iman,” kata Shinta.

“Sehingga di berbagai kegiatan yang mengusung moderasi beragama dan lintas iman kita selalu diikutsertakan baik sebagai peserta maupun sebagai narasumber,” ungkapnya lagi.

Sedangkan di Ternate, Maluku Utara, sebelumnya antar individu dari agama tertentu kepada agama tertentu yang lainnya, saling berpikiran negatif. Namun setelah antar individu tersebut berkegiatan bersama JISRA Eco Bhinneka Muhammadiyah, prasangka negatif menjadi mudah untuk ditepis. Hal ini diceritakan oleh Usman Mansur sebagai Regional Manager Eco Bhinneka di sana.

“Ternyata teman-teman yang berbeda agama dengan kami bisa menerima kami, dan kami juga menerima teman-teman yang berbeda agama dengan seutuhnya. Bahwa agama kami itu radikal, itu tidak benar. Bahwa teman-teman agama lainnya tertutup, itu juga tidak benar. Itu yang paling membanggakan,” jelas Usman.

Di Banyuwangi, Jawa Timur dan di Surakarta, Jawa Tengah, program JISRA Eco Bhinneka yang dikelola oleh tim dari Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah, kini telah memiliki sekolah-sekolah dan desa-desa dampingan.

“Karena kita tahu sekolah adalah dasar pendidikan untuk anak-anak, para remaja, dasar-dasar kerukunan antar umat beragama ditanamkannya paling efektif di bangun di lingkungan yang formal,” ungkap Windarti, yang saat ini menjabat sebagai Executive Body JISRA Indonesia mewakili Nasyiatul Aisyiyah.

Lebih lanjut, Windarti menjelaskan bahwa sebuah desa adalah unit terkecil dari masyarakat dan dari sebuah negara.

“Kalau desa-desa ini sudah memahami arti penting kerukunan beragama, akan menjadi modal yang kuat untuk menjadi pilar-pilar kerukunan umat beragama di Indonesia,” terang Regional Manager Eco Bhinneka Banyuwangi ini.

Sedangkan menurut Hanifa Kasih Surahman, Regional Manager Eco Bhinneka Surakarta, JISRA Eco Bhinneka Muhammadiyah mampu mewarnai komunitas-komunitas lainnya yang bergerak di isu toleransi.

“Program-program toleransi seringkali berwujud diskusi saja, tapi di JISRA Eco Bhinneka kita menggunakan isu lingkungan menjadi jembatan, alat komunikasi, untuk bisa berdialog bersama dengan agama lain,” imbuhnya.

Triningsih selaku Finance dan Program Koordinator Eco Bhinneka Muhammadiyah mengajak umat lintas agama di Indonesia untuk ikut meramaikan Pekan Kerukunan Lintas Agama se-Dunia.

“Perdamaian itu bukan sesuatu yang anda harapkan, melainkan sesuatu yang mestinya anda buat, anda inginkan, dan yang anda lakukan,” ujar Tri, perempuan yang saat ini juga aktif sebagai Executive Body JISRA Indonesia mewakili Muhammadiyah.

“Mari kita bekerja bersama untuk merawat perdamaian melalui upaya melestarian lingkungan,” lanjutnya.

Pekan Kerukunan Lintas Iman se-Dunia atau World Interfaith Harmony Week (WIHW) diperkenalkan oleh Persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2010 untuk mengakui pentingnya dialog antar agama dan keyakinan yang berbeda dalam meningkatkan saling pengertian, kerukunan, dan kerja sama antar manusia.

Sama seperti JISRA Eco Bhinneka Muhammadiyah, WIHW berupaya menyebarkan pesan kerukunan dan toleransi. Tahun demi tahun, hal ini menciptakan titik fokus di mana semua orang yang melakukan hal baik, dan dapat menyadari bahwa nilai-nilai bersama jauh melebihi perbedaan mereka. (tan)